Anda di halaman 1dari 2

Analisis Peran dan Strategi Pengembangan Subsektor Peternakan dalam Pembangunan Kabupaten Cianjur

Show full item record

Title: Author:

Analisis Peran dan Strategi Pengembangan Subsektor Peternakan dalam Pembangunan Kabupaten Cianjur Sinaga, Winwork Cianjur serta menganalisis strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran subsektor peternakan di Kabupaten Cianjur. Daerah penelitian adalah Kabupaten Cianjur. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai April 2009. Penelitian ini menggunakan Analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share, Interpretative Structural Modelling (ISM) dan analisis Strategi Pengembangan menggunakan SWOT dan QSPM. Berdasarkan hasil analisis LQ subsektor peternakan di Kabupaten Cianjur merupakan komoditi basis. Nilai LQ subsektor peternakan pada tahun 2005-2007 adalah3,14 3,13 dan 3,25. Ditingkat kecamatan sektor peternakan menjadi menjadi basis hampir disetiap kecamatan, kecuali kecamatan Kadupandak, Cianjur, Sukaluyu, Ciranjang, Pacet. Surplus pendapatan peternakan Kabupaten Cianjur pada tahun 2007 adalah sebesar 28.102,81 juta. Ditingkat kecamatan surplus pendapatan peternakan terbesar adalah kecamatan Agribinta, Campaka, Sukaresmi dan Cikalong Kulon. Sedangkan yang memiliki surplus pertumbuhan negatif terbesar adalah kecamatan Cianjur dan Pacet. Nilai kousien lokalisasi subsektor peternakan adalah sebesar 0,05 hal ini berarti sebsektor peternakan memiliki pola yang menyebar. Sektor basis hanya menjadi penerimaan potensial dan merupakan aset bagi wilayah. Sehingga peternakan perlu dipertahankan dan dikembangkan lagi guna membayar pembangunan. Pertumbuhan proporsional subsektor peternakan Kabupaten Cianjur antara tahun 2003-2007 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 5.54 persen. Pertumbuhan pangsa wilayah pada periode yang sama turun sebesar 10,28 persen Hal subsektor peternakan mengalami pertumbuhan yang lambat dan memiliki daya saing yang lemah dibandingkan sektor lain. Hasil analisis interpretative structural modelling diperoleh lembaga yang sangat menentukan dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Cianjur adalah Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas UKM dan Koperasi serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Kelima lembaga ini berada pada sektor Linkage. Lembaga Peternakan dan perguruan tinggi berada pada sektor indepemdent sedangkan Dinas Perkebunan dan Kehutanan dan Lembaga Keuangan serta Dinas Lingkungan Hidup berada pada sektor autonomous. Kekuatan yang dimiliki Kabupaten Cianjur dalam pengembangan peternakan terdiri dari lima faktor yaitu

Abstract:

basis peternakan, potensi sumber daya alam, koordinasi antar lembaga, kebijakan pemerintah dan kemampuan memasarkan. Sedangkan kelemahan yang dimiliki yaitu sumberdaya manusi peternak, penyebaran peternakan, adopsi teknologi, kemampuan modal usaha, ketersediaan, sarana prasarana dan laju pertumbuhan Peluang yang ada untuk pengembangan Kabupaten Cianjur terdiri dari lima faktor yaitu potensi pasar, otonomi daerah, pertumbuhan ekonomi, tuntutan keamanan produk dan ketersediaan kredit. Ancaman yang dihadapi adalah fluktuasi harga, tingkat inflasi, kejadian penyakit ternak, pengaruh global dan sosial budaya masyarakat. Strength-Opportunities (S-O) yaitu pembinaan dan pengembangan berdasarkan potensi wilayah; Strategi Strength-Treaths (S-T) adalah optimalisasi pemanfaatan dan pengamanan sumberdaya lokal; Strategi Weakness- Opportunities (W-O) yakni dengan pengembangan teknologi tepat guna dan peningkatan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia peternakan; dan Strategi Weaknesses- Treaths (W-T) dilakukan dengan cara Pengembangan kemitraan yang lebih luas dan saling menguntungkan; pemeriksaan kesehatan ternak secara kontinyu dan tindak pencegahan penyakit hewan. Alternatif strategi yang diperoleh melalui analisa QSPM diperoleh urutan strategi sebagai berikut (1) pembinaan dan pengembangan peternakan berdasarkan potensi wilayah; (2) peningkatan pembinaan dan pengembangan peternak SDM peternak; (3) pengembangan kemitraan yang lebih luas dan saling menguntungkan; (4) pemeriksaan kesehatan ternak secara kontinyu dan tindak pencegahan penyakit hewan; (5) pengembangan teknologi tepat guna dan (6) optimalisasi pemanfaatan dan pengamanan sumberdaya lokal. URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15491

Anda mungkin juga menyukai