Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pancasila sebagai filsafat merupakan hasil perenungan yang mendalam dari para pendiri negara, yang kemudian disepakati dalam bentuk perjanjian.luhur bangsa, dan pada tanggal 18 agustus 1945 disahkan dan ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara. Dengan demikian pancasila, secara filosofis normative menjadi dasar, landasan moralitas dalam mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila di sini memiliki peranan strategis bagi eksistensi bangsa dan Negara Indonesia. Tinjauan ontology filsafat Pancasila, telah memberikan dasar dasar nilai bagi eksistensi bangsa dan Negara, serta dipedomani bersama oleh masyarakat bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari hari. Filsafat pancasila memposisikan manusia sebagai subyek pendukung pokok sila - sila pancasila dan unsure penting Negara. Nilai nilai pancasila telah lama ada, dimiliki dan melekat pada diri bangsa Indonesia sejak bangsa Indonesia ada, meskipun belum dirumuskan dalam bentuknya yang sekarang sebagai dasar filsafat Negara. Berdasarkan kenyataan tentang adanya pancasila, maka menjadi sangat relevan dengan yang dikemukakan dalam Noor MS Bakry (1994). Jadi hakekatnya bangsa Indonesia merupakan kausa material Pancasila.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 bagaimanakah kaitan pancasila sebagai system filsafat dengan pendekatan ontologis? 1.2.2 Bagaimanakah kaitan pancasila sebagai system filsafat dengan pendekatan epistemologis? 1.2.3 Bagaimana kaitan pancasila sebagai system filsafat dengan

pendekatan aksiologis?

1.3 TUJUAN 1.3.1 Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang nilai filsafat dasar Pancasila 1.3.2 Membangun wawasan pembaca a g a r l e b i h j e l a s m e n g e n a i P a n c a s i l a s e b a g a i k e s a t u a n s i s t e m f i l s a f a t memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis.

1.4 MANFAAT 1.4.1 Melalui paper ini diharapkan dapat menambah wawasan kalangan mahasiswa Universitas Udayana, khususnya Kedokteran Hewan. 1.4.2 Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan pendidikan kewarganegaraan.

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Pancasila bagi m a s ya r a k a t Indonesia bukanlah sesuatu ya n g

a s i n g . P a n c a s i l a t e r d i r i d a r i l i m a s i l a ya n g t e r t u a n g d a l a m P e m b u k a a n U U D 1 9 4 5 alinea ke-4 dan diperuntukkan sebagai dasar negara Indonesia. Namun, saat ini terutama di era reformasi dan globalisasi membicarakan Pancasila dianggap sebagai keinginan untuk kembali orde baru. Oleh karena itu, kajian Pancasila pada bab ini berpijak dari kedudukan Pancasila sebagai filosofi bangsa, dasar,dan ideologi nasional.

Secara ontologis, epistemologis dan axiologis sistem filsafat Panc asila mengandung ajaran tentang potensi dan martabat kepribadian manusia (SDM) yang dianugerahi martabat muli a sebagaimana terjabar dalam ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila. Keunggulan dan kemuliaan ini m e r u p a k a n anugerah dan amanat Tuhan Yang Maha Esa s e b a g a i t e r s u r a t d i d a l a m P e m b u k a a n U U D Proklamasi 1945 sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI. 2 . 2 P a n c a s i l a s e b a g a i k e s a t u a n s i s t e m f i l s a f a t memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis.

a. Dasar Ontologis O n t o l o g i a d a l a h c a b a n g f i l s a f a t ya n g m e n g k a j i t e n t a n g h a k i k a t s e g a l a sesuatu yang ada atau untuk menjawab pertanyaan apakah kenyataan itu?. P a n c a s i l a terdiri atas lima sila yang saling mengikat,

s e d a n g k a n s u b j e k pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia. Secara filsafat, Pancasila m e r u p a k a n dasar filsafat negara. Dengan demikian,

h a k i k a t d a s a r o n t o l o g i s sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hakikat mutlak monopluralis, yaitu memiliki susunan kodrat, sifat kodrat, dan kedudukan kodrat. Jadi, Pancasila secara hierarkis sila-silanya saling menjiwai dan dijiwai satu sama
3

lain.

Selanjutnya,

Pancasila

secara

dasar

filsafat

negara

Indon esia

memilikis u s u n a n l i m a s i l a y a n g m e r u p a k a n s u a t u p e r s a t u a n d a n kesatuan sertam e m p u n y a i s i f a t d a s a r k e s a t u a n y a n g m u t l a k , y a i t u b e r u p a s i f a t k o d r a t monodualis. Sebagai konsekuensinya, nilainilai Pancasila yang merupakans a t u k e s a t u a n ya n g u t u h d e n g a n s i f a t d a s a r m u t l a k n ya b e r u p a s i f a t k o d r a t manusia tersebut menjadi dasar dan jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal ini berartibahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus berpedoman danbersumber pada nilai-nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuannegara, tugas dan kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum negara,moral negara, dan segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.

b. Dasar Epistemologis Epistemologis adalah cabang ilmu filsafat yang mengkaji tentang apakahkebenaran atau apakah hakikat ilmu pengetahuan. Upaya untuk mendapatkan jawaban tentang kebenaran dilakukan pembuktian melalui ilmu pengetahuan.O l e h k a r e n a i t u , k a j i a n e p i s t e m i l o g i s f i l s a f a t P a n c a s i l a d i m a k s u d k a n s e b a g a i upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Ada tiga persoalan mendasar dalam kajian epistemologis, yaitu : (1) Sumber pengetahuan manusia; (2) Teori kebenaran pengetahuan manusia; dan (3) Watak pengetahuan manusia.

c. Dasar Aksiologis Aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengkaji tentang nilai praktisa t a u manfaat suatu pengetahuan. Kajian aksiologi filsafat

P ancasila pada hakikatn ya mengkaji ten tang nilai praktis atau man faat suatu p e n g e t a h u a n tentang Pancasila. Dengan demikian, dasar aksiologi

Pancasila mengandungarti bahwa pembahasan tertuju pada filsafat nilai Pancasila. Dalam memandang tentang nilai, sebagai berikut : (1) Menurut sudut pandang subjektif, bahwa sesuatu bernilai karena

berkaitandengan subjek pemberi nilai, yaitu manusia. (2) Menurut sudut pandang obj ektif, bahwa hakikatnya sesuat u itu m e l e k a t pada dirinya sendiri memang bernilai.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Secara ontologis, epistemologis dan axiologis sistem filsafat Panc asila mengandung ajaran tentang potensi dan martabat kepribadian manusia (SDM) yang dianugerahi martabat muli a sebagaimana terjabar dalam ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila pendekatan secara ontologis ya i t u S i s t e m f i l s a f a t ya n g d i t i n j a u d a r i filsafat pancasila secara n ya t a

s e p e r t i memiliki susunan kodrat, sifat kodrat, dan kedudukan kodrat . S i s t e m f i l s a f a t ya n g d i t i n j a u d a r i p e n d e k a t a n s e c a r a epistemologis yaitu filsafat pancasila yang berkaitan dengan sumber pengetahuan manusia, teori kebenaran pengetahuan manusia, dan watak pengetahuan manusia. S i s t e m f i l s a f a t ya n g ditinjau dari pendekatan secara Aksiologis ya i t u mengenai kajian

aksiologi fils afat P ancasila pada hakikatnya mengkaji tentang nilai p r a k t i s a t a u m a n f a a t s u a t u p e n g e t a h u a n tentang Pancasila dan menurut sudut pandang subjektif, bahwa sesuatu bernilai karena berkaitan dengan subjek pemberi nilai, yaitu manusia dan me n u r u t s u d u t p a n d a n g o b j e k t i f , b a h w a h a k i k a t n ya s e s u a t u i t u m e l e k a t pada dirinya sendiri memang bernilai.

DAFTAR PUSTAKA Notonagoro, 1974, Pancasila Dasar Falsafah Negara, Cetakan ke-4, Pantjuran Tudjuh, Jakarta Poespowardoyo, Soeryanto, 1989, Filsafat Pancasila , Gramedia, Jakarta Kaelan, Zubaidi Achmad, 2012, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Paradigma, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai