Anda di halaman 1dari 8

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.

Sc
ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 1

PERTEMUAN XIII
KESTABILAN SISTEM DAYA (Lanjutan)
13.1 PERSAMAAN SUDUT-DAYA
Pada persamaan ayunan untuk generator, masukan daya mekanis dari penggerak mula
P
m
akan dianggap konstan. Seperti telah disebutkan terdahulu, pengandaian ini cukup
beralasan karena keadaan pada jala-jala listrik itu dapat diharapkan untuk berubah
sebelum regulator pengatur dapat menyebabkan turbinnya memberikan reaksi. Karena P
m

pada Persamaan (12.12) konstan, keluaran daya listrik P
e
akan menentukan apakah rotor
akan mengalami percepatan, perlambatan, atau tetap pada kecepatan serempak. Bila P
e

sama dengan P
m
mesin bekerja pada kecepatan serempak keadaan-tetap; bila P
e

berubah dari nilai ini rotornya menyimpang dari kecepatan serempak. Perubahan pada P
e

ditentukan oleh keadaan pada jala-jala transmisi dan distribusi serta beban pada sistem
ke mana generator itu mencatu daya. Gangguan jaringan listrik yang disebabkan oleh
perubahan yang hebat, atau oleh bekerjanya pemutus rangkaian, dapat menyebabkan
keluaran generator P
e
berubah dengan cepat sehingga menimbulkan peralihan
(transients) elektromekanis. Pengandaian yang mendasar ialah bahwa pengaruh
perubahan kecepatan mesin pada tegangan yang dibangkitkan dapat diabaikan, sehingga
caranya P
e
berubah-ubah ditentukan oleh persamaan beban yang berlaku pada keadaan
jaringan listrik itu dan bagi model yang dipilih untuk mewakili perilaku listrik dari mesin
tersebut. Untuk studi-studi kestabilan setiap mesin serempak diwakili oleh tegangan
dalam peralihannya (transient voltage) E yang terhubung seri dengan reaktansi peralihan
X
d
seperti ditunjukkan dalam gambar 13.1a dimana V
t
adalah tegangan terminal. Hal ini
sesuai dengan representasi keadaan tetap di mana reaktansi serempak X
d
terhubung seri
dengan tegangan dalam serempak atau tegangan tanpa beban E. Resistansi jangkar
dapat diabaikan dalam kebanyakan hal sehingga diagram fasor gambar 13.1b berlaku.
Karena setiap mesin harus ditinjau relatif terhadap sistem di mana mesin tersebut
merupakan suatu bagian, sudut fasor kuantitas mesin tadi diukur terhadap pedoman
(reference) bersama sistem itu.

Gambar 13.1 Diagram fasor mesin serempak untuk studi-studi kestabilan peralihan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc
ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 2


Gambar 13.2 Diagram skema untuk studi-studi kestabilan. Reaktansi-reaktansi peralihan
yang berhubungan dengan E
1
dan E
2
dimasukkan ke dalam jaringan transmisi.

Gambar 13.2 adalah gambaran skema generator yang mencatu daya melalui sistem
transmisi ke sistem ujung penerima pada rel 2. Segiempat yang terlihat mewakili sistem
transmisi yang terdiri atas komponen pasif linear seperti transformator, saluran transmisi
kapasitor dan temasuk juga reaktansi peralihan generator tersebut. Oleh karena itu,
tegangan E
1
mewakili tegangan dalam peralihan generator pada rel. Tegangan E
2
pada
ujung penerima disini dianggap sebagai tegangan tak terhingga atau sebagai tegangan
dalam peralihan motor serempak yang reaktansi peralihannya sudah dimasukkan ke
dalam jaringan. Kelak akan ditinjau juga keadaan di mana dua buah generator mencatu
beban dengan impedansi konstan di dalam jaringan. Unsur matriks admitrasi rel untuk
jala-jala atau jaringan yang telah diperkecil menjadi dua simpul disamping simpul
pedoman adalah:

(

=
22 21
12 11
rel
Y
Y Y
Y Y
(13.1)
mengulangi persamaan pada studi aliran daya didapatkan:

=
=
N
n
n kn k k k
V Y V jQ P
1
*
(13.2)
yang dengan membuat k dan N berturut-turut sama dengan 1 dan 2, dan dengan
menggantikan V dengan E
2
'
, dapat ditulis sebagai:
( ) ( )
*
'
2 12
'
1
*
'
1 11
'
1 1 1
E Y E E Y E jQ P + = + (13.3)
atau bila
12 12 12 11 11 11 2
'
2
'
2 1
'
1
'
1
; ; ; u o o Z = + = Z = Z = Y Y jB G Y E E E E , diperoleh:
( )
12 2 1 12
'
2
'
1 11
2
'
1 1
cos u o o + = Y E E G E P (13.4)
( )
12 2 1 12
'
2
'
1 11
2
'
1 1
sin u o o + = Y E E B E Q (13.5)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc
ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 3

Persamaan-persamaan yang serupa berlaku pada rel 2 dengan saling menukarkan
subskripnya pada kedua persamaan tersebut.
Jika dibuat:
2 1
o o o = dan menetapkan sudut baru sedemikian rupa sehingga
2
12
t
u = , akan didapatkan dari persamaan (13.4) dan (13.5) sebagai berikut:
( ) o + = sin
12
'
2
'
1 11
2
'
1 1
Y E E G E P (13.6)
( ) o + = cos
11
'
2
'
1 11
2
'
1 1
Y E E B E Q (13.7)
Persamaan (13.6) dapat dituliskan dengan lebih sederhana sebagai:
( ) o + = sin
mak c e
P P P (13.8)
dimana:

12
'
2
'
1 11
2
'
1
dan Y E E P G E P
mak e
= = (13.9)
P
1
yang mewakili keluaran daya listrik dari generator (rugi jangkar diabaikan) telah
digantikan dengan P
e
pada persamaan (13.8), sering dinamakan persamaan sudut daya;
grafiknya yang dibuat sebagai fungsi o dinamakan lengkung (kurva) sudut-daya.
Parameter P
c
, P
mak,
dan adalah konstanta untuk konfigurasi jaringan tertentu dan besar
tegangan |E
1
| dan |E
2
| konstan. Bila jaringan dianggap tanpa resistansi, semua unsur Y
rel
adalah suseptansi sehingga G
11
dan keduanya adalah nol. Persamaan sudut daya yang
kemudian berlaku untuk jala-jala reaktansi murni adalah hanya merupakan persamaan
yang sudah dikenal:
o sin
mak e
P P = (13.10)

dimana
X
E E
P
mak
'
2
'
1
= , dan X adalah reaktansi transfer antara |E
1
| dan |E
2
|.
Contoh 13.1: Diagram segaris pada gambar 13.3 menunjukkan sebuah generator yang
dihubungkan melalui saluran transmisi paralel pada sistem metropolitan yang besar yang
dapat dianggap sebagai rel tak terhingga. Mesin itu mencatu daya sebesar 1,0 per unit
dan tegangan terminal serta tegangan rel tak terhingga keduanya adalah 1,0 per unit.
Angka-angka pada diagram menunjukkan nilai reaktansi dengan dasar sistem yang sama.
Reaktansi peralihan generator adalah 0,20 per unit seperti yang ditunjukkan. Tentukanlah
persamaan sudut daya untuk sistem tersebut yang berlaku untuk keadaan kerja itu.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc
ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 4


Gambar 13.3 Diagram segaris untuk contoh 13.1 dan 13.2.
Titik P terletak di tengah-tengah saluran
Solusi 13.1: Diagram reaktansi untuk sistem ditunjukkan pada gambar 13.4a. Reaktansi
seri di antara tegangan terminal dan rel tak terhingga adalah:
X = 0,10 +0,4/2 = 0,3 per unit,
dan karena itu keluaran daya generator sebagai 1,0 per unit ditentukan oleh persamaan
sudut-daya:
( )( )
1 sin
3 , 0
0 , 1 0 , 1
sin = = o o
X
V V
t

di mana V adalah tegangan rel tak terhingga dan o adalah sudut tegangan terminal relatif
terhadap rel tak terhingga. Dengan menyelesaikannya untuk o didapatkan:
o = sin
-1
30
0
= 17,458
0

sehingga tegangan terminal adalah: V
t
= 1,0Z17,458
0
= 0,954 + j0,300 per unit
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc
ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 5


Gambar 13.4 Diagram reaktansi: (a) untuk jaringan pragangguan pada contoh 13.1
dengan impedansi dalam per unit dan (b) dan (c) untuk jaringan yang mengalami
gangguan pada contoh 13.2 dengan impedansi yang sama diubah
menjadi admitansi dan ditandai dalam per unit

Arus keluaran dari generator sekarang dihitung sebagai:
pu 729 , 8 012 , 1 1535 , 0 0 , 1
3 , 0
0 0 , 1 458 , 17 0 , 1
Z = + =
Z Z
= j
j
I
dan tegangan dalam peralihan kemudian didapatkan sebagai:
E = (0,954 + j0,30) + j(0,2)(1,0 + j0,1535)
= 0,23 + j0,5 = 1,050Z28,44 pu
Persamaan sudut-daya yang menghubungkan tegangan dalam peralihan E
'
dan te-
gangan rel tak terhingga V ditentukan oleh keseturuhan reaktansi seri:
X = 0,2 + 0,1 + 0,4/2 = 0,5 pu
Oleh karena itu, persamaan yang dikehendaki ialah:
( )( )
pu sin 10 , 2 sin
5 , 0
0 , 1 050 , 1
o o = =
e
P
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc
ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 6

di mana o adalah sudut rotor mesin terhadap rel tak terhingga.
Persamaan sudut daya ini dibuat grafiknya pada gambar 13.5. Perhatikanlah bahwa
masukan daya mekanis P
m
adalah konstan dan memotong lengkung sudut daya yang
berbentuk sinusoida pada sudut kerja o
0
= 28,44. Ini adalah posisi sudut awal dari rotor
generator yang bersesuaian dengan kondisi-kondisi kerja yang diberikan.

Gambar 13.5 Grafik dari lengkung-lengkung sudut daya
yang diperoleh dari contoh 13.1 sampai contoh 13.3

Persamaan ayunan untuk mesin itu dapat dituliskan:
pu sin 10 , 2 0 , 1
180
2
2
o
o
=
dt
d
f
H
(13.11)
dimana H adalah dalam mengajoule per megavoltampere, f adalah frekuensi listrik sistem,
dan o dalam derajat listrik. Dengan mudah hasil-hasil contoh itu dapat diuji, karena pada
keadaan kerja tersebut, P
e
= 2,10 sin 28,44 = 1,0 per unit yang tepat sesuai dengan
masukan daya mekanis P
m
dan percepatannya adalah nol.
Pada contoh berikutnya, persamaan sudut-daya ditentukan untuk sistem yang sama
dengan gangguan fasa tiga pada P, yaitu titik tengah salah satu dari saluran transmisinya.
Akan terlihat bahwa ada percepatan positif selama gangguan itu bekerja.
Contoh 13.2: Sistem pada contoh 13.1 sedang bekerja dalam keadaan yang telah
diuraikan ketika terjadi gangguan fasa tiga pada titik P dalam gambar 13.3.
Tentukanlah persamaan sudut daya sistem itu ketika gangguan sedang bekerja dan
persamaan ayunan yang bersesuaian. Tetapkanlah nilai H = 5 MJ/MVA.

Solusi 13.2: Diagram reaktansi ditunjukkan pada gambar 13.4b dengan gangguan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc
ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 7

pada sistem itu pada titik P. Nilai yang terlihat adalah admitansi dalam per unit.
Pengaruh hubungan singkat yang disebabkan oleh gangguan terlihat dengan jelas
dengan menggambar kembali diagram reaktansi seperti pada gambar 13.4c. Seperti
telah dihitung dalam contoh 13.1, tegangan dalam peralihan generator tetap E =
1.05Z28,24 didasarkan pada pengandaian bahwa gandengan fluks
dalam mesin adalah konstan. Admitansi transfer bersih yang menghubungkan sumber
tegangan masih harus ditentukan. Rel diberi nomor seperti diperlihatkan dan Y
rei
dibentuk dengan memeriksa gambar 13.4c sebagai berikut:
(
(
(

=
833 , 10 50 , 2 333 , 3
50 , 2 50 , 7 0
333 , 3 0 333 , 3
Y
rel
j
Rel 3 tidak mempunyai hubungan sumber luar dan karenanya boleh dihilangkan menurut
prosedur eliminasi simpul untuk menghasilkan matriks admitansi rel yang diperkecil:
(

=
(

923 , 6 769 , 0
769 , 0 308 , 2
22 21
12 11
j
Y Y
Y Y

Besarnya adminitansi transfer adalah 0.769 dan karenanya:
( )( )( ) 808 , 0 769 , 0 0 , 1 05 , 1
12
'
2
'
1
= = = Y E E P
mak
pu
Persamaan sudut daya dengan gangguan pada sistern itu adalah
P
e
.
= 0,808 sin o pu
dan persamaan ayunan yang bersesuaian adalah:
pu sin 808 , 0 0 , 1
180
5
2
2
o
o
=
dt
d
f

Untuk pedoman di waktu mendatang, perhatikanlah bahwa karena kelambanannya, rotor
tidak dapat menguban posisinya secara langsung pada saat gangguan terjadi. Dengan
demikian, sudut rotor o pada awalnya adalah 28.44 seperti pada contoh 13.1 dan
keluaran daya listrik adalah P
e
= 0,808 sin 28,44 = 0.385. Daya percepatan awal adalah:
P
e
= 1,0 0,385 = 0,615 pu
dan percepatan awalnya adalah positif dengan nilai yang diberikan oleh:
( )
2
2
2
t listrik/de derajat 14 , 22 615 , 0
5
180
f
f
dt
d
= =
o

dimana f adalah frekuensi sistem.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc
ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK II 8

Susunan rele-rele saluran akan merasakan gangguan pada saluran tersebut dan
akan bertindak untuk menghilangkan gangguan secara serentak dengan membuka
pemutusan ujung-saluran. Bila hal ini terjadi, berlakulah persamaan sudut-daya yang lain
karena perubahan jala-jala telah terjadi.

Contoh 13.3: Gangguan pada sistem pada contoh 13.2 dihilangkan dengan membuka
dengan serentak pemutus-pemutus rangkaian pada setiap ujung saluran yang terkena
gangguan. Tentukanlah persamaan sudut daya dan persamaan ayunan untuk perioda
waktu setelah terjadinya gangguan.

Solusi 13.2: Pemeriksaan gambar 13.4a menunjukkan bahwa dengan diputuskannya
saluran yang terganggu, admitansi transfer bersih pada sistem adalah:
( )
pu 429 , 1
4 , 0 1 , 0 2 , 0
1
12
j
j
y =
+ +
=
atau dalam matriks admitansi rel: Y
12
= j1,429
Jadi, persamaan sudut daya pasca gangguan adalah:
P
e
= (1,05)( 1,0)(1,429) sin o = 1,500 sino
dan persamaan ayunannya adalah:
pu sin 500 , 1 0 , 1
180
5
2
2
o
o
=
dt
d
f

Percepatan pada saat diputuskannya gangguan tergantung pada kedudukan sudut rotor
pada saat itu. Lengkung-lengkung sudut-daya untuk Contoh-contoh 13.1 hingga 13.3
dibandingkan pada gambar 13.5.

Anda mungkin juga menyukai