Anda di halaman 1dari 5

Lembaran Tugas Mandiri MPK-Agama Penyebaran Agama Islam di Pulau Sumatera dan Jawa Oleh Muthya Rahmah Arbi

1106001403 Teknik Metalurgi dan Material Kelompok 6

Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Dengan jumlah penduduk total yang lebih dari 250 juta, 88% nya penduduknya beragama Islam. Namun begitu, Indonesia tidak menjadi negara Islam. Sejarah awal proses Islamisasi di Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dibawa oleh pedagang muslim dari India Sejarah awal penyebaran Islam di sejumlah daerah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia sangatlah beragam. Penyebaran Islam di tanah Jawa sebagian besar dilakukan oleh walisongo (sembilan wali). Sedangkan di pulau Sumatera, perkembangan Islam diawali oleh berdirinya kerajaan dan kesultanan Islam. Satu hal yang sangat menarik dari proses Islamisasi di Indonesia adalah adanya perbedaan cara masyarakat nusantara pada masa itu. Sehingga kita kenal pada masa ini dengan proses Islamisasi Jawa, proses Islamisasi Sumatera dan proses Islamisasi Sulawesi. Sumatera merupakan wilayah pertama di Nusantara yang berinterkasi dengan Islam. Disini, secara sederhana bisa dikatakan berawal dari komunitas masyarakat yang pada akhirnya membuka sebuah wilayah dan mengangkat seorang tokoh berpengaruh untuk kemudian menjadi pemimpin komunitas masyarakat tersebut. Masuknya Agama Islam ke Indonesia dibantu oleh para pedagang asing India (Gujarat), Arab dan Persia pada abad ke-7 dan ke-8. Mereka memperdagangkan emas dan rempah-rempah di Selat Malaka. Sambil menunggu angin musim baik, para pedagang asing tersebut melakukan interaksi dengan penduduk setmepat, selain menjalin hubungan dagang, para pedagang asing membawa ajaran Islam beserta kebudayaannya sehingga semakin lama ajaran dan kebudayaan Islam berpengaruh pada penduduk setempat. Sumatera mengawali jejak perjalanan Islam di nusantara. Di bagian utara pulau ini pernah berdiri Kerajaan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Kerajaan yang pernah berdiri di tanah Aceh itu bahkan pernah dikunjungi Ibnu Batutah, pengembara muslim paling ternama sepanjang sejarah. Menurut data sejarah di Aceh Timur, pada abad ke-9 pernah berdiri Kerajaan Perlak yang kemudian menggambungkan diri dengan pasai.

Kekayaan khazanah Islam Sumatera lalu dilanjutkan dengan berdirinya Kerajaan Malaka (1402-1511) yang didirikan Parameswara, seorang putera Sriwijaya yang menyelamatkan diri dari perebutan Palembang oleh Majapahit. Nama Malaka kemudia menjadi Mahsyur sebagai salah satu pelabuhan penting di dunia. Masih di bagian Utara Sumatera berdiri Kesultanan Aceh Darusslaam pada tahun 1360 dengn ibu kota Kutaraja (Banda Aceh). Sultan Ali Mughayat Syah dinobatkan sebagai Sultan pertama pada Ahad, 1 Jumadil Awwl 913 H bertepatan pada 8 September 1507. Selain mahsyur dengan sistem pendidikan militer yang baik, komitmennnya dalam menentang imperelisme Eropa, sistem pemerintahan teratur dan sistematik, kesultanan Aceh merupakan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan terutama Islam. Kesultanan Aceh melahirkan beberapa ulama ternama. Karya-karya mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing misalnya saja Hamzah Fansuri dengan karyanya fi Marifati aludyan, Syamsuddin al-Sumatrani dengan Miraj al-Muhakikin al Iman, Nuruddin ar-Raniry dnegan Sirat al-Mmustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dengan Miraj al Tullab fi Fashil. Beranjak ke Selatan ada lagi Kerajaaan Dharmasraya atu Kerajaan MelayubJambi yang berdiri sekitar abad ke-11 Masehi. Lokasinya terletak di selatan Sawahlunto, Sumatera Barat sekarang dan di utara Jambi. Terdapat juga Kerajaan Lingga- Riau yang merupakan perpecahan dari Kesultanan Johor. Pada masa kesultanan ini bahasa Malayu menjadi bahasa standar yang sejajar dengan bahasa-bahasa besar lain dunia, yang kaya dengan memiliki susastra dan memiliki kamus ekabahasa. Tokoh besar di belakang perkembangan pesat bahasa Melayu ini adalah Raja Ali Haji, seorang pujangga dan sejarawan keturunan Melayu-Bugis. Di luar berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang tersebar di banyak tempat di pulau Sumatera seperti di padang (Sumatera Barat), Palembang (Sumatera Selatan), Medan (Sumatera Utara) dan Bengkulu. Perkembangan Islam di daerah Padang bahkan diwarnai dengan masuknya aliran wahabi dan memberi warna khas bagi pergerkan nasional lewat golongan paderi. Sebagaimana seluruh wilayah di Asia Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama Islam, agama yang dianut masyarakat di Sumatera Barat juga agama Buddha dan Hindu. Sisa-sisa budaya Hindu yang masih ada misalnya sistem matrilineal (garis ibu), yang mirip dengan yang terdapat di India hingga sekarang. Setelah kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab hambali yang ingin menerpakan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama, yang bereskalasi kepada knflik bersenjata. Karena takut melawan kaum ulama (Paderi), kaum adat meminta bantuan

Belanda, yang tentu disambut dengan gembira. Maka pecahlah Perang paderi yang berlangsung dari tahun 1816 sampai 1833. Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, pada tahun 1816-1820 dan kemudian meng-islamkan Tanah Batak Selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam. Sebelum masuknya agama Islam dan Kristen ke Tanah Batak, selain agama asli Batak yaitu Parmalim, seperti hampir di seluruh wilayah Nusantara, agama yang berkembang di Sumater Uatara adalah Agama Hindu dan Buddha. Sedangkan di Sumatera barat pada abad ke-14 berkembang aliran Tantra aivite (Shaivite) Mahayan dari agama Buddha, dan hingga tahun 1581 Kerajaan Pagaruyung di Minangkabau masih beragam Hindu. Agama Islam yang masuk ke Mandiling dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari Bonjol. Seperti juga di Jawa Timur dan Banten rakyat setempat yang tidak mau masuk Islam, menyingkir ke Utara dan bahkan akibat agresi kaum Paderi dari Bonjol, tak sedikit yang melarikan diri sampai Malaya. Berbicara soal proses Islami di Pulau Jawa, proses Islamisasi ini tak terlepas dari pembahasan dan perjuangan dakwah wali songo. Proses Islamisasi diperkirakan sudah masuk apada abad ke-XI, yaitu pada masa kekuasaan kerajaan Airlangga. Pertumbuhan masyarakat Islam di sekitar Majapahit dan terutama di beberapa kota pelabuhan, ert pula hubungannya dengan perkembangan pelayaran dan politik. Proses Islamisasi di Jawa sendiri mencapai bentuk kekuasaan politik ketika munculnya Demak sebagai kerajaan Islam yang menguasai Pulau Jawa. Dari titik sinilah pengaruh Islam sangat dapat telrihat dan nyata di daerah pesisir maupun pedalaman Pulau Jawa. Tidak sedikit penduduk memeluk agama Islam setelah terjadi pengalihan kekuasaan Hindu ke tangan kekuasaan Islam. Setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, dan berdirinya kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu kerajaan Demak, Islam semakin kuat meluaskan pengaruhnya di Pulau Jawa. Pendidikan Islam semakin maju. Di Bintoro (1467) dibentuk organisasi Bayankare untuk mempergiat uasaha pendidikan dan pengajaran Islam. Adanya kebijakann raja Islam, seperti kebijakan kebudayaan yang berdasarkan Indonesia asli dan Hindu yang disesuaikan dengan kebuadayaan Islam seperti Grebeg Poso dan Grebeg Mulud. Situasi politik di keraajan-kerajaan Hindu mengalami kekacauan dan kelemahan akibat perebutan kekuasaan, maka Islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan yang menginginkan kekuasaan tersebut. Oleh karena itu perkembangan Islam dapat menggeser pengaruh Hindu di Pulau Jawa. Proses ini dipercepat oleh kelemahan-kelemahan yang dialami kerajaan Majapahit. Selain itu

adanya perebuatan kekuasaan di kalangan keluarga raja-raja hindu turut mempercepat tumbuhnya pengaruh Islam di Jawa. Ketika Majapahit berkuasa, Islam telah ada dan berasimilasi dengan masyarakat Hindu pada saat itu. Sehingga dalam proses tebentuknya islam di Jawa tidak dengan muntlak langsung menjadi kekuasaan yang besar. Karena jauh sebelum islam kuat, di Jawa sendiri sudah ada masyarakat islam, terutama di Jawa Timur. Laksono (1985 : 18), menduga bahwa ada proses berpikir orang Jawa yang bertentangan dengan proses berpikir sistem kasta, sehingga sistem itu tidak bisa tumbuh di Jawa. Hal ini sebagai akibat kebiasaan orang Jawa menyaring unsur budaya asing yang masuk. Hal ini sangat berbeda dengan kedatangan islam, islam oleh masyarakat Jawa mudah diterima karena di dalam islam tidak ada istilah system kasta. Di sisi lain, penyebaran islam dilakukan secara damai, maksudnya islam tidak memaksakan masyarakat untuk memeluk islam. Kepemimpinan dengan cara demokrasi yaitu mengambil keputusan dengan musyawarah mufakat, secara aktif memberi saran dan petunjuk kepada anak buahnya. (Soekanto, 2000 : 297). Hal inilah yang dilakukan oleh para pembesar islam dalam menjalankan politik pemerintahannya. Menurut orang Jawa sikap tunduk yang benar pada seorang raja bukan karena kalah perang atau takut, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadilan dan kebiasaan seorang raja. Hasan Shadily (1993 : 90), mengatakan bahwa islam tidak mengenal hierarki atau kasta, dan di dalam ajaran islam itu sendiri tidak ada yang namanya sistem kasta. Di dalam system pemerintahan Islam pada waktu itu hanya terdapat yang namanya kedudukan dan peranan.

Kasta sebagai golongan terbentuk karena adnya perbedaan kedudukan. Kasta ini bersifat tertutup bagi masyarakat dalam mobilitas social. Hal semacam inilah yang menimbulkan kesenjangan social di antara masing-masing kasta. Di samping itu para pembesar islam di Jawa menerapkan ajaran-ajaran islam sebagaimana yang telah diajarkan oleh Muhammad. Seperti yang telah dikatakan oleh Hasan Shadily, demokrasi mengejar persamaan hak terhadap hukum, persamaan dalam politik, dan ekonomi yang bukan berkehendak untuk melenyapkan sifat manusia. Kedatangan islam dan cara penyebaran kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya adalah dengan cara damai, melalui perkawinan, perdagangan, dakwah, pendidikan dan kesenian oleh para pemuka-pemuka pada masa itu. Di bidang politik misalnya pengarauh kekuasan seorang raja besar peranaannya dalam proses Islamisasi. Menyebarakan Islam selain untuk perluasan wilayah kerajaan.

Di bidang keseniaan, dengan mengadakan seni pertunjukan gamelan, wayang sebagai alat dakwah keagamaan. Misalnya melalui cerita wayang , par ulama islam menyisipkan ajaran agama islam. Kondisi inilah yang menyebabkan Islam tumbuh dan berkembang pesat di Jawa, sehingga pengaruh Islam begitu mudahnya masuk ke masyarakat, baik masyarakat pesisir maupun masyarakat pedalaman.

Referensi : 1. http://historia66.wordpress.com/2009/12/16/islamisasi-di-jawa-abad-13-16-m/ 2. http://masla87.wordpress.com/proses-masuknya-islam-di-indonesia/ 3. http://www.hidayatullah.com/read/19355/15/10/2011/islam-sebagai-landasan-

budaya-jawa.html
4. http://sejarawan.wordpress.com/2008/01/21/proses-masuknya-islam-di-indonesia-

nusantara/
5. http://gp-ansor.org/26039-23032011.html 6. http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia 7. http://peluangusaha-oke.com/agama-islam-di-indonesia/ 8. http://infokito.wordpress.com/2007/11/14/islam-di-sumatera/ 9. http://cerminsejarah.blogspot.com/2011/09/sebuah-catatan-kecil-mengenai-islam-

di.html

Anda mungkin juga menyukai