Anda di halaman 1dari 18

BAB I PERKEMBANGAN KOMODITI KOPI DUNIA A.

LATAR BELAKANG Kopi menjadi komoditi penting dalam perdagangan internasional selama abad ke-19. Sejak saat itu perdagangan kopi menderita kerugian karena kelebihan persediaan (over supply) dan harga yang rendah, diikuti oleh periode-periode yang relatif singkat dari kekurangan persediaan (short supply) dan harga yang tinggi. Harga kopi bisa berfluktuasi, kadang-kadang secara dramatis, tergantung pada persediaan, cuaca dan kondisikondisi perekonomian. Tidak lama setelah perang Korea harga kopi naik pada tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Akan tetapi pada paruh kedua tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an, harga kopi turun secara drastis. Keadaan ini membawa kepada suatu inisiatif antarpemerintah untuk menstabilkan pasar dan menghentikan perurunan harga kopi, yang mempunyai konsekwensi politis dan ekonomis secara serius bagi sejumlah besar negara penghasil kopi di Amerika Latin dan Afrika. Bagi sebagian besar negara-negara berkembang, komoditi kopi memegang peranan penting dalam menunjang perekonomiannya, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai mata pencaharian rakyat. Saat ini Indonesia tergolong negara produsen kopi terbesar ketiga setelah Brasil dan Colombia dan negara produsen kopi jenis Robusta terbesar di dunia.(lihat tabel produksi dan konsumsi kopi dunia)

B.

PRODUKSI Kopi merupakan salah satu komoditi yang banyak dibudidayakan di kawasan tropik di benua Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, serta di Asia Pasifik. Jenis kopi yang dikenal di pasar internasional adalah : (1) Kopi Arabika yang sebagian besar dihasilkan di Colombia, negara-negara Amerika Tengah dan Brasil; dan (2) Kopi Robusta yang banyak dihasilkan di Afrika dan Asia Pasifik. Dari jenis kopi yang diproduksi, kopi Arabika merupakan bagian terbesar ( sekitar 70%) dari total produksi dan 30% sisanya adalah kopi Robusta. Trend produksi kopi dunia cenderung mengalami kenaikan. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 1991/92, yaitu lebih kurang 6 juta ton. Rata-rata produksi kopi dunia adalah 5,6 juta ton per tahun. Negara produsen kopi terbesar adalah Brasil dengan produksi rata-rata 1,6 juta ton per tahun, Colombia dengan produksi rata-rata 800 ribu ton per tahun dan Indonesia pada urutan ketiga produsen kopi dunia, dengan produksi rata-rata 500 ribu ton per tahun.

C.

KONSUMSI Pada tahun 1991/92 konsumsi kopi dunia tercatat 4,3 juta ton dan meningkat menjadi 4,6 juta ton pada tahun1996/97 atau meningkat rata-rata 0,5 % per tahun selama periode 1991/91 1996/97. Uni Eropa merupakan konsumen kopi utama di dunia dan membutuhkan kopi rata-rata 2 juta ton. Konsumen kopi terbesar berikutnya berturut-turut adalah Amerika Serikat dan Jepang masing-masing membutuhkan 1,1 juta ton dan 2

D.

350.000 ton. Dalam 5 tahun terakhir Amerika Serikat membutuhkan kopi rata-rata 1,1 juta Ton. EKSPOR Ekspor kopi yang dilakukan oleh negara-negara anggota pengekspor ICO selama periode 1991/92 1996/97 hanya sedikit mengalami kenaikan, yaitu rata-rata 0,23% per tahun. Kenaikan inipun hanya terjadi pada masa 2 tahun terakhir setelah pulihnya panen diberbagai negara produsen yang sebelumnya mengalami kegagalan panen akibat kekeringan pada tahun 1994/95. Rata-rata ekspor selama periode tersebut adalah lebih kurang 4,5 juta ton. Ekspor tertinggi tercatat pada tahun 1996/97 sebesar 4,9 juta ton sedangkan terendah terjadi pada tahun 1994/95 yaitu sebesar 4 juta ton. Seperti halnya produksi, ekspor kopi dunia juga didominasi oleh Brasil, Colombia dan Indonesia. Pangsa pasar ketiga negara tersebut masing-masing adalah 23%, 16% dan 7%, dengan rata-rata volume ekspor masing-masing 1 juta ton, 750.000 ton dan 315.000 ton. Peningkatan ekspor kopi olahan relatif lebih tinggi dari pada bentuk kopi lainnya. Pada tahun 1991/92 total volume ekspor kopi olahan baru mencapai 1,62 juta ton, dengan cepat meningkat menjadi 2,64 juta ton pada tahun1996/97, atau hampir dua kali lipat dalan kurun waktu 5 tahun. Pasar kopi olahan ini lebih banyak dikuasai Brasil dan Colombia masing-masing dengan pangsa pasar 58% dan 12%, sedangkan Indonesia baru 1,3%. Dalam hal ekspor kopi olahan, pangsa pasar Ecuador, India dan Ivory Coast masingmasing 8,6 %, 7,2 % dan 6,7 % jauh lebih besar dari pada pangsa Indonesia.

BAB II ORGANISASI A. LATAR BELAKANG International Coffee Organization (ICO)/Organisasi Kopi Internasional didirikan pada tahun 1963 ketika Kesepakatan Kopi Internasional Pertama berlaku untuk jangka waktu 5 tahun (1962 1967) , Sejak itu perundingan Kesepakatan Kopi Internasional berturut-turut dilakukan dan menghasilkan Kesepakatan tahun 1968 (dengan perpanjangan selama dua kali), Kesepakatan 1976, Kersepakatan 1983 ( dan empat kali perpanjangannya) , Kesepakatan tahun 1994 (dengan satu kali perpanjangan) yang disetujui Dewan untuk jangka waktu 5 tahun mulai 1 Oktober 1994 dan terakhir , Kesepakatan tahun 2001. Organisasi ini di bawah naungan PBB. Kesepakatan tahun 1962 dirundingkan di New York pada konperensi yang diadakan dengan bantuan PBB. Berturut-turut Kesepakatan tahun 1968, 1976, 1983 dan 1994 dirundingkan pada Kontor Pusat Organisasi Kopi Internasional di London, Inggris seperti juga Kesepakatan baru tahun 2001. B. TUJUAN Organisasi sebagai berikut : kopi internasional mempunyai tujuan

Mempromosikan kerjasama internasional dalam bidang perkopian; Menyediakan suatu forum konsultasi antar pemerintah, dan negosiasi apabila diperlukan, tentang masalah perkopian dan cara untuk mencapai keseimbangan yang 4

layak antara penawaran dan permintaan dunia atas dasar yang menjamin penawaran kopi yang memadai pada harga yang wajar bagi para konsumen dan pasar-pasar kopi dengan harga yang menguntungkan bagi para produsen, dan yang akan mendukung keseimbangan jangka panjang antara produksi dan konsumsi; Menyediakan suatu forum konsultasi permasalahan kopi dengan sektor swasta; tentang

Memfasilitasi perluasan dan transparansi perdagangan kopi internasional; Bertindak sebagai suatu pusat untuk melakukan pengumpulan dan analisa serta penyebaran dan publikasi informasi ekonomi dan teknik, data statistik dan hasil-hasil studi, penelitian dan pengembangan bidang perkopian; Mendorong Anggota untuk mengembangkan ekonomi perkopian yang berkesinambungan; Mempromosikan, konsumsi kopi; mendorong dan meningkatkan

Menganalisa dan memberikan saran dalam persiapan proyek-proyek yang memberikan manfaat bagi ekonomi perkopian dunia Mempromosikan kualitas kopi dan; Mempromosikan pelatihan dan program-program informasi yang dirancang untuk membantu alih teknologi yang berkaitan dengan bidang perkopian kepada para Anggota.

Dalam perjanjian ini yang dimaksud kopi adalah biji dan buah dari pohon kopi, baik buah kopi yang masih berkulit, kopi hijau atau kopi panggang dan termasuk kopi bubuk, kopi tanpa kafein, kopi cair dan kopi solube. 5

C.

KEANGGOTAAN ICO Ada tiga macam keanggotaan dari negara-negara yang menandatangani perjanjian ini. Pertama, Keanggotaan Organisasi, yaitu semua pihak yang menandatangani perjanjian ini, bersama-sama dengan wilayahnya untuk mana Perjanjian ini diperluas sesuai ketentuan-ketentuan pasal 48, harus merupakan Anggota Tunggal dari Organisasi. Anggota ini dapat merubah kategori keanggotaannya dengan persyaratan yang disetujui oleh Dewan; Kedua, Keanggotaan yang terpisah bagi wilayah-wilayah tertentu, yaitu merupakan importir netto kopi; Ketiga, Keanggotaan Kelompok, yaitu kelompok yang merupakan eksportir netto kopi.

D.

KEDUDUKAN DAN STRUKTUR ICO Organisasi Perkopian Internasional yang didirikan berdasarkan Perjanjian Kopi Internasional 1962 harus tetap ada untuk mengatur ketentuan-ketentuan dan mengawasi pelaksanaan Perjanjian ini. Kedudukan Organisasi ini harus di London kecuali jika Dewan dengan suara mayoritas dua per tiga memutuskan lain. Secara struktural organisasi harus bekerja melalui Dewan Kopi Internasional dan Badan Eksekutif, dan akan dibantu oleh Konperensi Kopi Dunia, Badan Konsultatif Sektor Swasta. Komite Promosi dan Komite-Komite khusus sesuai keperluan

E.

PELAKSANAAN Negara-negara Anggota mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memungkinkan mereka memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini dan sepenuhnya bekerjasama satu sama lain untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan Perjanjian. Negara Anggota terutama melaksanakan penyediaan semua informasi yang diperlukan dalam rangka memudahkan berlakunya Perjanjian. Surat Keterangan Asal merupakan sumber informasi yang penting dalam perdagangan kopi. Oleh karena itu, Anggota Pengekspor bertanggung jawab untuk menjamin 6

penerbitan dan penggunaan Surat Keterangan berdasarkan peraturan-peraturan yang ditetapkan Dewan.

Asal oleh

Negara Anggota juga mengakui pentingnya informasi tentang re-ekspor untuk menganalisa secara tepat perekonomian kopi dunia. Oleh karena itu, negara Anggota Pengimpor harus menyampaikan informasi mengenai reekspor secara tepat dan teratur, dalam bentuk dan cara yang telah ditentukan oleh Dewan. F. DEWAN PERKOPIAN INTERNASIONAL 1. Susunan Dewan Kopi Internasional Kekuasaan tertinggi Organisasi berada pada Dewan Kopi Internasional, yang terdiri dari semua Anggota Organisasi. Setiap Anggota harus menunjuk satu wakil di Dewan dan,jika diinginkan, satu atau lebih pengganti. Anggota dapat juga menunjuk satu atau lebih penasehat untuk wakil atau penggantinya. 2. Kewenangan dan Fungsi Dewan Kewenangan yang secara khusus diberikan oleh Perjanjian ini harus ditetapkan dalam Dewan, yang akan memiliki kewenangan dan menjalankan pekerjaan yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan Perjanjian ini. Dewan akan mendelegasikan kepada Ketua Dewan, dengan dibantu Sekretariat, tugas untuk memperoleh kepastian mengenai keabsahan dari berbagai komunikasi tertulis berkenaan dengan ketentuan-ketentuan. Ketua harus menyerahkan laporannya kepada Dewan. Dewan dapat membentuk komite-komite kelompok-kelompok kerja, jika dianggap perlu. 3. Sidang-Sidang Dewan Sesuai dengan ketentuan umum, Dewan harus menyelenggarakan sidang tetap dua kali dalam setahun. 7 atau

Dewan dapat menyelenggarakan sidang khusus, atas permintaan Badan Eksekutuf, atau setiap lima anggota atau anggota yang yang memiliki sekurang-kurangnya 200 suara. Sidang harus diselenggarakan di tempat kedudukan Organisasi, kecuali jika Dewan memutuskan lain berdasarkan dua per tiga suara mayoritas yang diberikan. Kuorum yang diperlukan untuk sidang Dewan yang akan mengambil keputusan-keputusan harus dihadiri lebih dari separuh jumlah anggota pengekspor dan pengimpor yang mewakili sekurang-kurangnya dua per tiga suara. G. BADAN EKSEKUTIF Badan Eksekutif terdiri dari delapan Anggota pengekspor dan delapan Anggota pengimpor yang dipilih setiap tahun kopi. Badan Eksekutif bertangguang jawab kepada dan bekerja berdasarkan petunjuk umum Dewan. Dewan , dengan suara mayoritas tunggal dari seluruh suara yang telah dibagikan, setiap saat dapat membatalkan wewenang yang telah didelegasikan kepada Badan Eksekutif. Badan Eksekutif akan mempelajari Anggaran Administratif yang disampaikan Eksekutif Direktur dan diajukan kepada Dewan disertai rekomendasi untuk memperoleh persetujuan, mempelajari dengan seksama rencana kerja tahunan Organisasi,memutuskan masalahmasalah administrasi dan keuangan yang berkaitan dengan kegiatan Organisasi. Badan Eksekutif dapat membentuk kelompok-kelompok kerja, bila dianggap perlu. H. BADAN KONSULTATIF SEKTOR SWASTA Badan Konsultatif Sektor Swasta merupakan suatu badan konsultasi yang membuat rekomendasi atas setiap konsultasi yang disampaikan oleh Dewan dan dapat mengundang Dewan untuk memberikan pertimbangkan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan Perjanjian. 8

BAB III ARAH KERJASAMA DALAM KERANGKA INTERNASIONAL COFFEE ORGANIZATION A. PRINSIP KEGIATAN Selama dua dekade masa perjanjian kopi internasional sejak tahun 1960-an, arah kerjasama antara produsen dan konsumen banyak dipengaruhi oleh keinginan untuk mengupayakan jaminan pasok dan mutu kopi di pasar internasional dan perluasan sumber areal pasoknya. Untuk mengamankan kepentingan ini pihak konsumen selalu terbuka untuk meningkatkan harga perolehan negara produsen dalam bentuk biji kopinya. Kenaikan harga FOB kopi biji di negara produsen sangat efektif untuk dijadikan rangsangan bagi perluasan produksi. Dalam kurun waktu tersebut , pihak negara konsumen bukan saja rela mengangkat harga berdasarkan prinsip harga yang renumerative, tetapi kalau perlu juga jauh diatasnya asal harga tersebut membantu mendorong adanya jaminan pasok dan mutu yang lebih baik. Lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia juga turut aktif mendorong pertumbuhan pasok dan mutu di negara-negara produsen. Memasuki tahun 1980-an sudah terlihat tanda-tanda perubahan perimbangan antara permintaan dan penawaran. Jumlah produksi meningkat cepat dan begitu juga areal sumber produksi menjadi lebih bervariasi dengan hadirnya pendatang baru. Mutu kopi pada umumnya juga mengalami perbaikan. Hal ini membawa alternatif baru bagi negara 9

konsumen sehingga posisi tawar-menawar di dalam ICO menjadi semakin kuat dari pada posisi negara produsen sebelumnya. Dalam keadaan seperti ini, negara konsumen mulai keras menyuarakan keinginan dunia usahanya agar pengelolaan perkopian selanjutnya dapat dilakukan berdasarkan prinsip market orientation, dimana harga ditentukan berdasarkan penawaran dan permintaan semata dan tidak diinginkan adanya intervensi.Hal ini arti sebenarnya adalah sama dengan menolak prinsip renumerative yang digunakan sebelumnya. Dengan masuknya prinsip market orientation tersebut, intervensi pasar oleh ICO dalam bentuk kuota, yang menyebabkan banyak negara anggota konsumen dan negara produsen tidak mendapat ruang gerak yang fair, dihapus. Keadaan ini dengan cepat mengantarkan kerjasama ini kedalam bentuk perjanjian kopi yang baru tanpa klausula ekonomi. Sekarang yang perlu mendapat perhatian Indonesia bukan lagi bagaimana kembali ke masa berlakunya sisteim kuota ICO yang telah lalu, tetapi bagaimana sebaiknya kerjasama didalam ICO ini dikembangkan tanpa mencampuri pasar secara langsung dan bagaimana sebaiknya Indonesia dapat mengambil manfaat maksimal dari ICO. Dalam bentuk yang sekarang ini, ICO harus dilihat sebagai wadah dialog yang efektif diantara konsumen dan produsen mengenai berbagai hal yang menyangkut pasar seperti masalah kontrak, penyelesaian perselisihan dagang secara umum standar mutu, dan sebagai wadah kerjasama kultur teknis perkopian. Berbagai proyek kerjasama yang kini dikembangkan didalam ICO dengan bantuan UNCTAD/Common Fund hingga kini sangat kurang diperhatikan oleh kita. Begitu pula Forum Dialog antar dunia usaha didalam ICO masih kurang 10

dikembangkan, padahal sangat banyak masalah-masalah perdagangan kopi yang memerlukan kerjasama yang erat diantara produsen dan konsumen seperti masalah standar, kontrak dan penyelesaian perselisihan. Indonesia harus dapat mengajukan berbagai proyek dan masalah yang perlu bagi pengembangan perkopian nasional B. KERJASAMA DALAM KERANGKA ASSOCIATION OF COFFEE PRODUCING COUNTRIES (ACPC) Melihat perkembangan yang tidak menguntungkan lagi, negara produsen yang selama masa kuota ICO merasakan manfaat kuota tersebut dengan cepat menggalang persatuan negara produsen kopi untuk membentuk asosiasi negara produsen agar dengan demikian campur tangan di pasar terus dapat dilakukan. Dalam keadaan dimana trend kelebihan pasok dan berlaku sepenuhnya kekuatan pasar, umumnya konsumen akan lebih diuntungkan dan oleh karenanya adalah sesuatu yang wajar bila negara-negara produsen terpaksa membangun persatuannya, untuk dapat secara bersama membela kepentingannya di pasar, dalam hal diperlukan. Keikutsertaan Indonesia dalam asosiasi produsen kopi adalah dengan pertimbangan rasa solidaritas antar negara non-blok, dan dalam pelaksanaan yang menyangkut intervensi pasar lebih banyak dipercayakan kepada dunia usaha melalui asosiasi komoditi yang bersangkutan. Keberadaan asosiasi produsen ini cukup bermanfaat bagi negara-negara produsen kopi. Namun demikian, asosiasi ini sadar bahwa hasil-hasil yang dicapai selama ini belum seperti yang diharapkan, satu dan lain hal, ini disebabkan masih banyak negara produsen kopi yang belum bergabung kedalam asosiasi ini. dua Sejak dibentuk Oktober 1993, ACPC telah melakukan kebijakan intervensi pasar dalam upaya 11

C.

menyeimbangkan penawaran dan permintaan kopi dunia yakni melalui sistim retensi dan program ekspor kopi. Kenyataan menunjukkan bahwa kedua cara tersebut tidak dapat mempengaruhi mekanisme pasar yang berlaku. MANFAAT ACPC Keberadaan ACPC di forum kopi internasional adalah dalam rangka mengamankan kepentingan negara-negara produsen kopi dengan dengan melakukan intervensi pasar, sehingga diharapkan mempunyai bargaining posisition dalam menghadapi konsumen. Namun demikian kebijaksanaan ACPC tersebut tidak sejalan dengan ketentuan WTO yang mengarah pada perdagangan bebas yang menyerahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar. Keikutsertaan Indonesia dalam organisasi ini dilandasi oleh rasa solidaritas sesama negara non-blok yang kebanyakan adalah negara-negara miskin dan sangat tergantung pada kopi. Namun disisi lain kebijakan intervensi pasar ACPC ini juga merugikan Indonesia karena pangsa pasarnya diambil alih oleh negara produsen non-ACPC. Dengan demikian keanggotaan Indonesia kiranya perlu dipertimbangkan kembali.

12

BAB IV KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INDONESIA MENJADI NEGARA ANGGOTA ICO A. PERANAN ICO Meskipun International Coffee Agreement tahun 1994 tidak mempunyai ketentuan yang memungkinkan diadakannya intervensi pasar, namun peranan ICO masih memberikan manfaat terutama sebagai forum konsultasi antara negara-negara produsen dan konsumen. Melalui kerjasama dengan Common Fund for Commodities (CFC) dan Bank Dunia, ICO membantu negaranegara anggotanya dengan mengadakan proyek-proyek penelitian dan pengembangan perkopian yang dapat menunjang perekonomian negara yang bersangkutan. Sampai saat ini Indonesia belum menunjukan adanya minat untuk turut serta dalam proyek-proyek tersebut, namun demikian nantinya kita juga dapat memanfaatkan hasil proyek tersebut untuk diterapkan di Indonesia. Dengan demikian maka kerjasama dengan ICO perlu terus ditingkatkan guna memajukan perkopian nasional yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan taraf hidup petani. Pada mulanya manfaat ICO bagi Indonesia dirasakan sangat membantu dalam menstabilkan harga kopi melalui sistem kuota sesuai ketentuan ekonomis dalam Kesepakatan Kopi Internasional tahun 1984. Namun sejak tahun 1989 sistim kuota mengalami pembekuan dan bersamaan dengan 13

itu dunia mulai memasuki era pasar bebas dan segera setelah itu serta merta harga kopi dipasar internasional jatuh.

B.

FUNGSI ICO PASCA SISTIM KUOTA ICO mencoba merumuskan kembali fungsi lembaga ini setelah sistim kuota ditiadakan dengan melaksanakan : Pembentukan Forum Private Sector Consultative Board (PSCB) Program Peningkatan Mutu Kopi (CoffeeQuality Improvement Programme) Penyempurnaan Data Statistik Kopi dan Rencana Penyelenggaraan International Coffee Conference Upaya-upaya tersebut bagi Indonesia belum dirasakan manfaatnya, terutama bagi penyelesaian permasalahan yang sifatnya spesifik kopi Indonesia. Sementara dana ICO sebagian besar digunakan untuk pembiayaan rutin, seperti biaya kantor dan gaji staf ICO di London. Dalam upaya memperbaiki harga kopi Robusta pihak ICO pernah merumuskan idealnya selisih harga kopi Arabika Komersial (C Contract) dengan harga kopi Robusta di terminal London seharusnya hanya sekitar US$ 30 cents/kg, namun dalam kenyataannya selisih harga Arabika dan Robusta sampai saat ini masih tetap berada diatas US$ 1/kg dan perkembangannya tidak mudah diantisipasi. Berbagai upaya negara-negara produsen kopi untuk memberlakukan kembali sistim kuota tidak membawa hasil terutama sejak USA secara resmi keluar dari ICO pada tahun 1993, kemudian negara-negara produsen mendirikan lembaga unilateral yakni Association of Coffee Producing Countries (ACPC) dengan menerapkan Program Retention Plan dan kemudian Program Ekspor, namun ternyata tidak 14

memberikan hasil sebagaimana diharapkan, sehingga pada awal tahun 2002 ACPC dibubarkan.

C.

KONFLIK KEPENTINGAN ICO dianggap kurang berhasil dalam menjembatani konflik kepentingan antara kelompok negara konsumen dengan kelompok negara produsen dalam lembaga ICO antara lain dalam penerbitan Standard European for Coffee Contract (ECC) yang disusun secara unilateral oleh pihak Uni Eropa serta hal-hal yang menyangkut persyaratan mutu kopi yang diperdagangkan seperti yang menyangkut ambang batas kandungan Ochratoxin A (OTA) pada produk kopi.

D.

MANIPULASI DATA KOPI Data-data Statistik Produksi dan Realisasi Ekspor dari negara-negara ICO sering dimanipulasi dan dimanfaatkan oleh para analis pasar dan pemilik modal (Fund Managers) untuk keperluan spekulasi mereka dengan maksud agar mereka dapat mempengaruhi naik turunnya harga di pasaran internasional dalam kondisi pasar yang cenderung selalu buyers markets.

E.

HAK SUARA Sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ICA 2001, suara anggota ICO seluruhnya berjumlah 2000 suara yang dibagikan sama besarnya antara Kelompok Negara Produsen sebanyak 1000 suara dan Kelompok Negara Importir 1000 suara. Setiap negara produsen diberi hak suara dasar sebanyak 5 suara. Selanjutnya sisanya dibagikan secara proporsional dengan volume realisasi ekspor masing-masing 15

negara yang bersangkutan.

bersangkutan

pada

tahun

kopi

yang

Untuk isu-isu penting keputusan dilakukan melalui pemungutan suara (voting),sebagai contoh untuk tahun kopi 2003/2004 pembagian hak suara bisa diperoleh sesuai ketentuan Pasal 13 ICA 2001 (lihat tabel). Dalam hal ini posisi suara Indonesia pada forum penting adalah sebagai berikut : Forum ICO dan Forum Promotion Committee Posisi Indonesia sebanyak 64 suara atau 3,20 % (lihat tabel) Forum Excecutive Board Posisi Indonesia adalah 60 suara atau 3,02 % (lihat tabel ) Dilihat dari manfaat dan kerugian yang bisa diperoleh Indonesia sebagai anggota ICO, maka dengan beban kontribusi dan pembiayaan yang besar, sebenarnya ICO tidak dapat lagi memberikan keuntungan bagi para anggotanya termasuk Indonesia terutama bila dilihat dari upaya memperbaiki harga kopi dunia. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pada hakekatnya harga kopi ditentukan oleh kekuatan pasar yaitu dari sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Dalam beberapa tahun terakhir ini kenyataan di lapangan justru mengindifikasikan bahwa supply kopi sangat berlimpah (over supply), sedangkan dari sisi permintaan tidak banyak mengalami perubahan (lihat tabel produksi kopi dan konsumsi kopi ).

16

BAB V PENUTUP Organisasi Kopi Internasional yang didirikan tahun 1963 di London dengan bantuan PBB telah merundingkan kesepakatan kopi internasional dan menghasilkan kesepakatan tahun 1968, 1976, 1983, 1994 dan tahun 2001. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar yang diperdagangkan dalam pasar dunia. Komoditi tersebut dihasilkan oleh 60 negara dan memberikan nafkah bagi 25 juta keluarga petani kopi di seluruh dunia. Bahkan beberapa negara produsen menggantungkan pendapatannya pada ekspor kopi karena hampir 75% dari total ekspornya merupakan ekspor komoditi kopi. Negara-negara pengeskpor kopi yang menjadi anggota ICO memproduksi lebih dari 90% kopi dunia, sedangkan negara-negara konsumen anggota ICO mengkonsumsi lebih dari 60% kopi dunia. Bagi negara konsumen, kopi adalah minuman populer yang universal. Sampai dengan pertengahan tahun 1989, perdagangan kopi internasional masih melibatkan organisasi kopi internasional yang melakukan intervensi pasar dengan mekanisme kuota ekspor. Sejalan dengan perkembangan ke arah liberalisasi perdagangan dunia, sistem kuota ekspor kopi dihapuskan pada bulan Juli 1989. Meskipun ketentuan yang dimungkinkan diadakannya intervensi pasar (kuota ekspor) telah dihapus, Indonesia masih bisa 17

memperoleh manfaat dari ICO terutama sebagai forum konsultasi antara negara-negara produsen dan konsumen.

18

Anda mungkin juga menyukai