Anda di halaman 1dari 16

Ini pun akan Berlalu Oleh: Desi Siskawati

Satu bulan lagi hari terindah untuk ku,dimana aku akan menjalankan hidup baruku dengan seorang yang sangat aku cintai. Begitu lengkapnya kebahagianku disaat aku berumah tangga nanti, apa lagi jika hadir sibuah hati. Aku akan dipanggil mama. Sedang asyik mengahayal, handphone ku berdering, segera aku meraihnya dan melihat siapa yang memanggilku, ternyata kekasihku. halo. halo sayang, sebentar lagi aku sampai di rumah kamu, kamu siap-siap ya!. Aku mau mengajak kamu ke kantor oomku. Dia ingin kenalan dengan calon istriku. Kamu dandan yang cantik ya sayang, mmuuaahh. Belum sempat kumenjawab, telephonnya langsung ditutup. Buru-buru aku masuk ke kamar mencari baju. Aku keluarkan semua baju di lemariku, dan akhirnya kutemukan baju yang cantik untuk kupakai nantinya.

Setelah selesai dandan, mama datang menghampiri ku. Waw, anak mama cantik sekali!, Deni sudah menunggu kamu di ruang tamu, kamu temui dia sana!. Oke mam, bagaimana dengan penampilan aku mam ? Cantik, Deni pasti suka jawab mama. Makasih mam. I love you! Langsung saja aku berlari kecil menuju ruang tamu dimana kekasihku menunggu ku. Sayang, kamu cantik sekali! puji Deni. Terima kasih sayang. Kita berangkat sekarang yuk!, oom ku udah menunggu kita dari tadi Oke, yuk! kita pamitan dulu sayang, mama kamu mana ? Hm ada di dalam, mama ma

ya sayang jawab mama sambil menuju ke ruang tamu. Bu, Deni sama Desi pergi dulu ya. kemana ? ke kantor oom bu. Beliau ingin kenalan dengan Desi. oh ya, hati-hati di jalan ya nak Deni. Jangan ngebut-ngebut!. iya bu. Jawab Deni sambil menyalami mama. Ma, aku pergi dulu ya! sambil menyalami mama. iya sayang, hati-hati ya! iya ma. Deni menggenggam tanganku menuju mobil. Kami berdua masuk ke mobil sementara mama melihat kami di teras rumah. sayang, kamu hari ini cantik sekali! Puji Deni. kok hari ini sayang, berarti biasanya aku nggak cantik ya? Jawab ku dengan memasang muka cemberut. haha, biasa nya kamu juga cantik sayang, tapi hari ini itu, cantik kamu beda. beda gimana sayang? terlalu terlalu apa? terlalu cantik. gombal kamu. Setengah jam perjalanan, sampai juga di kantor oom Deni. Setiba disana ternyata kami sudah ditunggu-tunggu oomnya. Kami disambut dengan baik. Deni dengan oomnya kelihatan akrab banget. Meskipun jarak usia mereka jauh. Tapi mereka bercerita seperti sebaya. Panjang lebar bercerita yang diselingi dengan canda tawa, aku pun juga ikut asyik bercerita dengan mereka. tak terasa hari sudah sore, kami pun akhirnya pamit untuk pulang. om, udah sore, kami pamit pulang ya. oh iya Den, nggak terasa ya, cepat banget. Ya sudah, kalian hati-hati dijalan ya. iya om.

rajin-rajin kesini Den. Desi juga, jangan sungkan-sungkan datang kesini. tenang om. Keponakan oom yang ganteng ini pasti kesini lagi. Jawab deni dengan gaya kocaknya. Iya, tapi kesininya jangan lupa bawa Desi juga, kalau kamu sendiri oom tidak terima. Lo kenapa om? Bosan oom lihat wajah kamu, jadi kalau dengan Desi, oom kan bisa lihat desi aja. Hahaha bercanda den. dasar oom, ya sudah kami pergi dulu ya om. iya hati-hati! Kami berdua masuk kemobil untuk pulang. Diperjalanan Deni singgah disebuah Restoran. sayang, kita makan yuk! Kamu lapar kan? lumayan sayang. aku juga lapar sayang. Keluar dari mobil. Deni pun menggenggam tanganku. Kami berdua masuk ke Restoran. Kami mencari tempat yang nyaman untuk berdua. Pelayan Restoran pun datang, kami memesan makanan. Setelah memesan, pelayan pun pergi untuk menyiapkan pesanan kami. sayang, oom aku tadi suka sama kamu. ah kamu ada-ada saja. bener, kamu itu cantik banget sayang, jadi siapa sih yang tidak suka. oh ya, masak sih ? iya, anak-anak kita nanti pasti seneng punya mama cantik seperti kamu. Jawab Deni sambil meraih jemariku dan menggengamnya. sayang kamu jangan berlebihan. I love you sayang.Sambil mencium jemariku. Deni manatap mataku. Kami terdiam, hanya tatapan mata dan hati yang berbicara. Tidak lama kemudian kami dibuyarkan oleh pelayan Restoran yang datang

membawa pesanan kami. Setelah selesai dihidangkan, kami pun langsung manyantap hidangan.Setelah selesai makan kami pun pergi menuju mobil. oh ya sayang, aku hampir lupa. Aku ingin memperlihatkan sesuatu sama kamu. sesuatu, apa itu sayang? Tanya ku penasaran. ada deh, ini kejutan. Kamu pejam mata ya, sebelum aku kasih aba -aba buka, jangan dibuka dulu ya sayang. Sambil menutup mataku dengan sapu tangan. Aku hanya mengangguk. Kemudian Deni menyetir mobilnya. kejutan apa lagi yang akan kau tunjukkan kepadaku sayang? Tanya ku di dalam hati. Lumayan jauh perjalanan. Mataku sudah capek ditutup. sayang, masih jauh ya? Tanya ku tidak sabaran. sabar sayang, sebentar lagi nyampe kok. Jawab Deni dengan tenang. aku sudah capek mejam mata sayang. nah sekarang sudah sampai, kamu boleh buka mata sayang. Sambil melepaskan ikatan sapu tangan dimataku. Terkejut melihat yang ada dihadapan, oh, bagus banget sayang! kamu suka? Tanya Deni. suka banget. Jawab ku spontan. rumah ini untuk kita nanti sayang. Setelah menikah, kita akan menempati rumah ini. Kamu mau kan sayang? aku mau sayang. Jawab ku. sekarang kita pulang yuk!, udah malam. ya. Setelah itu kami pulang. Deni mengantarku kerumah, sampai di rumah aku tersenyum-senyum sendiri menuju kamarku. Ku hempaskan tubuhku ketempat tidur. Lalu mengenang kembali perjalanan tadi. aku bahagia melihat kejutan dari Deni, aku memang tidak salah pilih calon suami, baik, cakep, dan mapan. Meskipun capek, perjalanan hari ini sangat menyenangkan. Kulihat jam pukul 20.00, segera aku mandi dan setelah itu, memakai gaun tidur. Aku pejamkan mata ku yang memang sudah tidak sabar lagi untuk ditutup. Aku pun tertidur.

Tidak lama kemudian, tidurku terganggu oleh suara keributan di ruang keluarga. Aku kaget dan langsung keluar kamar. siapa yang ribut itu ya? Tanya ku membatin. Pa, mengapa itu bisa terjadi? Papa minta maaf Ma! lalu bagaimana nasib kita kedepannya Pa? Mama tenang dulu, Papa sedang mencari jalan keluar. Ternyata yang rebut itu adalah orang tuaku, perusahaan Papa lagi dalam masalah, terbelit oleh hutang yang tidak bisa dikendalikan lagi. Jadi perusahaan Papa terancam bangkrut. Itu lah yang selalu dipeributkan oleh Mamaku. Papa dan Mama selalu bertengkar. Pertikaian orang tuaku membuat aku sedih, baru saja aku mendapatkan kejutan yang menyenangkan dari Deni. Sekarang aku malah mendengar perkelahian orang tuaku. Aku kembali kekamar, aku tidak mau ikut campur urusan orang tua ku. Ku paksakan untuk memejamkan mataku dan berharap esok ku mendapatkan berita baik. Azan Subuh berkumandang. Aku bangun dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Ku lihat di ruang keluarga ada Papaku sedang tidur. Akibat pertengkaran semalam, Mama pasti tidak boleh Papa tidur di kamar, makanya Papa tidur diruang keluarga. Kulihat wajah Papa, beliau kelihatan sedang menanggung beban yang sangat berat. Aku kasihan sama Papa. Aku bangunkan Papa dan mengajaknya untuk shalat. Pa, bangun pa! oh Desi, kamu sudah bangun nak? sudah Pa, kita Shalat yuk Pa! iya. Jawab Papa. Kami pun shalat subuh bersama-sama. Setelah shalat, kami duduk diruang keluarga. Papa menanyakan pernikahan ku dengan Deni. Des, bagaimana persiapan pernikahan mu dengan Deni? Tanya Papa. sudah Pa, undangan sudah siap, gaun pengantin sudah siap, tempat dan perlengkapan yang lain juga sudah Pa. jawab ku. Sejenak Papa terdiam mendengar jawabanku, aku mengerti yang ada dipikiran beliau. Beliau pasti bingung, sebentar lagi anaknya menikah, sementara dia sibuk mengurus perusahaan yang hampir bangkrut.

Des, Papa pergi dulu ya. Sambil keruang kerjanya untuk mengambil tas. Papa mau kemana? Papa mau ke kantor nak. tapi inikan masih pukul 06.00 Pa, kenapa cepat sekali Papa ke kantornya? Papa juga belum sarapan. Tanya ku sambil mengiringi Papa menuju halaman rumah. Papa masih ada urusan nak, jadi Papa harus ke kantor. Papa hati-hati dijalan ya. Jawab ku sambil menangis, aku sudah tidak kuasa menahan air mataku. iya sayang, jangan nangis gitu dong, Papa baik -baik saja kok, ini semua akan berlalu sayang. jaga diri kamu baik-baik ya, jangan terlalu banyak menangis menghadapi masalah. Tetap tersenyum,berusaha dan jangan lupa berdoa sama Allah, minta petunjuk pada-Nya, insaallah diberi jalan keluar. iya pa. sambil menghapus air mataku. ya sudah, papa berangkat sekarang. Jangan menangis lagi, maafkan papa yang tidak bisa memberimu kebahagian Sambil mencium keningku. Aku hanya bisa mengangguk, mulutku seakan terkunci, tidak bisa berkata apaapa. Aku peluk papa. Setelah lepas pelukan kami, papa pun pergi. Terlihat diwajah papa yang begitu sedih meninggalkan aku. Setelah mobil papa berangkat, aku kembali ke kamar. Aku sedih mengingat sebentar lagi hari pernikahanku, sementara kondisi keluargaku seperti ini, perusahaan papa sedang menghadapi masalah. Papa sama mama selalu bertengkar, mama tidak pernah menenangkan papa, mama selalu marah jika uang untuk dia belanja dan pesta dikurangi, mama tidak peduli dengan kondisi keuangan yang harus banyak berhemat. Aku kasihan sama papa. Seketika aku teringat papaku, beliau pergi dari tadi pagi, aku khawatir karna beliau pergi sendirian sementara kondisi pikirannya sedang kacau. Aku telepon papa. Hanya sekedar mengecek kondisi beliau, apakah beliau baik-baik saja. halo. halo pa. papa dimana sekarang? tanyaku dengan penuh kekhawatiran. papa di kantor nak, ada apa? aku khawatir sama papa. papa baik-baik saja kok.

kalau ada apa-apa, papa cepat hubungi aku ya! iya nak. Mendengar suara papa, hati ku jadi tenang. Desi Terdengar suara mama memanggilku. iya ma. Jawabku. nanti teman-teman mama datang, bantuin mama menyiapkan hidangannya ya! iya ma. Itulah mamaku, sebentar-sebentar pesta. Tidak mau tau kondisi keuangan yang sedang memprihatinkan. Mama selalu menghabiskan uang hanya untuk bersenang-senang dengan teman-temannya. Setelah selesai membantu mama masak, Deni meneleponku, dia mengajakku untuk makan siang diluar. Sentar lagi dia datang menjemput ku. Buru-buru aku mandi dan bersiap-siap untuk makan siang dengan Deni. mama, Deni mengajakku makan siang, sebentar lagi dia datang. Mama aku tinggalin tidak apa-apa kan ma?, mama hidangin sendiri ya. Sambil memelas, agar mama mengizinkan aku untuk pergi. iya, tidak apa-apa, pergi saja jawab mama terima kasih mama ku yang cantik. Tidak lama kemudian Deni sampai dirumahku. Setelah berpamitan dengan mama, kami pergi menuju suatu tempat untuk makan siang. Sedang menyantap hidangan, terhenti oleh dering handphoneku , yang ternyata mamaku. halo ma. halo sayang, kamu dimana sekarang? Tanya mama sambil menangis. aku lagi di Restoran ma, mama kenapa menangis? tanyaku cemas. kamu pulang sekarang ya nak! jawab mama dan langsung mematikan teleponnya. aku gelisah, ada apa dengan mamaku.

siapa yang nelpon sayang? Tanya Deni. mama. aku disuruh pulang sekarang sayang. kenapa? Kamu belum makan lo sayang, aku juga belum selesai. tapi aku tidak tenang sayang, mama tadi menelponku sambil menangis. Aku khawatir terjadi sesuatu pada beliau. Kita pulang sekarang yuk! Dengan nada memelas. ya sudah, tunggu aku bayar dulu makanan kita. Jawab Deni ketus karena dia belum selesai makan sudah aku ajak pulang. Diperjalanan Deni kelihatan sebel sama aku. Dia diam saja dan menyetirnya pun tidak seperti biasanya. sayang, kamu marah ya sama aku? Tanyaku. Deni tidak menjawab. Dia tetap fokus menyetir mobilnya. Aku memilih untuk diam, pikiran ku melayang kerumah, ada apa dirumah? Kenapa mama menangis? Mengapa ada suara keramaian dirumah? Apa yang telah terjdi? Mengapa mama tidak mau mengatakannya padaku di telpon tadi? Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk dipikiranku, dan akhirnya sampai juga didepan rumah. Kulihat berkibar bendera kuning di halaman rumah, kulihat lagi ada juga mobil Ambulans dan mobil Polisi, disekitarnya terdapat Bapak dan Ibu memakai peci dan kerudung. Tidak sadar tertetes air mataku. Tubuh ku lemas tidak bertenaga. Wajahku berubah pucat. sayang, kamu tenang dulu, kita masuk dan lihat apa yang terjadi didalam. Kata Deni Sambil menggenggam tanganku dan mengiri aku untuk masuk. Sekuat tenaga aku langkahkan kakiku untuk masuk kedalam rumah dan kulihat terbujur sosok yang begitu pucat dan kaku, diselimuti oleh kain putih. Papa aku berteriak. Kakiku tidak bertenaga lagi. Aku langsung jatuh dan disambut oleh mamaku. sayang, kita harus ikhlas menerima semua ini, papa kecelakaan ketika diperjalanan menuju rumah oom kamu. Papa mau minjam uang untuk menutupi hutang perusahaan, tapi diperjalanan berkata lain. Papa kecelakaan. Kata mama sembari memeluk tubuhku. Deni menggenggam tangan ku sayang, kamu harus kuat ya. Aku tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Tubuhku lemas, air mataku tak berhentinya keluar. Aku teringat kejadian tadi pagi. Aku tidak menyangka ternyata itu terakhir aku bersama papa.

Papa aku berteriak sekuat tenaga memanggil papa. Dada terasa sesak dan aku tidak sadar apa-apa lagi. Setelah aku sadar, kulihat mama dan Deni disebelahku. ma, Apa yang telah terjadi? Tanya ku, berharap yang kualami tadi hanyalah mimpi. kamu tadi pinsan sayang jawab mama. papa mana ma? papa sudah tidur dengan tenang di alam sana nak, kamu menerima semua ini. harus ikhlas ya

iya sayang, kamu harus kuat. Kata Deni sambil menggenggam tangan ku. papa sudah dimakamkan ya Ma? tanyaku sama mama. sudah sayang. Aku menangis, aku tidak menyaksikan pemakaman terakhir papa ku. Aku sedih sekali. Ya Allah, terimalah papaku disisimu. Doaku didalam hati. Setelah kepergian papa, semua menjadi berubah. Mama tidak pernah dirumah, dia selalu berpesta dengan teman-temannya. Alasan mama sih mau menghilangkan stress. Tapi aku benci hal itu, aku benci dengan sikap mama yang tidak memperdulikan aku. Kesunyian, kesepian, dan kesedihan yang aku rasa. Sebulan berlalu, setelah meninggalnya papa, aku dikagetkan oleh kedatangan seorang lelaki. benar ini rumah Ibu Sarah? Tanya lelaki itu. benar, anda siapa? saya hermawan. oh, ada perlu apa? Tanyaku. boleh saya masuk? lelaki itu tidak menjawab pertanyaanku. Tetapi dia langsung masuk, tanpa menunggu jawaban dariku untuk mempersilahkannya masuk. tidak sopan gumamku didalam hati. Lelaki itu langsung duduk santai diruang tamu. anda ada perlu apa datang kesini? Tanya ku kesal.

Lelaki itu tidak menjawab, dia masih duduk santai sembari memandangku dengan tersenyum-senyum. Aku menjadi tidak mengerti, siapa dan ada perlu apa lelaki ini. hei, jawab dong, ada perlu apa anda kesini? Tanyaku lagi dengan nada marah. cantik, jangan kasar begitu dengan tamu.jawab lelaki itu dengan santai. Aku jadi semakin kesal melihat gaya lelaki ini. jika kamu tidak punya kepentingan, silahkan pergi dari rumahku. Kataku, aku sudah muak melihat gaya lelaki yang menurutku tidak punya sopan santun dirumah orang. Apa pergi? kamu mengusir aku dari rumah ini? Tanya lelaki itu dengan sinis. iya kamu pergi dari rumahku. Mendadak aku menjadi takut melihat lelaki itu. Aku takut dia punya maksud jahat. rumahku, apa kamu bilang, rumahku? iya, silahkan anda pergi dari rumahku hei, jangan tidur terus, ayo bangun-bangun kata lelaki itu. maksud kamu apa? Tanyaku tidak mengerti. iya kamu bangun dari tidur, agar kamu tau yang terjadi diluar sana.kata lelaki itu sambil mendekatiku. Aku menjadi takut, sebenarnya apa yang telah terjadi? sekarang kamu bereskan barang-barang kamu, dan segera angkat kaki dari rumah ini. tidak, aku tidak akan pernah pergi dari rumah ini. ini bukan rumah kamu lagi, mama kamu telah menjual semuanya, saham, rumah, mobil dan semua aset-aset peninggalan papa kamu. kamu bohong, aku tidak percaya. Tidak mungkin mama kamu itu wanita yang paling bodoh dan jahat, dia menjual semuanya tanpa memikirkan anaknya yang cantik ini. Kata lelaki itu sambil tertawa mengejekku. cukup, sebaiknya kamu berhenti dari omong kosongmu itu, dan segara pergi dari rumahku. Kalau tidak aku akan laporkan kepolisi. Ancamku. hahaha kamu mau lapor polisi, itu sama saja artinya kamu menyuruh polisi untuk menyeret kamu keluar dari rumah ini. Sadar cantik, ini bukan rumah kamu lagi. Kata lelaki itu sambil menertawakanku.

tidak, itu tidak mungkin. Ini rumahku. Mama ku tidak mungkin menjualnya. tapi kenyataannya mungkin, buktinya mama kamu sudah menjualnya padaku. apa buktinya? Tanya ku dengan suara bergetar, aku tidak percaya mamaku menjual rumah ini. oh, kamu mau bukti, baik akan aku tunjukkan buktinya. Jawab lelaki itu sambil membuka tas dan mengeluarkan dokumen-dokumen. kamu lihat dan baca ini kata lelaki itu sambil membuka berkas ditangannya. Kulihat isinya surat jual beli beserta sertifikatnya. Transaksi jual beli ini ditanda tangani atas nama mama. Aku terdiam, terkejut melihatnya. Tubuhku bergetar, aku tidak rela ini terjadi, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak menyangka mamaku melakukan itu. kamu sudah membacanya cantik? Tanya lelaki itu. Aku hanya diam, ada perih dihatiku, menyesakkan dada, begitu menyesakkan dada melihat semua yang dilakukan mama. Aku hanya bisa mengeluarkan air mata. tunggu apa lagi, cepat angkat kaki dari rumah ini. Kata lelaki itu. Aku masih diam, kakiku tidak sanggup melangkah. Aku masih syok melihat kenyataan ini. ayo cepat pergi!, jangan paksakan aku untuk berbuat yang lebih kasar lagi kepadamu. Kata lelaki itu. cukup, aku akan pergi! kupaksakan kakiku untuk melangkah ke kamar, membereskan barang-barangku, uang, baju, atm dan buku tabunganku. Tidak lupa aku juga bawa foto-foto dan semua barang kenangan papa. Setelah selesai membereskan barangku, aku pergi dengan membawa koper dan tas. Aku tidak tau harus kemana. Aku telpon mama, nomornya tidak aktif. Dimana mama sekarang, bagaimana nasibnya? tanyaku didalam hati. Kulangkahkan kakiku menyusuri jalanan. Tiba-tiba handphone ku berbunyi. Ku lihat nomor tidak dikenal menelpon ku. halo. Halo des. Bergetar dadaku mendengar suara itu Deni, ini Deni ya? tanyaku. iya, ini aku Deni, bisa kita ketemuan sekarang di taman biasa.

bisa. aku tunggu. Deni langsung mematikan telponnya. Aku ingat, 2 hari lagi tanggal pernikahanku. Aku hampir lupa akan hal itu, sejak kepergian papa, aku hanya memikirkan papa. Aku jadi senang,berarti aku ada tempat tinggal. Deni nanti pasti mengajakku tinggal bersamanya. karna sebentar lagi hari pernikahan kami. Dengan tersenyum-senyum aku menuju taman tempat biasanya kami kunjungi. Mendadak kesedihanku hilang. Karna aku juga sudah sangat rindu pada Deni. Dan akhirnya aku sampai juga di taman. Deni sudah menunggu ku. hai sayang. Sapaku hai. Aku duduk disamping Deni. Sikap Deni dingin sekali denganku, tidak seperti biasanya, dia sama sekali tidak seperti orang yang merindu. Aku duduk tertunduk, perasaanku sangat sedih melihat sikap Deni. Desi, aku mau ngomong. iya, ngomong saja. Jawabku. ini tentang hubungan kita. Aku hanya diam. Entah mengapa, aku merasaka hal yang sangat berbeda. Sepertinya Deni tidak mencintaiku lagi. aku ingin hubungan kita putus. Pernikahan kita dibatalkan. kenapa Den? tanyaku sambil menangis. Aku tidak sanggup lagi membendung air mataku, perih terasa dihatiku. Menyesakkan. Maafkan aku Des. Aku tidak mungkin menikah dengan wanita miskin. Apa nanti kata keluarga ku kalau aku menikahi wanita yang tidak punya apa-apa. Aku sudah mengetahui semua yang terjadi padamu dan keluargamu. Salam perpisahan desi. Deni pergi meninggalkan aku yang sedang menangis. Dia sama sekali tidak memperdulikan perasaanku. Dia berlalu begitu saja hanya karena status sosialku. Aku sangat sedih. Aku berlari, ingin aku bawa kemana rasa sakit dan kecewa ini. Semua orang yang aku sayangi satu persatu pergi meninggalkan aku. Papa pergi, Mama juga pergi, dan Deni juga meninggalkan aku. Sekarang aku sendiri. Aku tidak punya siapasiapa lagi. Aku benci sama mama. Aku sakit hati mendengar penuturan Deni. Dia

pergi dan menghinaku. Aku tak layak hidup didunia ini. Apa gunanya hidup tanpa orang-orang yang aku cintai. Kuterus berlari menyusuri jalan, tidak tau tujuan, entah mau kemana. Aku bingung. Tiba-tiba ku melihar ada jurang. Terbesit dihatiku untuk menyusul papa. Hanya papa orang yang menyayangiku. Hati bergejolak. Tidak ada pilihan lain, aku harus mengakhirinya. Mungkin ini jalan terbaik untukku. Kataku didalam hati. Aku pejamkan mata, bersiap-siap untuk melompat. hey. Kumendengar suara teriakan seseorang. Aku tidak perduli. Keputusanku sudah bulat. Tapi belum sempat aku melompat, aku terasa oda orang yang menarikku. lepaskan aku, biarkan aku mati kataku dengan perasaan yang tidak karuan. Tetapi orang itu tidak menggubrisku. Aku tetap berontang agar orang itu melepaskanku. lepaskan aku, aku mau mati. Aku tidak mau hidup, aku benci dengan semua orang di dunia ini. Lepaskan aku kata ku lagi dengan terus memberontak. plakkkkkkk sebuah tamparan melayang dipipiku, terasa perih sekali. Aku diam. maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu, tapi aku ingin kamu sadar, bahwa bunuh diri itu bukan akhir dari segala masalah. Itu keputusan yang sangat bodoh. Kata orang itu. Aku hanya menangis, perasaanku bercampur aduk. berapapun beratnya masalah yang sedang kamu hadapi, kamu tidak boleh menyelesaikannya dengan bunuh diri, jika kamu bunuh diri berarti kamu melawan takdir, kamu melawan Allah. Kamu taukan Allah sangat benci dengan hambanya yang bunuh diri. Aku masih menangis. Orang itu melepaskan pegangannya kemudian duduk disampingku. Dia terdiam menatapku. jangan terlalu banyak menangis menghadapi masalah. Tetap tersenyum,berusaha dan jangan lupa berdoa sama Allah, minta petunjuk pada-Nya, insaallah diberi jalan keluar. Kamu harus tau, ini pun akan berlalu. Kata orang itu, sembari menghapus air mataku dengan sapu tangannya. Aku kaget dengan kata-kata itu, seketika aku seperti diberi setitik air ditangah keringnya jiwaku, kering akan kasih sayang. Aku seakan diberi kekuatan dan

semangat yang luar biasa. Kata-kata yang orang ini ucapkan sama seperti katakata papa ku sebelum almarhum pergi. Siapa orang ini? Tanya ku didalam hati. Dan sepertinya orang ini mendengar suara hatiku. perkenalkan, aku risky. Aku tadi hanya kebetulan lewat dan melihatmu yang ingin bunuh diri. Maafkan aku jika aku lancang. Kata lelaki itu. tidak apa-apa, terima kasih sudah menyadarkan aku. Dengan kata-kata mu tadi, aku sadar, bahwa sebelum papa ku pergi, beliau meninggalkan pesan itu padaku, jika kamu tidak menahanku untuk bunuh diri, papaku pasti kecewa dan marah padaku. melihat wajah kamu, sepertinya kamu sedang menghadapi masalah yang sangat besar, percayalah, jika kamu hadapi dan minta pertolongan pada Allah, pasti masalah kamu akan selesai. Aku yakin kamu pasti bisa. terima kasih sudah menyemangatkanku. Nama aku Desi. rumah kamu dimana Des? Biar aku antar kamu pulang. Tanya Rizky. aku tidak punya rumah Rizky. Jawabku. oh kalau gitu, kamu tinggal dirumah aku saja. Kebetulan di rumah aku tidak punya saudara perempuan, jadi mama ku pasti senang kalau kamu tinggal dirumahku. Kamu maukan? Aku terkejut, mendengar tawaran Rizky, dia baik sekali padaku, padahal aku baru ketemu dengannya. Aku bingung mau jawab apa, jika aku tolak aku mau tinggal dimana. ayo lah Desi, tidak apa-apa kok, anggap saja ini sebuah takdir, selama ini aku juga sedang mencari wanita untuk menemani mamaku dirumah, beliau sangat mengiginkan ada seorang gadis dirumah. Karna kami bersaudara semua nya lakilaki. Keluargaku pasti sangat senang dengan kehadiran kamu dikeluargaku. Kamu maukan tinggal dirumahku?. Aku mengangguk. terima kasih Desi kata Rizky melihat anggukan ku. Kamipun masuk kemobil menuju rumah Rizky. Benar yang dikatakan Rizky, Keluarganya sangat baik sekali. Mereka sangat senang dengan kehadiran ku ditengah keluarga mereka. Orang tuanya sangat kaya, tapi tidak punya putri. Mereka sangat mendambakan seorang Putri dirumahnya. Disana aku mendapatkan kasih sayang yang utuh, seperti aku mendapatkan kasih sayang dari orang tuaku dulu. Mereka memenuhi semua kebutuhanku. Papa benar, ternyata semua

kesedihan dan kesenangan tidak selamanya. Semuakan akan berlalu. Dengan katakata itu, membuat aku hidup seimbang. Ketika aku mendapatkan kesenangan, aku tidak pernah sombong, karna itu akan berlalu. Dan sebaliknya jika aku mendapatkan masalah atau kesedihan, aku juga tidak pernah putus asa. Karna kesedihan pasti juga akan berlalu. Hidup itu berputar. Kadang diatas, kadang dibawah.

BIODATA

Nama

: Desi Siskawati

Alamat

: Jl. Seroja No.39 Pasar Bawah,Muara Bungo, Jambi

Tempat tanggal lahir

: Medan, 07 September 1994

Kuliyah

: Universitas Muara Bungo, Fakultas Ekonomi.

Jurusan

: Akuntansi

No. HP

: 087745159548

Anda mungkin juga menyukai