Anda di halaman 1dari 8

FAUNA TANAH

A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Mempelajari teknik isolasi dan menentukan populasi arthropoda tanah. 2. Latar Belakang Tanah merupakan tempat tinggal untuk bermacam-macam binatang kecil. Binatang ini melakukan proses pembusukan sisa tanaman sehingga menjadi unsur hara dan menggali lubang serta terowongan yang menyebabkan terbentuknya saluran peredaran air dan udara di dalam tanah (Hanafiah, 2005). Dengan menggali tanah, binatang-binatang kecil mencampur lapisanl-apisan tanah. Tanah yang sehat mempunyai berbagai jenis binatang (bio-diversitas tinggi). Dominasi oleh salah satu jenis binatang merupakan tanda adanya kemungkinan ketidakseimbangan pada tanah tersebut. Misalnya, terlalu banyak atau terlalu sedikit air. Penggunaan pestisida juga bisa merusak keseimbangan biologis tanah (Lee dan Foster, 1991). Fauna (binatang) tanah yang bersifat heterotrof yang berperan dalam jaringan makanan di dalam sistem tanah serta berperan dalam proses pembentukan tanah. Di seluruh ekosistem darat, Fauna tanah dikelompokkan berdasarkan ukuran panjang badannya, yaitu (Flora, 2006):

Mikrofauna : 0,02-0,20 mm Mesofauna : 0,20-10,4 mm Makrofauna : 10,4-83,2 mm Menurut Foth (1994) Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam

pembusukan zat atau bahan-bahan organik dengan cara : 1. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi aktifitas bakteri dan jamur, 2. Melakukan pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin, 3. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus, 4. Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas, 5. Membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah.

Fauna tanah memegang peranan penting dalam siklus hara di dalam tanah, sehingga dalam jangka panjang sangat mempengaruhi keberlanjutan produktivitas lahan. Sebagai contoh adalah cacing. Secara alami, ketersediaan nutrisi cacing tanah dipenuhi oleh hasil aktivitas organisme lain seperti mesofauna tanah. Mesofauna memecah bahan organik kasar menjadi serpihan yang lebih halus, yang selanjutnya berubah menjadi koloid-koloid organik sehingga menyediakan nutrisi bagi cacing tanah. Selanjutnya cacing mendistribusikan nutrisi tersebut (membawanya ke dalam liang cacing) ke areal sekitarnya sehingga merangsang perkembangan mikroorganisme tanah (Muhammad, 2003). Berbagai aktivitas mikroorganisme tanah, mikroflora dan fauna saling mendukung keberlangsungan proses siklus hara, membentuk biogenic soil structure yang mengatur proses fisik, kimia, dan hayati tanah. Pemanfaatan biota tanah sebagai agens hayati yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam membantu pertumbuhan tanaman merupakan peluang yang sangat besar dalam melestarikan kesuburan dan produktivitas tanah. Oleh karena itu, di samping diperlukan pengetahuan tentang kemampuan dan keunggulan biota tanah dalam menjalankan fungsi ekologis, juga perlu diciptakan teknologi aplikasi biota yang tepat dalam pengelolaan lahan, terutama lahan kering (Odum, 1996).

B. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada acara praktikum ini antara lain: sekop, thermometer tanah, soil tester (pengukur pH dan kelembapan tanah), lup, mikroskop, cawan petri, gelas preparat, saringan atau ayakan tanah dan corong berlesse-tulgren modifikasi, sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah sampel tanah dan alcohol 70%. 2. Cara Kerja Praktikum kali ini dimulai dengan mengambil sampel tanah perakaran dibawah pohon. Sebelum tanah diambil, sebelumnya tanah diukur pH dan kelembapannya dengan soil tester. Suhu juga diukur dengan thermometer tanah. Suhu, kelembapan dan pH tanah dicatat. Selanjutnya tanah diambil dengan menggunakan sekop. Sampel tanah tersebut kemudian diambil sebanyak 500g. sampel tanah ini kemudian ditaruh pada corong

Berlesse-Tulgren yang sudah dimodifikasi sebelumnya. Untuk menampung fauna tanah, pada bawah corong diletakkan tabung penampungan yang telah diisii dengan alcohol 70%. Corong yang telah diisi tanah kemudian ditutup dan diatasnya disinari lampu. Setelah disinari selama 2-4 hari, fauna tanah akan jatuh pada tabung penampungan. Selain fauna yang didapat pada tabung, fauna juga dicari pada tanah yaitu dengan mengayak tanah. Kemudian fauna-fauna yang didapat diamati dengan lup atau mikroskop. Pengamatan meliputi identifikasi taksonomi. Gambar dari fauna tersebut juga diambil sebagai data. Data-data yang terkumpul kemudian ditabulasikan. C. HASIL 1. Foto makrofauna yang ditemukan pada sampel tanah

2. Parameter Tanah Tabel 1. Hasil pengamatan pada sampel tanah masing-masing kelompok. No. 1. Kelompok Satu pH 7 Suhu (oC) 30 Kelembapan (%) 50 Kondisi kering Fauna Mesofauna: soil arthropoda (42 ekor), semut (1 ekor) Mesofauna: Arachnida (1 ekor), larva (2 ekor), Insecta (1 ekor) Coelembula (10 ekor) Larva diptera (2 ekor), Insecta (3 ekor)

2. 3. 4.

Dua Tiga Empat

7,1 6,5 7

30 32 35

25 55 12,5

lembab kering kering

D. PEMBAHASAN Hewan tanah merupakan hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang dalam tanah. Dengan demikian kehidupan hewan tanah sangat ditentukan oleh faktor fisika tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika kimia tanah selalu diukur (Muhammad, 2003). Faktor fisika dan kimia tanah yang menentukan komposisi dan kerapatan serangga permukaan tanah disuatu tempat adalam pH, suhu, kelembaban, makanan, cahaya, tektstur tanah dan kadar organik tanah, sengga terjadi kelimpahan serangga tanah (Odum, 1996). Menurut Foth (1994) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di hutan, adalah: 1) kondisi struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi 2) kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup 3) suhu tanah menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah dan mempengaruhi peletakan telur. Laju optimum aktifitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu 18-30C. 4) cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya. 5) pengukuran pH tanah juga sangat di perlukan dalam melakukan penelitian mengenai makro fauna tanah. pH netral adalah kondisi terbaik untuk pertumbuhan fauna

Perlakuan lampu pada corong Berlesse-Tugren akan menyebabkan hewan dalam tanah mencari tempat yang dingin yaitu kebawah, dan ketika semakin ke bawah fauna-fauna tersebut akan terbius oleh alcohol sehingga jatuh kedalam tabung. Alkohol juga berperan sebagai pengawet fauna agar tidak rusak ketika diamati. Dari hasil pengamatan, fauna yang ditemukan adalah arthropoda.

Arthropoda merupakan filum yang paling besar pada dunia hewan, mencakup serangga, labalaba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbukubuku. (Flora, 2006). Sejumlah fauna yang ditemukan adalah: 1. kelompok satu: soil arthropoda sebanyak 42 ekor dan semut (insecta) 1 ekor, 2. kelompok dua: arachnida 1 ekor, larva 2 ekor dan insecta 1 ekor 3. kelompok tiga: collembola 10 ekor 4. kelompok empat: larva dipteral 2 ekor dan insecta 3 ekor Arthropoda memiliki empat kelas (Flora, 2006), diantaranya yaitu : 1. Kelas Myriapoda. 2. Kelas Crustacea. 3. Kelas Arachnida. 4. Kelas Insecta. Pada Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar beracun pada kaliseranya (alat sengat), contoh hewan ini adalah Laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila maculata). Kutu (Arachnida) sebagian besar makrofauna ini memakan serat-serat organik mati seperti hifa jamur dan benih, ada yang memakan telur serangga dan mikrofauna lain seperti springtail. (Foth, 1994). Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga), anggota hewan ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang dan lebah. Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah. Semut, hewan tanah yang berperan penting dalam perombakan bahan organik. Semut memakan sisasisa organisme yang mati dan membusuk. Pada umumnya perombakan bahan-bahan organik dalam saluran pencernaan dibantu oleh berbagai enzim pencernaan yang dihasilkan oleh mesenteron dan organisme yang secara tetap bersimbiosis dengan pencernaannya (Hanafiah, 2005).

Muhammad (2003), menyebutkan pada sebagian besar populasi Collembola tertentu, merupakan pemakan mikoriza akar yang dapat merangsang pertumbuhan

simbion dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Di samping itu, Collembola juga dapat berfungsi menurunkan kemungkinan timbulnya penyakit yang disebabkan oleh jamur. Collembola juga dapat dijadikan sebagai indikator terhadap dampak penggunaan

herbisida. Pada tanah yang tercemar oleh herbisida jumlah Collembola yang ada jauh lebih sedikit dibandingkan pada lahan yang tidak tercemar. Keanekaragaman fauna tanah pada musim atau tipe permukaan tanah yang berbeda memiliki perbedaan. Di kalangan fauna tanah, makrofauna berpotensi terbesar mendayai langsung sifatsifat tanah. Makhluk-makhluk ini menghaluskan dan merombak ulang sisa organik dalam profil tanah yang meningkatkan luas permukaan dan ketersediaan substrat organik bagi kegiatan mikrobia. Golongan tertentu makrofauna tanah, terutama semut, rayap, dan cacing tanah dapat mengubah banyak struktur tanah yang pada gilirannya dapat mempengaruhi infiltrasi, daya antar hidrolik dan pelindian. Pengaruh makrofauna dalam proses pendauran hara tanah adalah memotong-motong sisa tumbuhan, merangsang kegiatan mikrobia. Selain sebagai mediator pengurai bahan organik, populasi makrofauna dipengaruhi oleh jenis vegetasi diatasnya. Di sini terbentuk hubungan simbiosis mutualisme. Simbiosis ini terjadi karena vegetasi mengeluarkan cairan atau eksudat melalui akar-akarnya yang memberikan sumber makanan dan mengkondisikan tanah sedemikian sehingga mendukung kehidupan makrofauna.

E. KESIMPULAN Metode isolasi fauna tanah menggunakan peralatan sederhana yaitu corong BerlesseTugren efektif untuk mengeluarkan fauna dalam tanah sehingga dapat diamati. Dari hasil pengamatan dan pengkajian data, fauna tanah ini dapat digunakan menjadi indicator terhadap kesuburan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Foth. H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah (diterjemahkan oleh Soenartono Adi Soemarto). Penerbit Erlangga. Jakarta. Flora. 2006. Keanekaragaman dan Peran Arthropoda Tanah Pada Pertanaman Kakao di Pinggiran Hutan Taman Nasional Lore Lindu. J. Agroland 13 (1) : 19 23 Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Biologi Tanah Ekologi dan Mikrobologi Tanah. PT. raja Grafindo. Jakarta. Lee, K. E and Foster, R. C. 1991. Soil fauna and soil structure. Aust. J. Soil. 29 : 755 - 775 Muhammad, NS., 2003. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Odum, E. P. 1996. Dasar Dasar Ekologi. Terjemahan oleh T. Samingan. Gadjah Mada Press. Yogyakarta

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TANAH

FAUNA TANAH

Di susun oleh: Imam Shopyan (10640035)

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai