demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. (Erwin, 2012: 130). Secara substantif, prinsip utama dalam demokrasi ada dua (Maswadi Rauf, 1997) yaitu:
1. 2.
Kebebasan/persamaan (freedom/equality) Kebebasan dan persamaan adalah pondasi demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai sarana mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa adanya pembatasan dari pengguasaan.
3.
4.
Untuk hal ini dibagi dalam 3 fase : 1. Fase Klasik (abad 5 SM) munculnya pemikiran-pemikiran filosofis dan praksis politik dan ketatanegaraan di Yunani disebabkan gagalnya sistem politik yang dikusai para Tyrants atau autocrats untuk memberikan jaminan keberlangsungan terhadap Polis dan perlindungan terhadap warganya.
2.
Fase Pencerahan (Abad 15 sampai awal 18M) Munculnya gagasan alternatif terhadap sistem Monarki Absolut serta gagasan awal tentang sistem pemisahan kekuasaan.
3.
Fase Modern (awal abad 18-akhir abad 20) bermunculannya berbagai pemikiran tentang demokrasi berkaitan dengan teori-teori tentang negara, masalah kelas dan konflik kelas, nasionalisme, ideologi, hubungan antara negara.
Serta Menurut Yudi Latief, ada 4 Model demokrasi di abad XX : 1. Demokrasi dipahami sebagai metode (prosedural), cara bukan tujuan untuk perbaikan nasib rakyat. 2. Konsep politik dianalogikan dengan ekonomi pasar. 3. Demokrasi totalitarianisme; kondisi ini terjadi saat Orde Baru berkuasa. 4. Rakyak berperan sangat minimal; hanya berperan saat pemilihan umum
Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan social dan politik yang demokratis dalam masyarakat. Oleh karena itu Perkembangan Demokrasi di Indonesia dibagi dalam 4 fase, antara lain : 1. Periode 1945-1959 (Masa Demokrasi Parlementer) Menonjolkan peranan parlementer serta partai-partai 2. 3. 4. Periode 1959-1965 (Masa Demokrasi Terpimpin)
Mufakat
Gotong-royong Hak mengadakan protes bersama Hak menyingkir dari daerah kekuasaan raja (mufaraqoh)
Study Kasus
Pemilu
Pemilihan umum pemimpin-pemimpin negara. Salah satu alat penyalur aspirasi rakyat untuk memilih pemimpinnya. Kebutuhan pemilu yang menghabiskan biaya tidak murah.
Hanya beberapa orang yang bisa mendapatkan keringanan biaya untuk pemilu.
Praktek-praktek kecurangan ketika musim pemilu.
Kebutuhan Partai Politik untuk mengajukan diri ke KPU (Komisi Pemilihan Umum) dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Kebutuhan caleg untuk menarik perhatian masyarakat dan tidak jarang caleg dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan partai politik.
Dalam hal ini, kecurangan-kecurangan bisa terjadi di berbagai golongan :
1.
Partai politik bisa menyuap KPU untuk meloloskan uji verifikasi persyaratan.
2.
3.
Caleg membeli suara rakyat dengan memberi uang saat musim kampanye.
Memberikan imbalan mobil, rumah ataupun harta berharga lainnya apabila caleg yang diajukan lolos pemilu.
Referensi
Erwin, Muhammad, (2010), Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia,PT. Refika Aditama, Bandung
Latief, Yudi, 2011, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila, Jakarta, Gramedia
Noor Syam, Mohammad, (2000), Pancasila, Dasar Negara Republik Indonesia: Wawasan Sosi-Kultural, Filosofis dan Konstitusional, Lab Pancasila UM, Malang Srijanti dkk, 2011, Pendidikan Kewarganegaraan di PT: Mengembangkan Etika Berwarga Negara, Penerbit Salemba Empat, Jakarta TIM Dosen Pancasila Undip, Kewarganegaraan, UPT Bidang Studi Universitas Padjajaran, Bandung Metrotvnews.com kebangkitanumatislam.blogspot.com www.m.cuplik.com/read/news/politik agussutondomediacenter.blogspot.com