Anda di halaman 1dari 47

PENDAHULUAN

Analisis

kimia berhubungan dengan penentuan identitas suatu zat kimia atau jumlah zat kimia dalam suatu sampel. Analisis kimia kualitatif mempelajari tipe/bentuk zat tersebut, sedangkan jumlah/kadarnya ditentukan dalam analisis kimia kuantitatif. Analisis kimia kuantitatif baik secara klasik maupun instrumental sebenarnya menggunakan prinsip yang sama, yaitu memisahkan zat yang akan ditentukan dan mengadakan pengukuran.

Analisis kuantitatif instrumental tidak selalu dituntut untuk melakukan pemurnian secara mutlak lebih dulu. Dalam preparasi cuplikan senyawa kimia baik yang murni maupun yang kurang murni dapat dilakukan asal telah memenuhi untuk dianalisis. Senyawa yang dianalisis harus dalam larutan yang bebas partikel padat.

Penelitian dalam bidang kimia analisis telah mendesain dan mengembangkan instrumeninstrumen baru yang dapat digunakan untuk analisis zat kimia. Metode analisis instrumental yang akan digunakan sepenuhnya ditentukan oleh seorang analis. Dalam beberapa hal, satu metode instrumental dapat digunakan untuk pengukuran beberapa zat kimia. Faktorfaktor yang perlu diperhatikan ketika memilih suatu metode analisis instrumental antara lain

Instrumen yang tersedia dan siap digunakan Pengalaman analisis dalam mengoperasikan instrumen tersebut Range kadar yang diperkirakan terkandung dalam sampel Tingkat akurasi dan presisi dari pengukuran Hal-hal yang potensial mengganggu dalam pengukuran Jumlah sampel yang harus diukur dengan instrumen tersebut Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil analisis Biaya yang dibutuhkan ketika menggunakan instrumen tersebut.

Precision (Skoog, 1935); menggambarkan

hasil pengukuran yang berulang-ulang tidak terjadi perbedaan hasil atau digambarkan sebagi satu rangkaian data yang dilakukan dengan n kali ulangan pengukuran mempunyai harga penyimpangan sangat kecil terhadap puratanya. Biasanya alat pengukur presisi tersebut dinamakan Standard Deviation (Simpangan Baku).

Accuration (Skoog, 1935); menggambarkan

hasil pengukuran yang sama dengan harga sesungguhnya (true value) atau closeness. Sensitivity, artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa dalam konsentrasi yang kecil. Selectivity, artinya metode tersebut tidak banyak terpengaruh oleh adanya senyawa lain yang ada. Praktis, artinya metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu dan biaya.

MASSA : GRAVIMETRI VOLUME : VOLUMETRI ABSORBSI ENERGI CAHAYA: SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS, IR, KOLORIMETRI, AAS, NMR, RESONANSI SPIN ELEKTRON PEMANCARAN ATAU EMISI SINAR : FOTOMETRI, FLUORESENSI, RADIOKIMIA HAMBUTAN (SCATTERING) SINAR : TURBIDIMETRI,

PERMBIASAN (REFRAKSI) : REFRAKTOMETRI, INTERFEROMETRI DIFRAKSI SINAR: SINAR X, DIFRAKSI ELEKTRON POTENSIAL LISTRIK : POTENSIOMETRI DAYA HANTAR LISTRIK : KONDUKTOMETRI, ARUS LISTRIK : POLAROGRAFI ANGKA BANDING MASSA MUATAN : MS

DALAM ANALISIS VOLUMETRI ATAU ANALISIS KUANTITATIF DENGAN CARA MENGUKUR VOLUME, SEJUMLAH BAHAN DISELIDIKI DIREAKSIKAN DENGAN LARUTAN BAKU YANG KADARNYA TELAH DIKETAHUI DENGAN TELITI. REAKSINYA HARUS BERLANGSUNG SECARA KUANTITATIF

LARUTAN BAKU INDIKATOR TITRASI MENITRASI TITIK EKIVALEN TEORITIS TITIK AKHIR TITRASI

TITRASI IDEAL????

REAKSI HARUS BERLANGSUNG DENGAN SANGAT CEPAT. (REAKSI ION) REAKSI HARUS SEDERHANA SERTA DAPAT DINYATAKAN DENGAN PERSAMAAN REAKSI. BAHAN YANG DISELIDIKI BEREAKSI SEMPURNA DENGAN SENYAWA BAKU DENGAN PERBANDINGAN KESETARAAN STOKHIOMETRIS

HARUS ADA PERUBAHAN YANG TERLIHAT PAA SAAT EKIVALEN TERCAPAI BAIK SECARA FISIKA ATAU KIMIA HARUS ADA INDIKATOR JIKA SYARAT 3 TAK DIPENUHI. DENGAN INDIKATOR JUGA DAPAT BERUPA PENGUKURAN ATAU DAYA HANTAR LISTRIK LARUTAN

TELITI SAMPAI 1 BAGIAN DALAM 1000 ALAT SEDERHANA, CEPAT TAK MEMERLUKAN PEKERJAAN MENJEMUKAN,MISALNYA PENGERINGAN, PENIMBANGAN BERULANG-ULANG,

% MOLARITAS: LARUTAN 1 MOLAR DALAM 1 LITER BERISI 1 MOL SOLUT. 1 LITER PELARUT ATAU LARUTAN??? NORMALITAS: LARUTAN 1 NORMAL TIAP LITERNYA BERISI 1 MOL EKIVALEN BAHAN TERLARUT. UNTUK ASAM /BASA 1 MOL EKIVALEN ADALAH SEJUMLAH BERAT/GRAM SOLUT YANG DAPAT BEREAKSI ATAU MELEPASKAN 1 GRAM BERAT FORMULA ION H+

ASIDI-ALKALIMETRI MERUPAKAN METODA YANG MENDASARKAN PADA REAKSI NETRALISASI YAITU REAKSI ANTARA ION HIDROGEN (BERASAL DARI ASAM) DENGAN HIDROKSIDA (BERASAL DARI BASA) YANG MEMBENTUK MOLEKUL AIR. SUATU REAKSI ANTARA PROTON DONOR (ASAM) DAN PROTON ASEPTOR (BASA)

ASIDIMETRI : PENETAPAN KADAR BASA DARI SUATU CONTOH, DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN BAKU ASAM YANG SESUAI, ALKALIMETRI ADALAH PENETAPAN KADAR ASAM DARI SUATU CONTOH DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN BAKU BASA YANG SESUAI

ARRHENIUS: ASAM ADALAH SENYAWA YG JIKA DILARUTKAN DALAM AIR TERURAI MENJADI ION HIDROGEN DAN ANION.BASA ADALAH SENYAWA YANG JIKA DILARUTKAN DALAM AIR TERURAI MENJADI ION HIDROKSI DAN KATION BRONSTED. ASAM ADALAH SENYAWA YANG CENDERUNG UNTUK MELEPASKAN PROTON, BASA CENDERUNG MENANGKAP PROTON

LEWIS. ASAM ADALAH ASEPTOR PASANGAN ELEKTRON.BASA DONOR PASANGAN ELEKTRON.


TEORI ARRHENIUS BRONSTED LEWIS ASAM DONOR PROTON DONOR PROTON ASEPTOR PS ELEK BASA DONOR HIDROKSI ASEPTOR PROTON DONOR PS ELEK

PADA HAKEKATNYA ION HIDROGEN TIDAK BERADA DALAM KEADAAN BEBAS DI DALAM LARUTAN AIR, AKAN TETAPI SETIAP ION HIDROGEN BERGABUNG DENGAN SATU MOLEKUL AIR DAN MEMBENTUK ION HIDRONIUM

Spektroskopi merupakan studi yang mempelajari antaraksi energi cahaya dan materi. Warna-warna yang tampak dan fakta bahwa orang bisa melihat adalah akibat serapan energi oleh senyawa organik maupun anorganik (Fessenden dan Fessenden, 1997). Spektrofotometri UV-VIS adalah teknik analisis yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).

Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah UV-VIS tergantung pada struktur elektronik molekul. Penyerapan sejumlah energi menghasilkan transisi elektron dari orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi dalam keadaan tereksitasi. Sistem atau gugus atom yang bertanggung jawab pada penyerapan cahaya disebut kromofor yang merupakan gugus tidak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-VIS

Kromofor yang menyebabkan terjadinya transisi dari ke * ialah sistem yang mempunyai elektron pada orbital , sedangkan kromofor yang menyebabkan transisi elektron n ke *, n ke * dan ke * adalah sistem yang mempunyai elektron baik pada orbital molekul tidak mengikat (n) maupun pada orbital

Warna yang dapat dilihat sebenarnya warna komplementer dan warna benda aslinya, dan mata manusia hanya mampu melihat sinar antara ungu sampai merah. Sinar ultra ungu dibawah 350 nm dan sinar inframerah diatas 800 nm sudah tak terlihat oleh mata. Sinar putih merupakan campuran sinar dengan berbagai panjang gelombang yang terlihat oleh mata hanya terbatas (350 nm-800 nm).

Radiasi elektromagnetik dipancarkan dalam bentuk paket-paket energi yang menyerupai partikel yang disebut dengan foton atau kuantum. Energi suatu foton berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya yang secara matematis dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

E = h = hc/ Dimana: E = energi cahaya yang diserap h = tetapan Planck, 6,6 X 10-27 erg.det. c = kecepatan cahaya, 3,0 X 108 m/det = frekuensi, dalam Hz = panjang gelombang (nm) Radiasi dengan panjang gelombang lebih pendek mempunyai energi yang lebih tinggi, oleh karena itu sebuah foton cahaya UV berenergi lebih tinggi daripada foton gelombang radio

Suatu molekul menyerap suatu radiasi dengan panjang gelombang yang khusus (spesifik untuk molekul itu). Serapan cahaya ultraviolet (radiasi berenergi tinggi) mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke orbital dengan energi lebih tinggi (Fessenden dan Fessenden, 1997). Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek.

Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah VIS (yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV

Dengan persamaan: E = h = hc/ maka kita akan dapat mengetahui bahwa perbedaan tingkat energi perpindahan dari ground state ke excited state sangat menentukan panjang gelombang dari senyawa tersebut. Semakin besar selisih tingkat energinya maka akan semakin kecil panjang gelombang maksimalnya.

Maks

Warna terserap

Warna teramati

380-420

Ungu

Hijau kekuningan

420-440
440-470 470-500 500-520 550-580 580-620 620-680 680-780

Ungu kebiruan
Biru Biru kehijauan Hijau Kuning Oranye Merah Merah lembayung

Kuning
Oranye Merah Merah lembayung Ungu kebiruan Biru Biru kemerahan hijau

Adanya peristiwa konjugasi menyebabkan pergeseran ke panjang gelombang yang lebih panjang (bathochromic shift). Peristiwa konjugasi menyebabkan elektronelektron ikatan mengalami proses delokalisasi dan mengakibatkan penurunan energi orbital anti ikatan

Bathochromic shift juga dipengaruhi oleh

adanya gugus auksokrom, yaitu gugus fungsional yang bersifat jenuh yang tidak menyerap sinar di atas 200 nm. Apabila gugus ini terikat pada kromofor maka akan terjadi bathochromic shift. Contoh: Benzen memiliki panjang gelombang maksimal (maks) pada 256 nm, sedangkan benzen apabila tersubstitusi gugus hidroksi (-OH) menjadi fenol, di mana OH adalah suatu auksokrom, maka akan terjadi pergeseran (maks) menjadi 270 nm

Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan bukan ikatan. Penyerapan oleh transisi elektron d dan f dan molekul kompleks. Penyerapan oleh perpindahan muatan.

Ada tiga macam distribusi elektron dalam suatu senyawa organik secara umum, yaitu orbital elektron pi (), sigma () dan elektron tidak berpasangan (n). Apabila pada molekul tersebut dikenakan radiasi elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal dengan orbital anti bonding

Hukum LambertBeer menyatakan bahwa intensitas serapan yang diteruskan oleh larutan penyerap berbanding lurus dengan tebal dan kadar larutan A = .b.c A = log Io/It Keterangan: A: serapan Io : intensitas sinar mula-mula It : intensitas sinar yang melewati media : absorptivitas molar b : tebal larutan c : kadar (molar)

Harga sangat tergantung pada pernyataan kadar. Bila c dinyatakan molar perliter maka t dalam cm dan adalah koefisien ekstension molekuler (molecular coefficient extention), dinamakan juga serapan molekuler atau indeks serapan molekuler.

Bila bobot molekul suatu senyawa kimia tidak diketahui maka besarnya serapan molekuler tersebut tidak mungkin diketahui. Maka untuk mengganti satuan kadar dijadikan persen bukan molar sehingga didapatkan harga serapan E artinya bilangan yang menunjukkan besarnya serapan suatu larutan senyawa dengan ketebalan 1 cm, pada satu panjang gelombang. contohnya sebagai berikut :

Senyawa A mempunyai harga E 254nm = 10.000

pada

Berarti senyawa A dengan kadar 1%, dengan tebal larutan 1 cm, dibaca pada 254 nm, mempunyai harga absorbansi sebesar 10.000. Cara penulisan yang lain adalah E (1%, 1cm) atau (1%, 1cm).

Spektrofotometri UV-VIS dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dari suatu senyawa. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tetapan absorptivitas molar dan panjang gelombang maksimal yang dapat ditentukan dari penelitian.

Pada penggunaan metode analisis spektrofotometri UV-VIS, untuk memperoleh hasil dengan ketepatan yang optimal, maka pengukuran dapat dilakukan pada serapan sebesar 0,43 (transmitan 36%). Untuk memperoleh hasil pengukuran dengan ketepatan yang tinggi, maka pengukuran dapat dilakukan pada serapan sebesar 0,2 - 0,8 (transmitan 15 65%). Apabila pengukuran dilakukan di luar range ini maka sebaiknya dalam pengukuran menggunakan panjang gelombang yang paling tepat dan menggunakan sel dengan pencahayaan tertentu.

Hal ini untuk menghindari besarnya kesalahan pembacaan serapan, yang berakibat pada kesalahan penetapan kadar. Hal ini ditunjukkan dengan contoh penetapan kadar natrium permanganat

Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-VIS dapat digolongkan menjadi tiga macam pelaksanaan pekerjaan yaitu analisis kuantitatif zat tunggal, analisis kuantitatif campuran dua macam zat yang dianalisis dan analisis multikomponen (yang dianalisis tiga atau lebih)

Ada empat macam cara analisis zat tunggal yaitu: Membandingkan serapan atau persen transmitan zat yang dianalisis dengan reference standard (rs) pada maks (untuk A) dan min (untuk % T) Rumus : A sampel X C sampel = Ars X Crs. Dengan kurva baku dan larutan reference standard (analisis regresi).

Dengan menghitung harga serapan E pada (maks) dan dibandingkan dengan standard baku. Dengan menggunakan perhitungan ekstingsi molar (), sama dengan cara poin c namun dengan memperhatikan berat molekul dari senyawa tersebut

Pada umumnya pelarut yang dipakai pada spektrofotometri UV-VIS adalah air, etanol, isopropanol dan sikloheksan, tetapi perlu diperhatikan serapan pelarut yang dipakai di daerah UV-VIS (Mulja dan Suharman, 1995). Untuk memperoleh hasil pengukuran yang linier, maka senyawa yang diuji harus memiliki panjang gelombang di atas batas yang tercantum seperti pada tabel 2. Dengan pengukuran di atas batas panjang gelombang tersebut maka diharapkan dapat diperoleh hasil pengukuran yang linier untuk kenaikan kadar.

Tetracycline.

When tetracycline is dissolved in 0,25 N NaOH a yellow solution is produced. The absorbance maximum is at 380 nm (165,224). A gradual diminution of the absorbance occurs but this change is not rapid. With the conditions described in the procedure below, the E of tetracycline HCl is 372,0.

About 100,0 mg of tetracycline HCl is accurately weighed into a 100 ml volumetric flask. Twenty-five ml of water is added and the sample is dissolved. The solution is diluted to volume with water. A 1,0 ml aliquot is pipetted into a 100 ml volumetric flask and the solution is diluted to volume with 0,25 N NaOH. Exactly 6 minutes after the addition of the NaOH the absorbance is determined at 380 nm vs a water blank. A working curve, from which the unknow concentration may be read. Note: find the maximum wavelenght and standart curve before preparation sample.

Procedure.

Anda mungkin juga menyukai