Anda di halaman 1dari 4

PATOFISIOLOGI URINARY TRACT INFECTION (UTI) PADA IBU HAMIL

A. Pengertian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih.(Wikipedia) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus/ mikroorganisme lain (Waspadji, S,1998: 264). Infeksi saluran kemih adalah adanya mikro organisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala.(Brunner & Suddarth.2001) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme. (Corwin, E.J,2001: 480) Infeksi saluran kemih dapat timbul pada bagian saluran kemih atas (pyelonefritis), atau pada bagian bawah (cystitis,urethritis). 1. Pyelonefritis Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668).

2. Cytitis Cystitis adalah istilah kedokteran untuk radang kandung kemih. Sebagian besar peradangan disebabkan oleh infeksi bakteri, dalam hal ini dapat disebut sebagai infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi kandung kemih dapat menyakitkan dan menyebalkan, dan dapat menjadi masalah kesehatan serius jika infeksi menyebar ke ginjal. 3. Ureteritis Uretritis adalah infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa air kemih dari kandung kemih keluar tubuh. B. Etiologi ISK dapat disebabkan oleh : 1. Kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih) 2. Bakteri E. Coli 3. Jamur dan virus 4. Kateterisasi 5. Infeksi ginjal 6. Prostat hipertropi (urine sisa) C. Patofisiologi 1. Akut Bakteri masuk kedalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan pembengkakan di daerah tersebut, dimulai dari papilla dan menyebar ke daerah korteks.

Infeksi terjadi setelah terjadinya cystitis, prostatitis (ascending) atau karena infeksi streptococcus yang berasal dari darah (descending). Pyelonefritis acut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. 2. Kronis Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah Infeksi yang gawat. PembagianPielonefritis. Pielonefritis akut Sering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar. E. Manifestasi Klinis Uretritis biasanya memperlihatkan gejala: Mukosa memerah dan edema Terdapat cairan eksudat yang purulent Ada ulserasi pada urethra Adanya rasa gatal yang menggelitik Adanya nanah awal miksi Dysuria (nyeri waktu berkemih) Kesulitan memulai kencing, kurang deras dan berhenti sementara miksi (prostatismus). Nyeri pada abdomen bagian bawah (supra pubic) Cystitis biasanya memperlihatkan gejala: Dysuria (nyeri waktu berkemih) Peningkatan frekuensi berkemih Sering kencing pada malam (nocturia) Keinginan kuat untuk berkemih (urgency) Kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang (stranguria) Nyeri pinggang bawah atau suprapubic Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala: Demam Menggigil Nyeri pinggang Mual sampai muntah Irritative voiding symptoms (sering miksi, mendesak dan dysuria) Tanda penting: nyeri ketok pada pinggang (ginjal) yang terkena

1. a. b. c. d. e. f. g. h. 2. a. b. c. d. e. f. g. 3. a. b. c. d. e. f.

4.

Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.

F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang pada SIK: 1. Analisa Urin (urinalisis) Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin). Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urine. Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin). Merupakan petunjuk adanya ISK jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya. 2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan secara mikroskopis dan biakan bakteri. Mikroskopis. Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan). Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang. Biakan bakteri. Ditujukan untuk memastikan diagnosa ISK. 3. Pemeriksaan kimia Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Tingkat kepekaannya mencapai 90 % dengan spesifisitas 99%. 4. Tes Dip slide Berguna untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak mampu mengetahui jenis bakteri. 5. Pemeriksaan penunjang lain meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya batu atau kelaianan lainnya. G. Pelaksanaan 1. Pelaksanaan Medis a. Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada; bila hasil tes resistensi kuman sudah ada, pemberian antimikroba di sesuaikan. Tabel 1. Antimikroba pada ISK bawah tak berkomplikasi Antimikroba Trimetoprim-Sulfametoksazol Trimetoprim Siprofloksasin Levofloksasin Sefiksim Sefpodoksim proksetil Nitrofurantoin makrokristal Nitrofurantoin monohidrat makrokristal Amoksisilin/Klavulanat Dosis 2 x 160/800 mg 2 x 100 mg 2 x 100-250 mg 2 x 250 mg 1 x 400 mg 2 x 100 mg 4 x 50 mg 2 x 100 mg 2 x 500 mg Lama Terapi 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 7 hari 7 hari 7 hari

Tabel 2. Obat Parental pada ISK atas akut berkomplikasi Antimikroba Sefepim Siprofloksasin Levofloksasin Ofloksasin Gentamisin (+ ampisilin) Ampisilin (+ gentamisin) Tikarsilin-klavulanat Piperasilin-tazobaktam Imipenem-silastatin Dosis 1 gram 400 gram 500 gram 400 gram 3-5 mg/kgBB 1 mg/kgBB 1-2 gram 3,2 gram 3,375 gram 250-500 mg Interval 12 jam 12 jam 24 jam 12 jam 24 jam 8 jam 6 jam 8 jam 2-8 jam 6-8 jam

2. Pelaksanaan Keperawatan a. Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik b. Menjaga higiene genitalia eksterna H. Intervensi 1. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C. Catat karakteristik urine. 2. Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi. Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi. 3. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih. 4. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.

Anda mungkin juga menyukai