Anda di halaman 1dari 10

BAB 6 Acara pemeriksaan PTUN 1.

Pemeriksaan dengan acara singkat Pemeriksaan dengan acara singkat di PTUN dapat dilakukan apabila terjadi perlawanan(verzet) atas penetapan yang di putuskan. Dalam pasal 62 UU PTUN di sebutkan : a. Pokok gugatan tersebut nyata nyata tidak termasuk di dalam wewenang pengadilan. b. Syarat syarat gugaatan sebagai mana dimaksud dalam pasal 56 tidak dipenuhi oleh penggugat sekalipun ia telah diberitahu dan diperingatkan. c. Gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan alasan yang layak. d. Apa yang dituntutkan dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh KTUN yang digugat. e. Gugatan di ajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya. 2. a. penetapat sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 diucapkan dalam rapat permusyawaratan sebelum hari persidangan ditentukan dengan memanggil kedua belah pihak untuk mendengarkannya. b. pemanggilan kedua belah pihak dilakukan dengan surat tercatat oleh panitera pengadilan atas perintah ketua pengadilan. 3. a. terhadap penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dilakukan perlawanan kepada pengadilan dalam tenggang wakyu 14 hari setelah diucapkan. b. perlawanan tersebut diajukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dalam pasal 56 4. perlawanan dalam ayat 3 diperiksa dan diputus oleh pengadilan dengan acara singkat. 5. Dalam hal perlawanan tersebut dibenarkan oleh pengadilan maka penetapan dalam ayat 1 gugur demi hukum dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara biasa. 6. Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat digunakan upaya hukum.

Dalam angka II SEMA nomor 2 th 1991 disebutkan prosedur dismissal sbb : 1. A. ketua pengadilan berwenang memanggil dan mendengar keterangan para pihak sebelum meentukan penetapan dismissal apabila dipandang perlu. b. tenggang waktu yang ditentukan menurut pasal 56 sejak tanggal diterimanya KTUN oleh penggugat, atau sejak diumumkannya keputusan tersebut, dengan ketentuan bahwa tenggang waktu itu ditunda (schors) selama proses peradilan masih berjalan menurut pasal 62 JO pasal 63. c. dalam pada itu diminta agar ketua pengadilan tidak terlalu mudah menggunakan pasal 62 tersebut ecuali mengenai pasal 62 ayat 1 butr a dan e. 2. Pemeriksaan dismissal dilakukan pleh ketua dan ketua dapat juga menunjuk seorang hakim sebagai repporteur. 3. Penetapan dismissal ditandatangani oleh ketua dan panitera kepala/wakil panitra ( wakil ketua dapat pula menandatangani penetapan dismissal dalam hal ketua berhalangan. 4. Dalam hal adanya petitum gugatan yang nyata nyata tidak dapat dikabulkan, maka dimungkinkan ditetapkan dismissal terhadap gugatan tersebut. B. pemeriksaan persiapan Dalam pasal 63 UU PTUN disebutkan sbb : 1. Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai hakim wajib mengadakan pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas. 2. Dalam pemeriksaan persiapan dimaksud dalam ayat 1 hakim : a. Wajib memberikan nasihat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukasn dalam jangka waktu 30 hari. b. Dapat meminta penjelasan kepada badan atau pejabat TUN yang bersangkutan. 3. Apabila dalam jangka waktu 30 hari dalam ayat 2 huruf a penggugat belum menyempurnakan gugatan haki mengatakan dengan puusan bahwa gugatan tidak dapat diterima. 4. Terhadap putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 tidak dapat digunakan upaya hukum tetapi dapat di ajukan gugatan baru. Lebih lanjut tentang pemeriksaan persiapan dalam angka 3 SEMA nomor 2 th 1991 disebutkan : 1. Tujuan pemeriksaan persiapan adalah untuk mematangkan perkara. 2. a . pemeriksaan persiapan diruangan musyawarah dalam siding tertutup untuk umum tidak harus diruangan siding bahkan dapat pula dilakukan di dalam kamar kerja hakim tanpa memakai toga.

b. pemeriksaan persiapan dapat dilakukan oleh hakim anggota yang di tunjuk oleh ketua majelis. c. Maksud pasal 63 ayat 2 b tidak terbatas hanya kepada badan /pejabat TUN yang digugat tetapi boleh juga terhadap siapa saja yang bersangkutan dengan data data yang di perlukan untuk pematangan perkara itu. 3. a. Dalam tahap pemeriksaan persiapan maupun selama pemeriksaan dimuka persidangan yang terbuka untuk umum dapat dilakukan pemeriksaan setempat. B, dalam melakukan pemeriksaan setempat tidak perlu harus dilaksanakan oleh majelis lengkap cukup oleh seorang hakim anggota yang khusus ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan setempat penugasan tersebut dituangkan dalam bentuk penetapan. C. apabila dipandang perlu untuk menentukan dikabulkan atau tidaknya dikabulkan permohonan penundaan itu oleh majelis yang bersangkutan dapat pula mengadakan pemeriksaan setempat. 4. Majelis hakim yang menangani suatu perkara berwenang sepenuhnya untuk memberikan putusannya terhadap perkara tersebbut, termasuk pemberian putusan menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima, untuk seluruhnya atau sebagian gugatan meskipun perkara itu telah lolos dari dismissal proses. C. pemeriksaan permohonan penagguhan pelaksanaan KTUN Permohonan penagguhan pelaksanaan KTUN di atur dalam pasal 67 uu PTUN : (1). Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksakannya putusan badan atau pejabat TUN serta tindakan badan atau pejabat TUN yang di gugat. (2). Penggugat dapat mengajukan permohanan agar pelaksaan KTUN di tunda selama pemeriksaan sengketa TUN sedang berjalan,sampai ada putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yg tetap. (3). Permohonan sebaimana di maksud ayat 2 dapat di ajukan sekali gus dalam gugatan dan dapat diputus terlebih dahulu dari pokok sengketanya. (4). Permohonan penundaan sebagaimana di maksud dalam ayat 2 . D. pemeriksaan dalam acara cepat Pemeriksaan dengan acara cepat di atur dalam pasal 98 dan 99 uu PTUN menyebutkan : (1). Apabila terdapat kepentingan penggugat yg cukup mendesak yg harus di simpulkan dari alasan alasan permohonannya, penggugat dalam gugatannya dapat memohon kepada pengadilan supaya pemeriksaan sengketa di percepat.

(2). Ketua pengadilan dalam jangka waktu 14 hari setelah diterimanya perrmohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya permohonan tersebut. (3). Terhadap penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 tidak dapat digunakan upaya hukum. E. pemeriksaan dalam acara biasa Pemeriksaan sengketa dengan acara biasa diatur dalam pasal 68 sampai dengan pasal 97 UU PTUN. Pemeriksaan sengketa dengan acara biasa adalah bahwa pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan dengan majelis hakim ( 3 orang hakim).

BAB VII PEMBUKTIAN A. Alat alat bukti Dalam pasal 100-106 UU PTUN disebutkan alat alat bukti yang dapat di ajukan dalam hukum acara PTUN : a. Suraat atau tulisan b. Keterangan ahli c. Keterangan saksi d. Pengakuan para pihak e. Pengetahuan hakim 1. Surat atau tulisan a. Akta otentik, yaitu suraat yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum, yang menurut peraturan perundang undangan berwenang membuat surat ini dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa hukum yang tercantum didalamnya. b. Akta dibawah tangan, yaitu surata yang di buat dan ditandatangani oleh pihak pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum didalamnya. c. Surat surat lain yang bukan akta. 2. Keterangan ahli (expertise) Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya. 3. Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu berkenaan dengan hal yang di alami, dilihat atau didengar oleh saksi sendiri. 4. Pengakuan para pihak Pengakuan para pihak tidak dapat di tarik kembali kecuali berdasarkan alasan kuat dan dapat diterima oleh hakim, pengkuan dapat diberikan dimuka hakim dipersidangan atau diluar persidangan. 5. Pengetahuan hakim Pengetahuan hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya.

B. Beban pembuktian Dalam pasal 107 UU PTUN disebutkan bahwa hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian, dan untuk sah nya pembuktian diperlukan sekurang kurangnya 2 alat bukti berdasarkan keyakinan hakim.

BAB VIII Putusan dan pelaksanaan putusan PTUN A. Pengertian putusan Pada dasarnya penggugat mengajukan suatu gugatan ke pengadilan adal bertujuan agar pengadilan melalui hakim dapat menyelesaikan perkaranya dengan mengambil suatu putusan. B. Putusan PTUN Putusan pengadilan tata usaha Negara di aatur dalam pasal 97 UU PTUN, yang menyebutkan sebagai berikut : 1. Dalam hal pemeriksaan sengketa sudah selesai, kedua belah pihak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat yang terahir berupa kesimpulan masing masing. 2. Setelah kedua belah pihak mengemukakan kesimpulan sebagaimana di maksaud dalam ayaat 1 maka hakim, ketua ssidang mengatakan bahwa siding ditunda untuk memberikan kesempatan kepada majelis hakim bermusyawarah dalam ruangan tertutup untuk mempertimbangkan segala sesuatu guna keputusan sengketa tersebut. 3. Putusab dalam musyawarah majelis yang di pimpin oleh hakim ketua majelis merupakan hasil pemufakatan bulat, kecuali jika setelah mengusahakan dengan sungguh sungguh tidak dapat tercapai pemufakatan bulat putusan diambil dengan cara suara terbanyak. 4. Apaabila musyawarah majelis sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 tidak dapat menghasilkan putusan permusyawaratan ditunda sampai musyawarah majelis berikutnya. 5. Apabila dalam musyawarah majelis berikutnya tidak dapat di ambil suara terbanyak maka suara terahir hakim ketua majelis yang menentukan. 6. Putusan pengadilan dapat dijatuhkan pada hari itu juga dalam siding yang terbuka untuk umum, atau di tunda pada hari yang lain yang harus diberitahukan kepada kedua belah pihak. 7. Putusan pengadilan dapat berupa : a. Gugatan di tolak b. Gugatan dikabulkan c. Gugatan tidak di terima d. Gugatan gugur

8. Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan pengadilan tersebut dapat di tetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh badan atau pejabat PTUN yang mengeluarkan KTUN. 9. Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat 8 berupa : a. Pncabutan KTUN yang bersangkutan b. Pencabutan KTUN yang bersangkutan dan menerbitkan KTUN yang baru c. Penerbitan KTUN dalam hal gugatan berdasarkan pada pasal 3 10. Kewajiban sebagaimna dimaksud dalam ayat 9 dapat disertai pembebanan ganti rugi 11. Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat 8 menyangkut kepegawaian, maka disamping kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat 9 dan ayat 10 dapat disertai pemberian rehabiltasi C. Isi putusan 1. Gugatan ditolak Apabila isi putsan pengadilan TUN adalah berupa penolakan terhadap gugatan penggugat berarti memperkuat KTUN yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN yang bersangkutan. 2. Gugatan dikabulkan Suatu gugaatn dikabulkan adakalanya mengabulkan seluruhnya atau menolak sebagian lainnya. Isi putusan pengadilan yang mengabulkan gugatan pihak penggugat itu berarti tidak membenarkan KTUN yang dikeluarkan oleh pihak tergugat atau tidak membenarkan sikap tidak berbuat apa apa yang dilakukan oleh tergugat, padahal itu sudah merupakan kewajibannya. 3. Gugatan tidak diterima Putusan pengadilan yang berisi tidak menerima gugatan pihak penggugat, berarti gugatan itu tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. 4. Gugatan gugur Putusan pengadilan yang menyatakan gugatan gugur dalam hal para pihak atau kuasanya tidak hadir dalam pesidangan yang telah ditentukan dan mereka telah dipanggil secara patut atau perbaikan gugatan yang diajukan oleh pihak penggugat telah melampaui tenggang waktu yang telah ditentuka (daluarsa).

D. Susunan isi putusan Dalam pasal 109 UU PTUN :

1. Kepala putusan yang berbunyi : DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 2. Nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman, atau tempat kedudukan para pihak yang bersengketa. 3. Ringkasan gugatan dan jawaban gugatan yang jelas 4. Pertimbangan danpenilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan selama sengketa itu di periksa 5. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan 6. Amar putusan tentang sengketa dan biaya perkara 7. Hari, tangal putusan, nama hakim yang memutus, nama panitera, serta keterangan tentang hadir atau tidaknya para pihak a. Tidak terpenihinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1dapat menyebabkan batalnya putusan pengadilan

E. Biaya perkara Dalam pasal 111 tersebut mencakup : a. Iaya panitera dan biaya materai b. Biaya saksi, ahli dan alih bahasa c. Biaya pemeriksaan di tempat lain dari ruangan sidang dan biaya lain yang diperlukan bagi pemutusan sengketa atas perintah hakim ketua siding.

F. Pelaksanaan putusan eksekusi Dalam pasal 115 UU PTUN disebutkan bahwa hanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang dapat dilaksanakan. Putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap tidak memiliki kekuatan eksekusi atau dengan kata lain putusan pengadilan masih mempunyai upaya hukum tidak dapat dimintakan eksekusinya.

BAB IX UPAYA UPAYA HUKUM Upaya hukum yang dapat ditempuh terhadap putusan pengadilan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap adalah perlawanan, banding dan kasasi yang dikenal dengan sebutan hukum biasa. Sedangkan upaya hukum yang dapat ditempuh terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap adalah peninjauan kembali dan perlawanan pihak ke tiga yang dikenal dengan sebutan upaya hukum istimewa atau upaya hukum luar biasa.

A. Perlawanan (verzet)

merupakan upaya hukum terhadap penetapan yang diputuskan oleh ketua pengadilan dalam rapat permusyawaratan tenggang waktu mengajukan gugatan menurut pasal 62 ayat 3 UU PTUN adalah 14 hari sejak penetapan tersebut dikeluarkan oleh ketua pengadilan. B. Banding Dalam pasal 122 UU PTUN disebutkan bahwa terhadap putusan PTUN dapat dimintakan pemeriksaan banding olleh penggugat terhadap tergugat kepada pengadilan tinggi tata usaha Negara (PTUN). Sedangkan tenggang waktu mengajukan upaya hukum banding adalah 14 hari setelah putusan pengadilan itu diberitahukan kepadanya secara sah. C. Kasasi Mengenai upaya hukum kasasi diatur dalam pasal 131 UU PTUN yang menyebutkan SBB : 1. Tehadap putusan tingkat terahir pengadilan dapat dimintakan pemeriksaan kasasi kepada mahkamah agung. 2. Acara pemeriksaan kasasi dilakukan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 ayat 1 UU nomor 14 tahun 1985 tentang mahkamah agung. D. Peninjauan kembali UU PTUN juga mengenal adanya upaya hukum peninjauan kembali sebagaimana yang di atur dalam pasal 132 yang menyebutkan sbb : 1. Terhadap putusan pengdilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan permohonan peninjauan kembali kepada mahkamah agung. 2. Acara pemeriksaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan menurut ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 77 ayat 1 UU nomor 14 tahun 1985 tentang mahkamah agung. Dalam pasal 67 UU MA disebutkan alasan alasan mengajukan permohonan permohonan kembali : a. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu. b. Apabila setelah perkara diputus ditemukan surat surat bukti yang bersifat menentukan yang ada pada waktu perkara diperiksa tidak dapat di temukan. c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut. d. Apabila antara pihak pihak yang sama mengenal suatu soal yang sama atas dasar yang sama oleh pengadilan yang sama tingkatnya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain. e. Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kehilapan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata. Tenggang waktu mengajuakan permohonan peninjauang kembali pada dasarnya menurut pasal 69 UU MA adalah 180 hari hanya cara mulai melakukan perhitungannya

berbeda beda sesuai dengan alasan mana yang digunakan pemohon sebagaimana yang disebutkan pada pasal 67 UU MA. Berdasarkan pasal 68 UU MA dapat diketahui bahwa yang dapat mengajukan permohonan pemeriksaan peninjauan kembali adalah para pihak yang berperkara, atau ahli warisnya atau seorang wakilnya secara husus dikuasakan untuk itu. Apabila selama prosees peninjauan kembali pemohon meninggal dunia permohonan tersebut dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya.

Anda mungkin juga menyukai