Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya proposal ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Ada pun proposal ini kami susun, untuk dapat memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penelitian. Proposal ini berjudul Penerapan Logika Matematika Pada Ilmu Psikologi. Kami berharap dengan disusunnya proposal ini dapat membantu dalam menambah pengetahuan tentang hubungan dan penerapan logika matematika pada ilmu psikologi, serta contoh-contoh permasalahan psikologi yang dapat diselesaikan dengan ilmu psikologi. Kami menyadari propsal ini jauh dari kata sempurna, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kedua orang tua kami, dan Ibu Fariani Hermin selaku dosen "Metode Penelitian" yang telah membimbing kami, serta pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta,

Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Pembatasan Masalah 1.4 Tujuan Penulisan 1.5 Manfaat Penulisan BAB II: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Logika Matematika dengan Bidang Psikologi 2.2 Penerapan Logika Matematika Pada Bidang Psikologi 2.3 BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Banyak orang yang beranggapan bahwa ilmu matematika dan psikologi tidak saling berhubungan, karena matematika adalah ilmu pasti yang berhubungan dengan angka sedangkan psikologi adalah ilmu sosial. Sehingga banyak mahasiswa yang memilih jurusan psikologi karena menganggap tidak akan mendapat mata kuliah matematika dalam jurusan psikologi. Padahal pada praktiknya ilmu matematika mempunyai peran yang sedikit banyak berpengaruh dalam segala bidang. cabang ilmu matematika, yang diterapkan pada ilmu psikologi, salah satunya adalah logika matematika. Logika matematika adalah cabang logika dan matematika yang mengandung kajian matematis logika dan aplikasi kajian ini pada bidang-bidang lain di luar matematika. Tema utama dalam logika matematika antara lain adalah kekuatan ekspresif dari logika formal dan kekuatan deduktif dari sistem pembuktian formal. Logika matematika sering dibagi ke dalam cabang-cabang dari teori himpunan, teori model, teori rekursi, teori pembuktian, serta matematika konstruktif. Bidangbidang ini memiliki hasil dasar logika yang serupa. Oleh karena itu, logika matematika tanpa kita sadari telah menjadi salah satu dasar dari ilmu psikologi, terutama pada pemecahan permasalahan psikologi yang kita hadapi sehari-hari. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul Penerapan Logika Matematika pada Ilmu Psikologi.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan diangkat dalam proposal ini adalah : a. Apakah hubungan logika matematika dengan bidang psikologi? b. Bagaimana penerapan logika matematika dalam bidang psikologi?

c. Apa saja permasalahan psikologi yang dapat diselesaikan dengan ilmu logika matematika?

1.3 Pembatasan Masalah Pada proposal ini diberikan pembatasan masalah sebagai berikut: a. Permasalahan psikologi yang dibahas adalah masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. b. Ilmu logika yang di gunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah hukum-hukum logika atau proporsisi.

1.4 Tujuan Penulisan Penulisan proporsal ini bertujuan: a. Untuk mengetahui hubungan logika matematika dengan bidang psikologi. b. Untuk mengetahui penerapan logika matematika dalam bidang psikologi. c. Untuk mengetahui permasalahan psikologi yang dapat diselesaikan dengan ilmu logika matematika.

1.5 Manfaat Penulisan Penulisan proposal ini diharapkan bermanfaat untuk : a. Bagi Mahasiswa Dapat menjadi pengetahuan baru para mahasiswa bahwa matematika adalah dasar dari berbagai cabang ilmu yang ada, matematika tak hanya digunakan untuk memecahkan soal hitungan, tetapi juga dapat menjadi solusi dari permasalahan psikologi di kehidupan. b. Bagi Penulis Penulisan proposal ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pembelajaran baru, serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Logika Matematika dengan Bidang Psikologi 2.1.1 Pengertian Logika Matematika Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani logos yang berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan (Kusumah,1986). Dalam arti luas, logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang sahih (valid, correct) dan yang tidak sahih (tidak valid,incorrect). Proses berpikir yang terjadi di saat menurunkan atau menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang diketahui benar atau dianggap benar sering disebut dengan penalaran (reasoning). Logika merupakan dasar dari semua penalaran(reasoning). Pelajaran logika dikaitkan dengan pernyataan-pernyataan (statements). Logika matematika adalah cabang logika dan matematika yang mengandung kajian matematis logika dan aplikasi kajian ini pada bidangbidang lain di luar matematika.

2.1.2

Pengertian Psikologi Sedangkan ilmu psikologi sendiri adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Psikologi Matematika adalah sebuah pendekatan untuk penelitian psikologis yang didasarkan pada model matematis persepsi, proses kognitif dan motor, dan pada pembentukan aturan hukum seperti yang berhubungan karakteristik stimulus diukur dengan perilaku terukur. Dalam prakteknya "perilaku kuantitatif" sering didasari oleh "kinerja tugas".

2.1.3

Hubungan Logika Matematika dengan Psikologi Matematika dan Psikologi sangat berhubungan erat. Pertama, dalam

psikologi yang mempelajari hubungan kognitif dilakukan dengan pendekatan matematika. Kedua, psikologi yang mempelajari reaksi terhadap setiap

individu

melalui

pendekatan

matematika

yang

diakukan

seorang

psikoterapis/psikolog. Dan ketiga, penggunaan matematika khususnya konsep statitiska dan logika matematika dalam mengukur, menganalisa, dan menarik sebuah kesimpulan terhadap objek pengamatan psikologi. Hubungan antara logika matematika terhadap psikis seorang individu yaitu agar menjadikan seorang individu tersebut dapat berfikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan dan mencari solusinya secara cepat dan akurat. Selain itu pemikiran yang logis memudahkan seseorang dalam membuat penenang pada kondisi tubuh mereka sendiri. Dan logika matematika tersebut juga menjadi alternatif baik bagi para manusia dalam memberikan penjelasan sesuai dengan perspektif obyektif

2.1.4

Proporsisi Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau

salah (false), tetapi tidak keduanya. Nama lain proposisi adalah kalimat terbuka. Contoh-contoh proposisi: 13 adalah bilangan ganjil Soekarno adalah alumnus UGM. 1 + 1 = 2(d) 8 akar kuadrat dari 8 +8 Ada monyet di bulan Hari ini adalah hari Rabu Untuk sembarang bilangan bulat n 0, maka 2n adalah bilangan genap x+y= y+ x untuk setiap x dan y bilangan riil a. Konjungsi (perangkai dan) Dua pernyataan p dan q dihubungkan dengan perangkai kata dan ditulis p q disebut konjungsi, dan dibaca p dan q. Dengan tabel nilai kebenaran sebagai berikut:

Tabel 1.1 Konjungsi P B B S S q B S B S pq B S S S

Konjungsi bernilai benar jika kedua komponennya bernilai benar Atau Konjungsi bernilai salah jika sekurang-kurangnya satu komponen bernilai salah. Contoh : 1. Diketahui pernyataan p : Ima anak pandai q : Ima anak cekatan sehingga p q : Ima anak pandai dan cekatan pernyataan p q bernilai benar jika Ima benar-benar anak pandai dan benar-benar anak cekatan b. Disjungsi (perangkai atau) Dua pernyataan p dan q dihubungkan dengan perangkai kata atau ditulis p V q disebut disjungsi, dibaca p atau q.

Tabel 1.2 Disjungsi P B B S S q B S B S pVq B B B S

Catatan: Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa disjungsi bernilai salah (S) jika

kedua komponen penyusunnya bernilai salah (S), jika tidak demikian maka disjungsi bernilai benar.

Contoh: Tentukan nilai kebenaran pernyataan yang berikut: 1. Gus Dur adalah presiden RI yang ke 4 atau Megawati Wakil presiden RI yang ke4 2. 3 + 4 = 5 atau 5 bukan bilangan prima. Penyelesaian: 1. Benar karena Gus Dur adalah presiden RI yang ke 4 bernilai benar. 2. Salah karena kedua komponennya bernilai salah. c. Negasi Negasi suatu pertanyaan p ditulis ~p dan diucapkan tidak p.

Tabel 1.3 Negasi P B S ~p S B

Contoh : 1. Misal kalimat Maka Atau p: Jakarta ibu kotaRI ~p: Tidak benar bahwa Jakarta ibu kota RI ~p: Jakarta bukan ibu kota RI

d. Implikasi (perangkai jika, maka) Implikasi disebut juga suatu pernyataan bersyarat satu arah. Dua pernyataan p dan q uhubungkan dengan perangkai kata jika , maka diulis pq disbut implikasi, dan dibaca jika p , maka q.

Tabel 1.4 Implikasi P B B S S q B S B S pq B S B B

Pernyataan p disebut hipotesa (anteseden) dan pernyataan q disebut konklusi (konsekuen). Implikasi bernilai salah jika anteseden benar dn konsekuen salah.

Catatan: 1. Hubungan sebab akibat antara anteseden dan konsekuen tidak harus selalu ada 2. Dalam hal proporsisi bersyarat pq diajukan sebagai proposisi yang benar dan terdapat hubungan antara anteseden dan konsekuen. Proporsisi pq dapat diucapkan: a) Jika p maka q b) p berimplikasi q c) q jika p d) p hanya jika q e) p syarat cukup bagi q f) q syarat perlu bagi p ada beberapa variasi perangai tabel nilai kebenaran yang berhubungan dengan implikasi: ~p~q disebut invers dari ~p~q qp disebut konvers dari pq ~q~p disebut kontrapositif dari pq

Tabel 1.6 Implikasi, Invers, Konvers dan Kontrapositif P B B S S Q B S B S ~p S S B B ~q S B S B pq B S B B ~p~q B B S B qp B B S B ~q~p B S B B

Catatan: Kolom ke-5 (implikasi pq) mempunyai nilai logika yang sama dengan kolom ke -8 (kontraposisinya, ~q~p). dinyatakan dengan pq ~q~p dan kolom ke-6 (inverse, ~p~q) mempunyai nilai logika yang sama dengan kolom ke-7 (konversi, qp). ditulis ~p~q qp. ( dibaca ekivalen logis)

Contoh: 1. Diketahui penyataan p: burung mempunai sayap (benilai benar) q: 2+3 = 5 (bernilai benar) sehingga pq : jika burung mempunyai sayap maka 2+3=5 (benilai benar).

e. Bi-implikasi (perangkai jika dan hanya jika) Bi-implikasi merupakan pernyataan bersyarat dua arah. Misalkan dua pernatan p dan q yang dihubungkan dengan perangkai kata jika dan hanya jika ditulis pq disebut bi-implikasi dan dibaca p jika dan hanya jika q.

10

Tabel 1.7 Bi-implikasi P B B S S Q B S B S Pq B S S B

Bi-kondisional bernilai benar jika kedua komponennya benilai sama Contoh: 1. Diketahui pernyataan p: 2 bilangan genap (bernilai benar) q: 3 bilangan ganjil (bernilai benar) Sehingga pq: 2 bilangan genap jika dan hanya jika 3 bilangan ganjil (bernilai benar).

2.1.5

Aturan Penyimpulan 1. Modus Ponen pq p q 2. Modus Tollens pq ~q ~ p 3. Hypothetical Syllogisme pq qr p r

11

4. Disjunctive Syllogisme pq ~p q 5. Constructive Dillema (p q) (r s) pr q s 6. Destructive Dillema (p q) (r s) ~q ~ s ~p ~ r 7. Simplifikasi pq p 8. Addisi p


p q

atau

pq q

9. Konjungsi p q p q 2.1.6 Aturan penggantian 1. Teorema de Morgan ~ (p q) ~ p ~ q ~ (p q) ~ p ~ q

12

2. Komutasi pqqp pq qp 3. Assosiasi [(p q) r)] [p (q r)] [(p q) r)] [p (q r)] 4. Distribusi [(p q) r)] [(p r) (q r)] [(p q) r)] [(p r) (q r)] 5. Negasi Rangkap p ~ (~ p) 6. Transposisi (p q) (~ q ~ p) 7. Implikasi Material (p q) (~ p q) 8. Ekuivalensi Material (p q) [(p q) (q p)] (p q) [(p q) (~ p ~ q)] 9. Eksportasi [(p q) r)] [p (q r)] 10. Tautologi p (p p) p (p p)

2.1.7

Pembuktian Argumen Berkuantor 1. Universal Instantiasi (UI)


13

2.

Eksistensial Instantiasi (EI)

3.

Universal Generalisasi (UG)

4.

Eksistensial Generalisasi (EG)

2.2 Penerapan Logika Matematika Pada Bidang Psikologi 2.2.2 Penerapan pada Tes Psikotes Penerapan logika matematika pada bidang psikologi biasanya diterapkan pada tes psikotes. Tes psikotes adalah salah satu tes yang diadakan oleh instansi-instansi lapangan kerja untuk menyeleksi para calon pegawai, atau pada saat tes masuk Sekolah Tinggi seperti STAN dan STIS. Tes psikotes terdiri dari beberapa macam, salah satunya adalah logika matematika. Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita. Tes logika berfungsi mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisa pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita dan tes logika diagram. Sedangkan tes spasial atau tes gambar, berfungsi mengukur daya logika ruang yang dimiliki seseorang. Tes ini meliputi antara lain tes padanan hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan gambar dan tes

14

identifikasi gambar.

Berikut adalah beberapa contoh soal logika matematika yang ada di tes psikotest yang biasanya ditanyakan pada tes CPNS, STAN atau instansi lainnya:

Soal di bawah ini ada premis-premis dan

kemungkinan

kesimpulan. Pilihlah kesimpulan yang anda anggap paling benar. 1. Semua anggota asosiasi profesi harus hadir dalam rapat. Sementara dokter adalah anggota asosiasi. a. Semua yang hadir dalam rapat adalah dokter b. Semua anggota rapat bukan anggota asosiasi profesi c. Sementara dokter adalah peserta rapat d. Semua dokter hadir dalam rapat e. Semua yang hadir bukan dokter Jawaban : C Bukti : misal , anggota asosiasi profesi adalah P(x) Hadir dalam rapat adalah H(x) Dokter adalah D(x) Maka : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. / 1 UI 2 EI 3 transposisi 4 transposisi 5,6 HS 7 transposisi 8 EG

15

Soal 3 dan 4 merupakan penalaran yang terdiri atas tiga kalimat, yaitu (a) kalimat pertama (premis mayor), (b) kalimat kedua premis minor dan (c) kalimat ketiga (kesimpulan). Untuk masing-masing soal itu anda diminta menentukan apakah penalaran itu: a. Benar b. Salah pada premis mayor c. Salah pada premis minor d. Salah pada premis mayor dan premis minor e. Salah pada kesimpulan

2. Pada perusahaan A tidak ada sistim cuti tahunan Si Manis adalah anggota divisi utama pada perusahaan A Maka : si manis boleh mengambil cuti tahunan Jawaban : E (kesimpulan salah) harusnya adalah si manis tidak boleh mengambil cuti tahunan Bukti : Misal : perusahaan A (p) Cuti tahunan (q) Si manis (r) 1. 2. 3. 4. 5. 6. / 1 transposisi 2 transposisi 3,4 HS 5 transposisi

3. Barang siapa tidak kehilangan, dia masih mempunyai Si Badu tidak kehilangan mobil Maka : Si Badu masih mempunyai mobil Jawaban : A (Benar) Bukti :

16

Misal, Tidak kehilangan Masih mempunyai Si Badu 1. 2. 3. 4. 1. 2. / 1 transposisi 2 transposisi 3,4 HS 5 transposisi

2.2.3 Penerapan dalam Masalah Kehidupan Sehari-hari Psikologi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan juga,

dikarenakan hasil dari kegiatan berfikir logis juga. Disebut dengan pikiran logis karena penalarannya dapat ditarikkan suatu kesimpulan berdasarkan data fakta yang diperoleh sehingga dapat menimbulkan hasil yang komperhensif. Sehingga psikologi menjadi benar-benar suatu ilmu pengetahuan. Sama seperti ketika orang tua mengajarkan dan mendidik anak-anaknya, yang nanti suatu saat ajaran dan didikan dari orang tuanya akan menurun kepada anaknya ketika anak tersebut berumah tangga. Oleh karena hal tersebut pula Tuhan memberikan logika kepada manusia agar manusia dapat memilih mana yang terbaik untuknya dan mana yang seharusnya dihindari. Dan logika memiliki aspek terpenting dalam kehidupan, tentunya berdasarkan pengalaman. Masalah kehidupan sehari-hari pun termasuk kedalam bidang psikologi yang dapat diselesaikan dengan logika matematika. Tanpa kita sadari atau tidak kita menjalani hidup dengan logika, berikut adalah contoh-contoh masalah psikologi sehari-hari yang dapat dipecahkan dengan logika matematika. Contoh I : Suatu ketika, Sarah menumpang di mobil Mega hendak menuju kampus bersama. Ketika di pertigaan lampu lalu lintas Sarah memberikan

17

pendapat kepada Mega agar melewati jalan cepat (jalur tikus), tetapi jalannya memang agak sedikit rusak, dan dengan memberikan suatu pertimbangan agar tidak terlambat datang ke kampus dan juga mungkin lebih mengefektifkan waktu meskipun waktunya hanya 15 menit. Tetapi Mega menolaknya,dan memberikan suatu pendapat pula mengapa ia tidak mau mengikuti saran dari Sarah, ini dikarenakan jalan yang dipinta Sarah tersebut, menurut Mega kurang nyaman dan nantinya akan mengganggu mood baiknya Mega (hanya karena jalan rusak). Karena Sarah berposisi sebagai penumpang maka ia mengalah dan mengurungkan niatnya untuk memberikan pendapatnya kepada Mega, sehingga Sarah hanya menurut kepada Mega. Dengan menggunakan logika matematika, sebenarnya pendapat Sara yang paling benar.

Contoh II : Ketika itu seorang guru bertanya kepada murid SMA, ia berkata Anak-Anak menurut kalian lebih berat yang mana satu ton besi dengan satu kilogram gula ?, spontan anak muridnya menjawab, lebih berat besi, salah seorang murid yang kritis menjawab, Pak, pertanyaan tersebut kan bisa dinalar., lalu Pak guru tersebut hanya tersenyum. Sesaat kemudian Pak Guru tersebut memberikan pertanyaan lagi menurut kalian lebih berat yang mana antara satu ton besi dengan satu ton baja ??. Anak murid yang semula berisik kemudian menjadi hening dan mulai mencari jawaban tersebut. Dan mungkin ketika itu murid-murid berfikir secara logis, bahwa lebih berat besi dibanding dengan baja, sehingga mereka menjawab dengan pasti Besi-lah yang lebih berat dibandingkan dengan baja. Kemudian Pak Guru tersebut mengulangi pertanyaannya hingga beberapa kali, dengan tersenyum geli karena melihat tingkah laku muridnya, ia mengulangi pertanyaan tersebut dengan perlahan-lahan dan anak didiknya mulai mencermati pertanyaan dari gurunya tersebut, Anak-anak menurut kalian lebih berat mana antara satu ton besi dengan satu ton baja ???. lalu

18

salah satu dari murid yang lain berkata pelan, jawabannya, sama beratnya, lalu yang lain pun mencermati kembali pertanyaan tersebut, dan mengiyakan jawaban teman yang berkata bahwa, berat satu ton besi dan satu ton baja bernilai sama. Setelah menemukan jawaban tersebut, murid dan guru tersebut tertawa bersama. Contoh kedua memberikan penilaian bahwa bidang studi matematika logika tidak selalu menggunakan penghitungan yang cermat, tetapi dengan pikiran yang memiliki nalar baik juga dapat menjawab kasus pertanyaan logika tersebut. Dan juga pada contoh kedua dapat juga diambil kesimpulan, bahwa seiring perkembangan remaja aspek kognitif sangat berperan penting bagi setiap individu yang menjalaninya. Perihal mengapa satu ton besi dan satu ton baja memiliki berat yang sama, awalnya mungkin secara logis kita berpikir bahwa baja lebih berat dibanding besi, tetapi setelah kita cermati pertanyaan tersebut lebih mengarah kepada satuan berat pada besi dan baja yaitu sama-sama satu ton. Kita dapat perumpamakan: p = 1 ton besi lebih berat q = 1 ton baja lebih berat pq = 1 ton besi dan baja sama beratnya dan kita gunakan tabel konjungsi: pq B S S S

p B B S S

q B S B S

Dapat kita liha bahwa p = 1 ton besi lebih berat (pernyataan benar) q = 1 ton baja lebih berat (pernyataan benar) pq = 1 ton besi dan baja sama beratnya (kesimpulan benar)

19

2.3 Permasalahan Psikologi yang dapat Diselesaikan dengan Logika Matematika 2.3.1

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Matematika sangat erat hubungannya dengan semua bidang ilmu, khususnya psikologi. Kajian ilmu matematika yang berhubungan dengan psikologi salah satunya ialah logika matematika. Ilmu psikologi seringkali dipelajari dengan pendekatan matematika. Selain itu konsep statistika dan logika matematika juga digunakan dalam mengukur, menganalisa, dan menarik sebuah kesimpulan terhadap objek pengamatan psikologi. Fungsi logika matematika terhadap psikis seorang individu yaitu menjadikan seorang individu tersebut dapat berfikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan dan mencari solusinya secara cepat dan akurat. Aplikasi logika matematika dalam ilmu psikologi biasanya diterapkan dalam tes psikologi. Tes psikologi biasanya dilakukan oleh instansi-instansi untuk menyeleksi calon pegawai atau pada tes masuk perguruan tinggi untuk menyeleksi calon mahasiswa mahasiswinya. Tes logika berfungsi mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis. Logika matematika juga secara sadar atau tidak sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari memutuskan untuk bangun tidur atau kembali tidur ketika alarm berbunyi di pagi hari, pergi menggunakan kendaraan pribadi atau umum, dan lain sebagainya. Permasalahan psikologi yang dapat diselesaikan dengan logika matematika contohnya

3.2 Saran

20

Logika matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan psikologi manusia. Itu berarti logika matematika erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dengan begitu logika matematika penting bagi kehidupan manusia. Karena logika matematika secara sadar atau tidak sadar seringkali kita gunakan untuk memecehkan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara logis. Oleh karena itu kita sebagai pelajar atau mahasiswa tidak boleh menganggap remeh ilmu matematika. Dengan belajar matematika, seseorang akan menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan dan cerdas dalam menyelesaikan suatu persoalan.

DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai