BAB I
PENDAHULUAN A. Pengertian Jalan Raya. Jalan Raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lainnya. Arti Lintasan adalah menyangkut jalur tanah yang diperkuat (diperkeras), dan jalur tanah tanpa perkerasan. Arti Lalu Lintas adalah menyangkut semua benda dan makhluk yang melewati jalan tersebut, baik kendaraan bermotor, tak bermotor seperti sepeda (disebut kendaraan fisik), manusia ataupun hewan. Jalan Raya sebagai sarana pembangunan dan membantu pengembangan wilayah adalah sangat penting sekali, maka dari itu lalu lintas jalan raya harus terselanggara secara lancar dan aman sehingga pengangkutan berjalan dengan cepat, aman, tepat, efisien dan ekonomis. Untuk itu jalan raya harus memenuhi syarat-syarat teknis dan ekonomis menurut fungsinya dan volume serta sifat lalu lintas. B. Syarat-syarat Berlalu Lintas Konstruksi lalu lintas perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut, dan tidak berlubang. b. Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja di atasnya. c. Pemukaan kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip. d. permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika terkana sinar matahari. C. Syarat-syarat Kekuatan/Struktural. Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban, haruslah memenuhi syarat-syarat : a. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan lalu lintas ke tanah dasar (sub grade) b. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan bawahnya. c. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan di atasnya dapat cepat dialirkan. d. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan Di samping itu tak dapat dilupakan sistem pemeliharaan yang terencana dan tepat selama umur rencana/pelayanan termasuk di dalamnya sistem drainase jalan tersebut.
N I M : 06 0404
Hal : 1
027
Jalan Raya pada umumnya dapat digolongkan dalam Klasifikasi menurut fungsinya yaitu sebagai berikut : 1. Jalan Utama : Jalan Raya yang melayani arus lalu lintas yang tinggi antara kotakota penting, sehingga harus direncanakan untuk dapat melayani lalu lintas yang cepat dan berat. Kelas jalan utama adalah Kelas I. Kelas ini merupakan jalan-jalan raya berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik. 2. Jalan Sekunder : Jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antara kotakota penting dan kota-kota yang lebih kecil dan sekitarnya. Kelas jalan sekunder adalah Kelas II. Kelas II dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : Kelas II.A adalah Jalan-jalan raya dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix). Kelas II.B adalah Jalan-jalan raya dua jalur dengan konstruksi permukaan jaan dari penetrasi berganda atau yang setaraf. Kelas II.C adalah Jalan-jalan raya dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal.
3. Jalan Penghubung : Jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang juga dipakai sebagai penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau berlainan. Kelas jalan penghubung adalah Kelas III. Kelas III adalah Jalan-jalan raya berjalur tunggal atau dua, dengan Konstruksi permukaan jalan yang paling tinggi adalah peleburan dengan aspal. Selain pembagian kelas jalan menurut fungsinya juga dipertimbangkan pada besar volume serta sifat lalu lintas yang diharapkan. Untuk itu kita harus cari berapa besarnya Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) dalam satuan smp (satuan mobil penumpang). Dari data yang tersedia, diketahui : Volume Lalu Lintas 2 (dua) arah Pada saat Peresmian Guna untuk Perencanaan Lapisan Perkerasan pada Umur Rencana 20 tahun, adalah sebagai berikut: JENIS KENDARAAN Mobil Penumpang Bus Umum Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailer Ringan Trailer Sedang Trailer Berat Volume Lalu Lintas perhari (V) 15.600 Kendaraan 170 Kendaraan 25 Kendaraan 20 Kendaraan 7 Kendaraan 12 Kendaraan 10 Kendaraan 3 Kendaraan Nilai smp setiap kendaraan ( ) 1 3 2 2.5 3 6 6 6
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L Besarnya pertumbuhan lalu-lintas untuk 20 tahun = 3.5 %. LHR pada tahun ke 20 (akhir umur rencana) rumus: di mana :
N I M : 06 0404 027
Hal : 2
i = pertumbuhan lalu lintas UR = umur rencana pada tahun pembukaan J = jenis kendaraan ; n = banyaknya jenis kendaraan LHR = (1+0,035)15 x 16.381 = 27443.88 smp = 27443 Dengan LHR = 27433 smp maka didapatkan kelas jalan, yaitu Kelas II.A, dengan trase jalan A dan B seperti terlihat dalam peta countur. Dari kelas jalan II.A, didapatkan data-data seperti pada Daftar I (Standard Perencanaan Geometrik) sebagai berikut : DAFTAR - I STANDARD PERENCANAAN GEOMETRIK KLASIFIKASI JALAN Klasifikasi Medan Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) dalam smp Kecepatan Rencana (Km/Jam) Lebar Daerah Penguasaan Minimum (meter) Lebar Perkerasan (meter) Lebar Median Minimum (meter) Lebar Bahu (meter) Lereng melintang Perkerasan Lereng melintang Bahu Jenis Lapisan Perkerasan Jalan Miring Tikungan Maksimum Jari-jari Lengkung Minimum, Disebut R1 Landai Maksimum Jalan Raya Sekunder I D B G > 20.000 120 100 80 60 60 60 Minimum 2 x ( 2 x 3.75 ) 10 3.50 3.00 3.50 2% 4% Aspal Beton ( Hot Mix ) 10 % 560 350 210 3% 5% 6%
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
DAFTAR II STANDARD PERENCANAAN ALINEMEN No. 1 2 3 4 5 6 STANDARD PERNCANAAN Keterangan Kecepatan Rencana (Km/Jam) 120 Jarak Pandang Henti (meter) 225 Jarak Pandang Menyiap (meter) 790 Jari-jari Lengkung Minimum Di mana Miring Tikungan Tidak Perlu (meter) Disebut R3. 3000R3. Batas Jari-jari Lengkung Tikungan di mana Harus Menggunakan Busur Peralihan (meter) Disebut R2. 20002 Landai Relatif Maksimum Antara Tepi Perkerasan ( 1/meter). 1 280
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 3
Apabila :
> R3
: Lengkung Diperlukan Sama Seperti Jalan Lurus, Tidak perlu penambahan kemiringan melintang. : Lengkung dengan penambahan kemiringan melintang yaitu tikungan
E.
Keadaan Topography. Untuk memperkecil biaya pembangunan, suatu standard perlu disesuaikan dengan keadaan Topography, yang merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jalan dan pada umumnya mempengaruhi Alinemen sebagai standard perencanaan geometrik seperti : Landai jalan; Jarak pandang; Penampang melintang; dan lain sebagainya. Standard perencanaan geometrik perlu sekali disesuaikan dengan keadaan topography. Sehingga untuk itu keadaan medan pada umumnya dibagi atas 3 (tiga) golongan, berdasarkan besarnya lereng melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan raya. Golongan Medan Datar (D). Bukit (B). Pegunungan (G). Lereng Melintang 0 9.9 % 10 % 24.9 % > 25 %
Maka perencanaan geometrik jalan raya pada kasus ini dapat di cari :
A 246 m 461,25 m
B 242 m
246 246 = 0% 461,25 246 248 = 0,19% Kelandaian PI1 PI2 : 1044,03 242 248 = 1,32% Kelandaian PI2 B : 455,938
Kelandaian A PI1 :
Dari kelandaian rata-rata dari titik A B , maka medan tersebut adalah medan Datar.
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 4
BAB II
L I N TA S A N Perhitungan Koordinat, Azimuth, Sudut tikungan, dan Jarak antar titik. A. Koordinat titik penting pada lintasan. TITIK A PI 1 PI 2 B KOORDINAT X Y 84 536 400 200 1400 500 1738 194 KETINGGIAN 246 246 248 242
B. Perhitungan Azymuth.
Tan A - PI1 =
= = =
xPI1 xA yPI1 yA
( 400) (84) ( 200) (536) 316 336
- 43,24
A - PI1 =
90 - 43,24 = 46,76
xPI 2 xPI1 yPI 2 yPI1
(1400) (400) (500) ( 200) 1000 300
= = = =
PI2 B
= =
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 5
A. Perhitungan Jarak.
API1 = { (X PI1 X A)2 + (Y PI1 Y A)2 } API1 = { (400 84 )2 + (200 536)2 } API1 = { 99856 + 112896 }
API1 = 461,25 m
PI1PI2 = { (X PI2 X PI1)2 + (Y PI2 Y PI1)2 } PI1PI2 = { (1400 400)2 + (500 200)2 } PI1PI2 = {1000000 + 90000} PI1PI2 = 1044,03 m PI2B = { (X B X PI2)2 + (Y B Y PI2)2 } PI2B = { (1738 1400)2 + (194 500)2 } PI2B = {114244 + 93636} PI2B = 455,938 m
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 6
BAB III
ALINEMEN H O R I Z O N TA L
Jarak API1 = 461,25m Jarak PI1PI2 = 1044,03 m Tmax Pada tikungan I = 461,25 m Sudut tikungan 1 = 63,46 Rural highway, Kelas Jalan I Klasifikasi Medan Datar Kecepatan Rencana (Vrencana) = 120 km/jam Lebar perkerasan minimal (satu jalur), b = 3.75 m Panjang Jari-jari lengkung minimum (R1 atau Rmin) = 560 m Jari 2 Lengkung Tikungan di mana Hrs Menggunakan Busur Peralihan (R2)= 2000 Jari-jari Lengkung Minimum Di mana Miring Tikungan Tidak Perlu (R3) = 3000 Landai Relatif Maksimum Antara Tepi Perkerasan = 1/280 (1/m) => m = 280 Miring tikungan Maximum = 10% Lebar daerah penguasaan minimum = 60 m
a). Tanpa perubahan kemiringan melintang (e). Syarat R > R3 , Coba R = 3200 m T1 = R . Tan = 3200 . Tan (63,46) = 1978,67 m > Tmax ....... FC. no OK.!
R E = Cos
3200 O -- R = - 3200 Cos (63,46) E = 562,33 m - - R = 2200 O - 2200 Cos (63,46) E = 386,60 m
b). Dengan perubahan kemiringan melintang (e). R E= Syarat R2 < R < R3 , Coba R = 2200 m Cos T1 = R . Tan = 2200 . Tan (63,46) = 1360,34 m > Tmax ... FC .no OK.! (T1 > Tmax )
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K
N I M : 06 0404 027
Hal : 7
D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
Kesimpulan : Lengkung Full Circle (FC) tidak dapat digunakan, maka dicoba menggunakan Spiral Circle Spiral (SCS) Kasus 2. Coba dengan lengkung Spiral Circle Spiral (SCS).
Syarat R1 < R < R2 : 560 < R < 2000 Ambil R = 560 m. Dengan Vr = 120 km/jam, Dari Table I 2 (Tabel Lengkung Horizontal) didapat : e = 9,7 % Ls min = 100 m C = 0.4 Syarat Lengkung Ls. a). Modified Short Formula : 3 c V.e Ls min > 0,022 . V R . C- 2,727 C Ls min > 0,022 . 1203 .0,097 560 . 0,4c - 2,727 . 120 0,4
Ls min > 90,35 m ....... OK.! b). Ls min > b . m. e Ls min > 3,75 . 280. 0,097 Ls min > 101,85 m ........ OK.! c). Ls min > v . t (Jarak yang ditempuh selama 2 detik) x 1000 . 2 Ls min > 120 3600 ===> Ls min > 66,667 m ........ OK.! d). Sudut Lengkung Spiral, s = 28,648 R x Ls
Syarat : s < 1 ==> 5,1157 < (63,46) ......... O.K.! e). Sudut Lengkung Lingkaran, C = 1 2s C = 63,46 2 (5,1157) = 53,2286
C f). Panjang Busur Lengkung Lingkaran, Lc = 360 x 2 R Lc = 53,2286 360 x 2 560 = 519,984 m
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K
N I M : 06 0404 027
Hal : 8
h). Untuk : Ls = 100 m R = 560 m, Dari Table II 1 (Daftar Lengkung Horizontal SCS) Diperoleh: p = 0,7408 x = 99,9203 k = 49,9867 y = 2,9745 E1 = (R + p) . Sec 1 R = (560 + 0,7408) . Sec 63,46 560 = 99,279 m T1 = (R + p) . Tan 1 + k = (560 + 0,7408) . Tan 63,46 + 49,9867m = 396,713 m < Tmax (461,25 m) ........... SCS, O.K. ! B. Kesimpulan Untuk Tikunngan I: Untuk Tikungan I yang dipakai adalah Lengkung SpiralCircleSpiral (SCS). Dengan Data-Data Tikungan I yaitu :
Sudut tikungan 1 = 63,46 Sudut Lengkung Lingkaran, C = 53,2286 Sudut Lengkung Spiral, s = 5,1157 Panjang Busur Lengkung Spiral, Ls = 101,85 m Panjang Busur Lengkung Lingkaran, Lc = 519,984 m Panjang Busur Lengkung Tikungan, L = 719,984 m Parameter untuk Lengkung SCS : p = 0,7408 x = 99,9203 k = 49,9867 y = 2,9745 Kecepatan Rencana (Vrencana) = 120 km/jam Jari-jari lengkung SCS, R = 560 m Panjang E1 = 99,279 m Panjang T1 = 396,713 m Jarak API1 = 461,25 m Miring Tikungan Maksimum, emax = 9,7 % .
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K
N I M : 06 0404 027
Hal : 9
Jarak PI2B = 455,938 m Jarak PI1PI2 = 1044,03 m Tmax Pada tikungan II : PI1PI2 (Rounding Min + T1) Tmax = 1044,03 396,713 - 20 = 627,317 m Sudut tikungan 2 = 58,85 Rural highway, Kelas Jalan I Klasifikasi Medan Datar Kecepatan Rencana (Vrencana) = 120 km/jam Lebar perkerasan minimal (satu jalur), b = 3.75 m Panjang Jari-jari lengkung minimum (R1 atau Rmin) = 560 m Jari 2 Lengkung Tikungan di mana Hrs Menggunakan Busur Peralihan (R2)= 2000 Jari-jari Lengkung Minimum Di mana Miring Tikungan Tidak Perlu (R3) = 3000 Landai Relatif Maksimum Antara Tepi Perkerasan = 1/280 (1/m) => m = 280 Miring tikungan Maximum = 10% Lebar daerah penguasaan minimum = 60 m
a). Tanpa perubahan kemiringan melintang (e). Syarat R > R3 , Coba R = 3200 m R E = 2 T2 = R . Tan 2 Cos = 3200 . Tan (58,85 ) = 1804,947 m > Tmax ....... FC. no OK.!
N I M : 06 0404 027
Hal : 10
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L b). Dengan perubahan kemiringan melintang (e). Syarat R2 < R < R3 , Coba R = 2200 m T2 = R . Tan 2 = 2200 . Tan (58,85) = 1240,9 m < Tmax ... FC . no OK.!
R E= Cos 2
Kesimpulan : Lengkung Full Circle (FC) tidak dapat digunakan, maka dicoba menggunakan Spiral Circle Spiral (SCS) Kasus 2. Coba dengan lengkung Spiral Circle Spiral (SCS).
Syarat R1 < R < R2 : 560 < R < 2000 Ambil R = 600 m. Dengan Vr = 120 km/jam, Dari Table I 2 (Tabel Lengkung Horizontal) didapat : e = 9,0 % Ls min = 100 m C = 0.4 Syarat Lengkung Ls. a). Modified Short Formula : 3 c V.e Ls min > 0,022 . V R . C- 2,727 C Ls min > 0,022 . 1203 .0,09 600 . 0,4c - 2,727 . 120 0,4
Ls min > 84,771 m ....... OK.! b). Ls min > b . m. e Ls min > 3,75 . 280. 0,09 Ls min > 94,5 m ........ OK.! c). Ls min > v . t (Jarak yang ditempuh selama 2 detik) x 1000 . 2 Ls min > 120 3600 ===> Ls min > 66,667 m ........ OK.! d). Sudut Lengkung Spiral, s = 28,648 R x Ls
N I M : 06 0404 027
Hal : 11
Lc = 49,30 360 x 2 560 = 516 m g). Panjang Busur Lengkung Tikungan, L = Lc + 2Ls. L = 516 + 2(100) = 716 m h). Untuk : Ls = 100 m R = 600 m, Dari Table II 1 (Daftar Lengkung Horizontal SCS) Diperoleh: p = 0,6943 x = 99,9306 k = 49,9884 y = 2,7764 E2 = (R + p) . Sec 1 R = (600 + 0,6943) . Sec 58,85 600 m = 89,66 m T2 = (R + p) . Tan 1 + k = (600 + 0,6943) . Tan 58,85 + 49,9884 m = 388,8 m < Tmax ( m) ........... SCS, O.K. ! D. Kesimpulan Untuk Tikunngan II: Untuk Tikungan II yang dipakai adalah Lengkung SpiralCircleSpiral (SCS). Dengan Data-Data Tikungan II yaitu :
Sudut tikungan 2 = 58,85 Sudut Lengkung Lingkaran, C = 49,30 Sudut Lengkung Spiral, s = 4,407 Panjang Busur Lengkung Spiral, Ls = 94,5 m Panjang Busur Lengkung Lingkaran, Lc = 516 m Panjang Busur Lengkung Tikungan, L = 716 m Parameter untuk Lengkung SCS : p = 0,6943 x = 99,9306 k = 49,9884 y = 2,7764 Kecepatan Rencana (Vrencana) = 120 km/jam Jari-jari lengkung SCS, RC = 600 m Panjang E2 = 89,66 m Panjang T2 = 388,8 m (Tmax= 627,317)
Jarak PI2 B = 528,28 m Miring Tikungan Maksimum, emax = 9,0 % . Kontrol : PI1PI2 > T1 + T2 + rMin 1044,03 m > (396,713 +388,8 +20 m = 805,513)...O.K.!
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 12
BAB IV
PELEBARAN TIKUNGAN
I. Gambar posisi roda Bus besar dengan dua gandar (kendaraan sedang) terhadap perkerasan pada Tikungan.
Keterangan : P : Jarak gandar Kendaraan ( m ) A : Tonjolan Depan Kendaraan ( m ) R : Jari-jari Tikungan ( m ) Td : Penambahan Lebar Perkerasan akibat adanyan tonjolan ke depan Kendaraan. bo : Jarak Roda ( m ) b' : Penambahan Pelebaran Perkerasan ( m ) b'' : Lebar Lintasan Kendaraan Truk pada Tikungan ( m ) c : Kebebasan Samping ( m ) II. Pelebaran Tikungan ditentukan oleh : a. Penambahan lebar perkerasan yang diperlukan. b' = R - (R - P) di mana : b' : Penambahan lebar perkerasan yang diperlukan (m) R : Jari-jari Tikungan rencana (m) P : Jarak gandar Kendaraan (m) b'' = bo + b' di mana : b'' : Lebar lintasan kendaraan pada tikungan (m) bo : Jarak roda (m) b. Penambahan Akibat Kelainan / Kesukaran pengemudi ( z ) z = 0.105 V s A D2 (R)
di mana : z : Penambahan akibat kelainan pengemudi (m) R : Jari-jari Tikungan (m) V : Kecepatan rencana (Km / jam)
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 13
c. Penambahan Lebar Perkerasan akibat adanya tonjolan ke depan kendaraan. Td = {R + A (2P + A)} R di mana : Td : Penambahan lebar perkerasan akibat adanya tonjolan ke depan kendaraan (m). A : Tonjolan ke depan kendaraan (m). d. Lebar Perkerasan Pada Tikungan (B) : B = {n . (b'' + c)} + {(n 1) . Td} + z di mana : B : Lebar perkerasan pada tikungan (m) n : Jumlah jalur lalu lintas c : Kebebasan samping (m)
e.
W = B Bn
di mana : W : Pelebaran yang diperlukan (m) Bn = n . b ==> b : Lebar persatu jalur (3.50 m) III. Demensi Kendaraan Rencana. Dari data perencanaan jalan ini, kendaraan terbesar yang akan melewati adalah Bus Besar dengan dua gandar, kendaraan ini termasuk dalam kendaraan sedang. Dari table dimensi Kendaraan rencana didapat seperti di bawah ini :
Kategori Kendaraan Rencana Kecil Sedang Besar DIMENSI KENDARAAN ( cm ) Tinggi 130 410 410 Lebar 210 260 260 Panjang 580 1210 2100 Tonjolan ( cm ) Belakan Depan g 90 150 210 240 120 90 Radius Putar ( cm ) Min. 420 740 290 Max. 730 1280 1400 Radius Tonjolan ( cm ) 780 1410 1370
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038 / T / BM / 1997.
Maka didapat data-data sebagai berikut : A = 2.10 m P = 7.40 m bo = 2.25 m c = 0.8 m (2.5 ft) b = 3.75 m n =2 V = 120 Km/jam
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 14
IV. Perhitungan Pelebaran Tikungan. a. Tikungan I. Data-data direncanakan untuk Bus besar dengan dua gandar (kendaraan sedang). A = 2.10 m b = 3.75 m P = 7.40 m n=2 bo = 2.25 m V = 120 Km/jam c = 0.8 m (2.5 ft) R = 560 m Penambahan lebar perkerasan yang diperlukan. = 560 - (560 - 7.40) = 560 559,951 = 0,048 m Lebar lintasan kendaraan pada tikungan
b' = R - (R - P)
b'' = bo + b' = 2.25 + 0,048 = 2,298 m Penambahan Akibat Kelainan / Kesukaran pengemudi ( z ) V s A D2 (R)
z = 0.105 z = 0.105
(560)= 0.532 m
120
Td = {R + A (2P + A)} R Td = {560 + 2.10 ((2 . 7.40) + 2.10)} 560 = 560,03 560 = 0.03 m Lebar Perkerasan Pada Tikungan (B) :
B = {n . (b'' + c)} + {(n 1) . Td} + z B = {2 . (2,298 + 0,8)} + {(2 1) . 0.03} + 0,532 = 6,196 + 0,03 + 0.532 m = 6,758 m Bn = n . b = 2 . 3,75 = 7,5 m (karena B < Bn maka dapat diabaikan, ini berarti pada Tikungan II TIDAK diperlukan adanya pelebaran perkerasan tikungan)
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 15
b. Tikungan II. Data-data direncanakan untuk Bus besar dengan dua gandar (kendaraan sedang). A = 2.10 m b = 3.75 m P = 7.40 m n=2 bo = 2.25 m V = 120 Km/jam c = 0.8 m (2.5 ft) R = 600 m Penambahan lebar perkerasan yang diperlukan. = 600 - (600 - 7.40) = 600 209,869 = 0,046 m Lebar lintasan kendaraan pada tikungan
b' = R - (R - P)
b'' = bo + b' = 2.25 + 0,046 = 2,296 m Penambahan Akibat Kelainan / Kesukaran pengemudi ( z ) V s A D2 (R)
z = 0.105 z = 0.105
(600)= 0.514 m
120
Td = {R + A (2P + A)} R Td = {600 + 2.10 ((2 . 7.40) + 2.10)} 600 = 600,03 600 = 0.03 m Lebar Perkerasan Pada Tikungan (B) :
B = {n . (b'' + c)} + {(n 1) . Td} + z B = {2 . (2,296 + 0,8)} + {(2 1) . 0.03} + 0,514 = 6,192 + 0,03 + 0.514 m = 6,736 m Bn = n . b = 2 . 3,75 = 7,5 m (karena B < Bn maka dapat diabaikan, ini berarti pada Tikungan II TIDAK diperlukan adanya pelebaran perkerasan tikungan)
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 16
BAB V
STATIONING
Stationing dimulai dari titik awal proyek dengan nomor station 0+000. Angka sebelah kiri tanda (+) menunjukkan Km (Kilo meter) sedangkan angka sebelah kanan tanda (+) menunjukkan m (meter). Angka station bergerak ke atas dan tiap 50 m pada jalan lurus dituliskan pada gambar rencana (plan), kemudian nomor station pada titik-titik utama di Tikungan (TS; SC; CS; ST ) harus dicantumkan, dan pada tikungan angka station bergerak tiap 15 m. Pemberian nomor station diakhiri pada titik akhir proyek. TITIK A 1 TS1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 S TAT I O N I N G Sta (0 + 000) Sta (0 + 50,0) Sta (0 + 64,357) Sta (0 + 79,357) Sta (0 + 94,357) Sta (0 + 109,357) Sta (0 + 124,357) Sta (0 + 139,357) Sta (0 + 154,357) Sta (0 + 169,357) Sta (0 + 184,357) Sta (0 + 199,357 ) Sta (0 + 214,357) Sta (0 + 229,357) Sta (0 + 244,357) Sta (0 + 259,357) Sta (0 + 274,357) Sta (0 + 289,357) Sta (0 + 304,357) Sta (0 + 319,357) Sta (0 + 334,357) TITIK 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 S TAT I O N I N G Sta (0 + 349,357) Sta (0 + 364,357) Sta (0 + 379,357) Sta (0 + 394,357) Sta (0 + 409,357) Sta (0 + 424,357) Sta (0 + 439,357) Sta (0 + 454,357) Sta (0 + 469,357) Sta (0 + 484,357) Sta (0 + 499,357) Sta (0 + 514,357) Sta (0 + 529,357) Sta (0 + 544,357) Sta (0 + 559,357) Sta (0 + 574,357) Sta (0 + 589,357) Sta (0 + 604,357) Sta (0 + 619,357) Sta (0 + 634,357) Sta (0 + 649,357)
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 17
S TAT I O N I N G Sta (0 + 664,357) Sta (0 + 679,357) Sta (0 + 694,357) Sta (0 + 709,357) Sta (0 + 724,357) Sta (0 + 739,357) Sta (0 + 754,357) Sta (0 + 769,357) Sta (0 + 784,341) Sta (0 + 834,341) Sta (0 + 884,341) Sta (0 + 934,341) Sta (0 + 984,341) Sta (0 + 1034,341) Sta (0 + 1042,858) Sta (0 + 1057,858) Sta (0 + 1072,858) Sta (0 + 1087,858) Sta (0 + 1102,858) Sta (0 + 1117,858) Sta (0 + 1132,858) Sta (0 + 1147,858) Sta (0 + 1162,858) Sta (0 + 1177,858)
TITIK 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
S TAT I O N I N G Sta (0 + 1192,858) Sta (0 + 1207,858) Sta (0 + 1222,858) Sta (0 + 1237,858) Sta (0 + 1252,858) Sta (0 + 1267,858) Sta (0 + 1282,858) Sta (0 + 1297,858) Sta (0 + 1312,858) Sta (0 + 1327,858) Sta (0 + 1342,858) Sta (0 + 1357,858) Sta (0 + 1372,858) Sta (0 + 1387,858) Sta (0 + 1402,858) Sta (0 + 1417,858) Sta (0 + 1432,858) Sta (0 + 1447,858) Sta (0 + 1462,858) Sta (0 + 1477,858) Sta (0 + 1492,858) Sta (0 + 1507,858) Sta (0 + 1522,858) Sta (0 + 1537,858)
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 18
S TAT I O N I N G Sta (0 + 1552,858) Sta (0 + 1567,858) Sta (0 + 1582,858) Sta (0 + 1597,858) Sta (0 + 1612,858) Sta (0 + 1627,858) Sta (0 + 1642,858) Sta (0 + 1657,858) Sta (0 + 1672,858) Sta (0 + 1687,858) Sta (0 + 1702,858) Sta (0 + 1717,858) Sta (0 + 1732,858) Sta (0 + 1747,858) Sta (0 + 1758,858) Sta (0 + 1808,858) Sta (0 + 1821,176)
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 19
Maka Panjang Jalan Yang Sebenarnya dengan Stationing adalah : Sta B Sta A = (0 + 1570,0) (0 + 000) = (0 + 1570,0) = 1570 meter Panjang Jalan dengan data-data Tikungan : API1 : 461,25 m T1 : 396,713 m L1 : 719,984 m
PI1 PI2
T2 L2
PI2B
Rounding ( rd )
= PI1 PI2 T1 T2 = 1044,03 396,713 388,8 = 258,517 m Panjang Jalan A ke B adalah = ( API1 T1) + L1 + rd + L2 + ( PI2B T2) = (461,25 396,713) + 714,984 + 258,517 + 716 + (455,938 388,8) = 64,537 + 1689,501 + 67,138 = 1821,176 meter
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 20
BAB VII
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN Data-data perkerasan JENIS KENDARAAN Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat Pertumbuhan lalu lintas Umur rencana BERAT ( Ton ) 2 9 8.3 18.2 25 26.2 31.4 42 Volume Lalu Lintas perhari 15600 kendaraan 170 kendaraan 25 kendaraan 20 kendaraan 7 kendaraan 12 kendaraan 10 kendaraan 3 kendaraan
= 3,5% per tahun = 20 tahun (langsung) = (8+12) tahun ( bertahap) Harga CBR rencana Subgrade = 6 % Lebar perkerasan = 2 ( 2 x 3,75 ) = 15 meter 11,25 m L 15,00 meter Koefisien distribusi kendaraan (c) Dari daftar II, untuk 4 lajur 2 arah Kendaraan ringan ( < 5 ton ) = 0,30 Kendaraan berat ( 5 ton ) = 0,45 Daya dukung tanah dasar (DDT) Untuk CBR 6% Didapat : DDT = 4,3 log CBR + 1,7 = 4,3 log 6,0 + 1,7 = 5,046 % Menentukan besar nilai faktor regional (FR). Menentukan persentase kendaraan : 15600 + 170 + 25 x a. Kendaraan ringan ( < 13ton ) = 100% = 99,67 %. 15847 b. Kendaraan berat ( >13ton ) = 20 + 7 + 12 + 10 + 3 15847 x 100% = 0,33 %.
Diasumsikan iklim I, yaitu curah hujan < 900 mm/tahun Dari daftar IV : : * Kelandaian I ( < 6% ). * Persentase kendaraan Berat = 0,33 % 30% * Kondisi Iklim I (< 900 mm/hari) * Didapatkan besarnya nilai faktor regional (FR) = 0,5
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 21
Perencanaan tebal perkerasan Untuk umur rencana 20 tahun : Menghitung angka Ekivalen tiap masing-masing Kendaraan, menurut bina marga. Dengan Rumus sebagai berikut :
2.
Bus :
3. Truk Ringan :
4. Truk Sedang :
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 22
5. Truk Berat :
6. Trailler Ringan :
7. Trailler Sedang
8. Trailler Berat :
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 23
Menghitung lalu lintas harian rata-rata pada tahun ke 20 (LHR) LHRn = LHR i (1 + i)n Dimana n = 20 , i = 3,5 % = 0,035 Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) 15600 170 25 20 7 12 10 3 (1 + i)n
1,989788863 1,989788863 1,989788863 1,989788863 1,989788863 1,989788863 1,989788863 1,989788863
LEA 31040,70626 338,2641067 49,74472158 39,79577726 13,92852204 23,87746636 19,89788863 5,969366589 31532,18411
Jumlah
Lalu lintas ekuivalen pada awal umur rencana = lintas ekivalen permulaan ( LEP ) LEPrencana = LEP x C. j = Jenis Kendaraan
Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat
Koefisien distribusi kendaraan (C). 0,3 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45
Angka Ekivalen Kendaraan (E) 0,0004 0,3006 0,2174 5,0264 2,7416 6,118 4,615 10,183 Jumlah =
LEP 1,872 22,9959 2,44575 45,2376 8,63604 33,0372 20,7675 13,74705 148,73904
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 24
Lalu lintas ekuivalen pada akhir umur rencana = lintas ekivalen akhir ( LEA ) j = Jenis Kendaraan i = Perkembangan Lalu Lintas. UR = Umur Rencana. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) 31040,70626 338,2641067 49,74472158 39,79577726 13,92852204 23,87746636 19,89788863 5,969366589 Koefisien distribusi kendaraan (C). 0,3 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 Angka Ekivalen Kendaraan (E) 0,0004 0,3006 0,2174 5,0264 2,7416 6,118 4,615 10,183 Jumlah =
Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat
LEA 3,724884752 45,75698571 4,866526112 90,01327267 17,18389621 65,73705262 41,32294021 27,35372699 295,9592853
Menghitung Lintas Ekivalen Tengah (LET). ,Untuk pembangunan yang dilakukan pada umur rencana 8 + 12 tahun. LET = ( LEA + LEP ) = 148,73904 + 295,9592853 = 204,3491627
UR 10
Dimana ; UR = Umur Rencana = 20 tahun Sehingga, LER = 204,3491627 x = 408,6983254 Merencanakan tebal lapisan perkerasan. Menentukan nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP) = 6 %, maka diperoleh DDT = 5 % * CBRrencana Subgrade FR = 1 IP0 untuk lapisan permukaan Laston (untuk jalan kelas I A) IP0 4 ( Lihat Daftar VI) IPt = Indeks Permukaan akhir LER = 408,6983254 (100-1000), dari daftar V untuk jalan kelas I (arteri) diperoleh IPT = 2,0 2,5 Dengan menggunakan nomogram 1 diperoleh : ITP = 8
20 10
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 25
Bahan-bahan perkerasan : LASTON (MS 744) Pecah (kelas A) Sirtu / pitran (kelas A) : a1 = 0,40 : a2 = 0,14 : a3 = 0,13 ; ; ; dmin = ... cm dmin = 20 cm dmin = 10 cm
Menentukan tebal perkerasan dengan memaksimalkan lapisan subgrade. ITP = a1. d1 + a2. d2 + a3. d3 8 = 0,4 . d1 + 0,14 . 20 + 0,13 10 d1 =
= d1 + d 2 + d3 = 10 + 20 + 10 = 38 cm
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 26
Untuk umur rencana (8+12) tahun JENIS KENDARAAN Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat BERAT ( Ton ) 2 9 8.3 18.2 25 26.2 31.4 42 Volume Lalu Lintas perhari 15600 kendaraan 170 kendaraan 25 kendaraan 20 kendaraan 7 kendaraan 12 kendaraan 10 kendaraan 3 kendaraan
Angka ekivalen (E) masing-masing kendaraan JENIS KENDARAAN Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat BERAT ( Ton ) 2 9 8.3 18.2 25 26.2 31.4 42 Volume Lalu Lintas perhari 0,0004 0,3006 0,2174 5,0264 2,7416 6,118 4,615 10,183
Lalu lintas harian rata-rata pada tahun ke - n LHRn = LHR i (1 + i)n Dimana i = 3,5 % = 0,035 Untuk n = 8 tahun Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) 15600 170 25 20 7 12 10 3 (1 + i)n
1,316809037 1,316809037 1,316809037 1,316809037 1,316809037 1,316809037 1,316809037 1,316809037
LEA 20542,22098 223,8575363 32,92022593 26,33618074 9,217663259 15,80170844 13,16809037 3,950427111 20867,47281
Jumlah
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 27
Untuk n = 12 tahun Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) 15600 170 25 20 7 12 10 3 Koefisien distribusi kendaraan (C).
1,511068657 1,511068657 1,511068657 1,511068657 1,511068657 1,511068657 1,511068657 1,511068657
LEA 23572,67105 256,8816717 37,77671643 30,22137314 10,5774806 18,13282388 15,11068657 4,533205971 23945,90501
Jumlah Lintas ekivalen permulaan ( LEP ) j = Jenis Kendaraan Koefisien distribusi kendaraan (C). 0,3 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45
Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat
Angka Ekivalen Kendaraan (E) 0,0004 0,3006 0,2174 5,0264 2,7416 6,118 4,615 10,183 Jumlah =
LEP 1,872 22,9959 2,44575 45,2376 8,63604 33,0372 20,7675 13,74705 148,73904
Lintas ekivalen akhir ( LEA ) j = Jenis Kendaraan i = Perkembangan Lalu Lintas. UR = Umur Rencana. Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) 20542,22098 223,8575363 32,92022593 26,33618074 9,217663259 15,80170844 13,16809037 3,950427111 Koefisien distribusi kendaraan (C). 0,3 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 Angka Ekivalen Kendaraan (E) 0,0004 0,3006 0,2174 5,0264 2,7416 6,118 4,615 10,183 Jumlah = LEA 2,465066518 30,28120894 3,220585703 59,56928049 11,37201552 43,50368351 27,34683168 18,10223967 195,860912
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 28
Untuk 12 tahun Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) 23572,67105 256,8816717 37,77671643 30,22137314 10,5774806 18,13282388 15,11068657 4,533205971 Koefisien distribusi kendaraan (C). 0,3 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45 Angka Ekivalen Kendaraan (E) 0,0004 0,3006 0,2174 5,0264 2,7416 6,118 4,615 10,183 Jumlah =
Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Truk Ringan Truk Sedang Truk Berat Trailler Ringan Trailler Sedang Trailler Berat
LEA 2,828720526 34,74838373 3,695696168 68,35711948 13,04964937 49,92147742 31,38111833 20,77273638 224,7549014
Lintas ekivalen tengah (LET) LET = ( LEP + LEA8 ) = 148,73904+ 195,860912 = 172,299976 = ( LEP + LEA12 ) = 148,73904+ 224,7549014 = 186,7469707
LET
Lintas Ekivalen Rencana Jika pada akhir tahap II diinginkan adanya sisa umur K-I 40 %, maka perkerasan tahap I perlu diabaikan dengan memasukkan lalu lintas harian sebesar x LER, anggapan sisa umur linea dengan sisa lalu lintas, maka : x . LER1 = LER1 + 40 % LER1 x =
1 = 1,67 60%
Tebal perkerasan tahap I dan II diperoleh dengan memasukkan lalu lintas sebesar y . LER2 karena 60% y . LER y . LER2 = y . 60 % LER2 + LER2 40%LER2 = LER2 x =
1 = 2,5 40%
tebal perkerasan tahap II iperoleh dengan mengurangkan tebal perkerasan tahap I dan II (lalu lintas y LER2) terhadap perkerasan tahap I (lalu lintas x LER1), maka: LER8 = X. . LET8 . UR/10 = 1,67 . (172,299976) 8/10 = 230.1927679
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 29
LER12 = X. . LET12 . UR/10 = 2,5 . (186,7469707) 12/10 = 560.2409122 Menentukan ITP Data-data : CBR Rencana Subgrade : FR Rencana Subgrade : IPt Rencana Subgrade : IPo Rencana Subgrade : DDT Rencana Subgrade =6% =1 = 2,5 =4 =5%
Dengan menggunakan nomogram I diperoleh ITP sebagai berikut : ITP8 = 7,5 ITP12 = 8.5 Menetapkan tebal perkerasan Koefisien kekuatan relatif: LASTON (MS 744) Pecah (kelas A) Sirtu / pitran (kelas A) Tahap I ITP8 = a1. d1 + a2. d2 + a3. d3 7,5 = 0,4 . d1 + 0,14 . 20 + 0,13 10 d1 =
7,5 ( 2,8 +1,3) = 8,5cm 0,4
; ; ;
= d1 + d 2 + d3 = 11 + 20 + 10 = 41
Sehingga tebal perkerasan permukaan (surface course) pada tahap I d1 = 11 cm dan pada tahap II d1 = 13 cm berarti tebalnya bertambah 2 cm
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 30
TAHAP II
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 31
BAB VI
PERHITUNGAN ALINEMENT VERTIKAL Sketsa lengkung vertikal :
A
0,382% 0%
PVCII
PVCI
784,341 258,517
0,128 %
778,381
A Sta (0 + 0,000) PVCI (0 + 784,341) PVCII (0 + 1042,858) B Sta (0 + 1821,176) Lengkung vertikal I (cekung)
A
0,382%
PVCI
0%
784,341
258,517
Lengkung vertikal adalah cekung Vrencana = 120 km/jam Kelandaian maksimum = 3 % A = | - g1 g2 | = | - 0 0,382 | = 0,382 % Syarat Keamanan : LV = =
A.v 2 1300.a
0,382.120 2 1300.0,1
= 42,314 Dimana a = percepatan sentripetal A 0,3 m/s2, umumnya diambil 0,1 m/s2
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 32
Syarat Kenyamanan : Untuk : Vrencana = 120 km/jam A = 0,382 % S = 225 m Untuk s > Lv
Untuk Jarak Pandangan Henti akibat penyinaran lampu depan (S) > L : 150 + 3,5 S S = 225 m ==> Lv = 2 . S A + 3,5 (225) Lv = 2 . 225 150 0,382 Lv = -2004,188 m
. Berdasarkan Jarak Penyinaran Lampu Kendaraan : Untuk Jarak Pandangan Henti akibat penyinaran lampu depan (S) < L : A . S ) S = 115 m ==> Lv = ( 150 + 3,5 S 0,382 . 225 ) 150 + 3,5 (225) Lv = 20,628 m Lv = ( Syarat Keluwesan bentuk : Lv = 0.6 V = 0.6 (120) = 72 m Syarat drainage : Lv = 40 A = 40 (0,382) = 15,28 m Berdasarkan perhitungan, maka diambil lv yang terpanjang = 50 meter A . Lv . 50 = 0,0238 m 800 ==>Ev = 0,382800 * Ev = Elevasi lengkung vertikal I ( cekung ) * 1 = 0,382 * h1 = Lv . g1 = . 50 . 0,382 % = 0,0955 m * x = 50/10 = 5 m
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 33
Elev AVC1 = Elev PVC1 + h1 = 243 + 0,0955 = 243,0955 m Elev 1 = Elev AVC1 x . g1 = 243,0955 5 . 0,382 % = 243,0764 m Elev 1 = 243,0764 + = 243,077 m
0,382 ( 5) 200 50
2
= 243,06112 m
= 243,046795 m
= 243,0238 m
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 34
= 243,01528 m
= 243,008595 m
= 243,00382 m
= 243,000955 m
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 35
0%
PVCII
0,128 %
258,517
778,381
Lengkung vertikal adalah cembung Vrencana = 120 km/jam Kelandaian maksimum = 3 % A = | - g2 g3 | = | - 0 0,128 % | = 0,128 % Syarat Keamanan :
A.v 2 LV = 1300.a
0,128.120 2 1300.0,1
= 14,178 m Dimana a = percepatan sentripetal A 0,3 m/s2, umumnya diambil 0,1 m/s2 Syarat Kenyamanan : Untuk : Vrencana = 120 km/jam A = 0,128 % S = 225 m Untuk s > Lv Untuk Jarak Pandangan Henti akibat penyinaran lampu depan (S) > L : 150 + 3,5 S S = 225 m ==> Lv = 2 . S A + 3,5 (225) Lv = 2 . 225 150 0,128 Lv = -6874,218 m Berdasarkan Jarak Penyinaran Lampu Kendaraan : Untuk Jarak Pandangan Henti akibat penyinaran lampu depan (S) < L : A . S ) S = 115 m ==> Lv = ( 150 + 3,5 S 0,128 . 225 ) 150 + 3,5 (225) Lv = 6,912 m Lv = (
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 36
Syarat Keluwesan bentuk : Lv = 0.6 V = 0.6 (120) = 72 m Syarat drainage : Lv = 40 A = 40 (0,128) = 5,12 m Berdasarkan perhitungan, maka diambil lv yang terpanjang = 20 meter A . Lv . 20 = 0,0032 m 800 ==>Ev = 0,128 800 * Ev = Elevasi lengkung vertikal II ( cembung ) * 2 = 0 * h2 = Lv . g2 = . 20 . 0 % = 0 m * x = 20 /10 = 2
Elev AVC2 = Elev PVC2 - h2 = 243 + 0 = 243 m Elev 1 = Elev AVC2 - x . g2 = 243 2 . 0 = 0 m Elev 1 = 243
0,128 ( 2 ) 200 20
2
= 242,999872 m
= 242,999488 m
= 242,998848 m
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 37
= 242,997952 m
= 242,99 m
Elev AVC2 = Elev PVC2 + h3 = 243 - 0,0128 = 242,9872 m Elev 6 = Elev AVC2 4 . x . g3 = 242,9872 - 2 . 0,128 = 242,984 m Elev 6 = 242,984
0,128 ( 2 ) 200 20
2
= 2432,983 m
= 242,981 m
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L
N I M : 06 0404 027
Hal : 38
KESIMPULAN
Pada perencanaan jalan ini dengan kelas jalan I merupakan jalan primer melalui medan datar, diperoleh data sebagai berikut : 1. Tikungan I Untuk Tikungan I yang dipakai adalah Lengkung SpiralCircleSpiral (SCS). Dengan Data-Data Tikungan I yaitu :
Sudut tikungan 1 = 63,46 Sudut Lengkung Lingkaran, C = 53,2286 Sudut Lengkung Spiral, s = 5,1157 Panjang Busur Lengkung Spiral, Ls = 101,85 m Panjang Busur Lengkung Lingkaran, Lc = 519,984 m Panjang Busur Lengkung Tikungan, L = 719,984 m Parameter untuk Lengkung SCS : p = 0,7408 x = 99,9203 k = 49,9867 y = 2,9745 Kecepatan Rencana (Vrencana) = 120 km/jam Jari-jari lengkung SCS, R = 560 m Panjang E1 = 99,279 m Panjang T1 = 396,713 m Jarak API1 = 461,25 m Miring Tikungan Maksimum, emax = 9,7 % .
2. Tikungan II Untuk Tikungan II yang dipakai adalah Lengkung SpiralCircleSpiral (SCS). Dengan Data-Data Tikungan II yaitu :
Sudut tikungan 2 = 58,85 Sudut Lengkung Lingkaran, C = 49,30 Sudut Lengkung Spiral, s = 4,407 Panjang Busur Lengkung Spiral, Ls = 94,5 m Panjang Busur Lengkung Lingkaran, Lc = 516 m Panjang Busur Lengkung Tikungan, L = 716 m Parameter untuk Lengkung SCS : p = 0,6943 x = 99,9306 k = 49,9884 y = 2,7764 Kecepatan Rencana (Vrencana) = 120 km/jam Jari-jari lengkung SCS, RC = 600 m Panjang E2 = 89,66 m Panjang T2 = 388,8 m (Tmax= 627,317) Jarak PI2 B = 528,28 m Miring Tikungan Maksimum, emax = 9,0 % .
3. - Pada Tikungan I tidak diperlukan pelebaran - Pada Tikungan II tidak diperlukan pelebaran
N I M : 06 0404
Hal : 25
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A FA K U LTA S T E K N I K D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L 4. Panjang Keseluruhan dari A-B adalah 1821,176 meter Panjang tikungan I adalah 719,984 meter Panjang tikungan II adalah 716 meter Panjang rounding adalah 258,17 meter
027
5. Untuk perencanaan alignment vertikal untuk jalan kelas I Vr = 120 km/jam, landai max, 3 % - Untuk lengkung vertikal I (cekung) Lv = 50 m Ev = 0,0238 - Untuk lengkung vertikal II Lv = 20 m Ev =0,0032 m 6. Tebal perkerasan untuk perencanaan (0 - 8 thn) tahap I adalah Surface course 10 cm Base course 20 cm Sub Base course 10 cm Sub Grade course dengan CBR 6 % Total = 41 cm Tebal perkerasan untuk perencanaan 8 sampai 20 tahun (tahap II) terjadi penambahan perkerasan sebesar 2,5 cm di surface course 7. Besar galian timbunan sebagai berikut : - Galian = - Timbunan = Diperoleh galian lebih besar dari pada timbunan, maka perencanaan termasuk baik. Tanah sisa
N I M : 06 0404 027
Hal : 25