Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ACTINOMYCETES Tanggal Pelaksanaan Praktikum: 27 Maret 2013

Dosen Asistensi: Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA Disusun oleh: Yoestini Marine P. Farida Ayu R. Nur Rohmatin Desak Nyoman S. S. D. Oksyana Silawati Abdus salam Junaedi Elvin Haris Arizal (081014003) (081014006) (081014008) (081014010) (081014011) (081014010) (081014059)

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ACTINOMYCETES

I.

TUJUAN Mengisolasi, Mengkarakterisasi dan mengidentifikasi bakteri Actinomycetes.

II.

DASAR TEORI Actinomycetes adalah suatu grup besar untuk delapan suku bakteri yang berbeda yang

tumbuh sebagai filamen sel yang bercabang terlihat sekilas seperti fungal hyphae, berbentuk panjang atau pendek/batang, non motil, tidak membentuk spora, tidak tahan asam dan termasuk bakteri gram positif yang memiliki rentang distribusi yang luas di alam. Karena pertumbuhannya yang relatif lambat, mengisolasi organisme ini dari spesimen cukup sulit karena organisme yang lain berkembang dengan cepat dan cenderung akan mengaburkan spesies ini. Actinomycetes dapat bersifat anaerob fakultatif atau mikroaerofilik dan mampu memfermentasi karbohidrat (Anonim, 2010). Actinomycetes merupakan bakteri yang bereproduksi dengan pembelahan sel, rentan terhadap penicilin tetapi tahan terhadap zat antifungi (Rollin and Joseph, 2000). Dua genus penting dari kelompok ini adalah Actinomycetes dan Nocardia. Struktur kimia dari dinding sel serupa dengan Corynebacterium dan Mycobacterium. Actinomycetes bereproduksi dengan spora aerial (konidia) atau melalui fragmentasi miselia. Actinomycetes memiliki dua macam miselia, yaitu miselia aerial dan miselia substrat. Kedua miselia ini mampu menghasilkan pigmen yang menyebabkan perbedaan warna pada masing-masing koloni. Perbedaan warna masing-masing koloni dapat dijadikan tahap awal identifikasi genus dan spesies pada Actinomycetes. Tahap identifikasi selanjutnya adalah uji produktivitas melanin, karena kelompok warna spora yang sama dapat dimiliki anggota yang berasal dari genus maupun spesies yang berbeda (Holt et al. 1994). Actinomycetes mempunyai beberapa manfaat yaitu mendekomposisi bahan organik, menghasilkan antibiotik yang dapat menghambat bahkan mematikan mikroba

lainnya (khususnya yang pathogen), mengikat struktur tanah liat sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, dan dapat menghilangkan bau, dengan zat-zat metabolik yang dikeluarkannya (Anonim, 2007). Selain itu Actinomycetes memegang peranan penting

dalam proses biodegradasi senyawa polimer dan memobilisasi unsur hara makro dan mikro, sehingga berperan sentral dalam menjaga kestabilan ekosistem (Nurkanto, 2008). Populasi dan jenis Actinomycetes terbanyak dijumpai di tanah, sehingga

Actinomycetes dianggap sebagai bakteri tanah. Tabel 1. Flora Actinomycetes yang dominan di tanah (Madigan, 2003) Familia Streptomyces Actinomadura Actinoplanes Microbiospora Micromonospora Nocordia Streptosporangium Thermomonospra Taksonomi Actinomycetes Menurut Madigan et.al (2003) Actinomycetes dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : 1. Actinomycetes, kelompok ini tidak dapat memfermentasi alkohol dan asam, bersifat fakultatif aerob, tidak membentuk miselium, dan dimungkinkan membentuk filamen yang bercabang. Bentukan selularnya adalah batang, cocoit, atau coryneform. Persentase Familia 95,43 0,10 0,20 0,18 1,40 1,98 0,10 0,22

Actinomycetes bersifat anaerob sampai dengan fakultatif aerob, mikropoloni membentuk filamen, tapi ada juga yang berbentuk filamen semu atau fragmen dalam coryneform, dan dapat bersifat patogen. 2. Mycobacteria, memiliki filamen semu. Ada yang saprofitik, dan hidupnya obligat aerob, mengandung lipid yang tinggi pada sel dan dinding selnya. Pertumbuhan sel yang lambat, berlilin, dan mengandung asam mikolid. 3. Actinomycetes penambat nitrogen. Biasanya bersimbiosis dengan tanaman, dan menghasilkan miselium sejati. Seperti margaFrankia, yang terdapat di permukaan nodul pada akar, mungkin bersifat aerofil dan pertumbuhannya lambat. Sel mampu menambat nitrogen bebas. 4. Actinoplanes. memiliki miselium sejati dan membentuk spora. Termasuk dalam kelompok ini adalah marga Actinoplanes dan streptosporangium.

5. Dermatopilus. Memiliki miselium filamentus yang terbagi transversal, untuk membentuk massa yang motil. Berbentukcoccus, tidak memiliki aerial miselium, kadang-kadang menyebabkan infeksi epidermal. 6. Nocardia. Miselianya berfragmen untuk membentuk cocoid atau pemanjangan elemen, kadang-kadang memproduksi spora aerial, kadang bersifat asam, kandungan lipid di sel dan dinding selnya sangat tinggi. 7. Streptomycetes. Miseliumnya lengkap, kelimpahan miselium tinggi, dan rantai sporanya panjang. Marga terbesar adalahStreptomyces, yang telah di ketahui sekitar 500 jenis, banyak memproduksi antibiotik. 8. Beberapa spesies bersifat patogen dan fitopatogen dengan prosentase GC 69 75. Streptomyces yang diisolasi sebagian besar memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa dan melarutkan fosfat. Genus ini paling efisien dalam mendegradasi selulosa dan melarutkan fosfat karena kecepatan pertumbuhannya dan aktivitas yang tinggi dibanding genus lain (Nurkanto, 2007). 9. Micromonospora. Miseliumnya lengkap, spora berbentuk panjang dalam satu pasang, atau dalam rantai yang pendek. Beberapa di antaranya bersifat termofilik, sedangkan yang di temukan di tanah biasanya bersifat saprofitik.

Morfologi Actinomycetes Menurut Nurkanto (2008) Actinomycetes memiliki karakter yang berbeda dibanding bakteri yang lain. Bentuk koloni Actinomycetes menyerupai koloni kapang dan bakteri, namun keragaman koloni Actinomycetes sangat bervariasi. Actinomycetes berbeda dari jamur dalam hal komposisi dinding selnya. Actinomycetes tidak memiliki kitin dan selulosa yang umum dijumpai dalam dinding sel jamur. Koloni-koloni di permukaan dapat berkembang bersama membentuk selaput permukaan yang halus atau berkeriput. Koloni-koloni pada media padat biasanya dapat keras, kasar, dan dapat pula halus atau berkeriput, terkadang tumbuh tinggi di atas permukaan medium (Sutedjo, 1996). Koloni pada media akan nampak berwarna putih dan berbentuk kecil. Kumpulan dari mikroorganisme ini akan terlihat seperti yellowish sulphur granules. Pengamatan yang lebih teliti pada suatu koloni di bawah mikroskop stereo

menunjukkan adaya miselium ramping bersel satu yang bercabang,diameter hifanya jarang melebihi satu micron (0,5-0,8 ) yang membentuk spora aseksual untuk

perkembangbiakannya (Subba, 1994).

Misellium yang serial dapat berwarna putih, kelabu, merah, kuning, coklat, hijau atau suatu tipe pewarnaan lainnya. Hifa yang kemungkinannya pendek, cenderung berkembang dengan suatu penampilan yang pucat atau panjang membentuk semacam lapisan yang tebal, menutupi permukaan pada perkembangan vegetatif atau mungkin membentuk suatu jaringan yang halus (Sutedjo, 1996). Di alam, Actinomycetes dapat ditemui sebagai konidia atau bentuk vegetatif. Populasi di alam dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kandungan organik, pH, kelembaban, temperatur, musim, kedalaman dan sebagainya (Suwandi, 2010).

Habitat Actinomycetes Menurut Budiyanto (2004) bahwa jumlah Actinomycetes meningkat dengan adanya bahan organik yang mengalami dekomposisi. Lazimnya, Actinomycetes tidak toleran terhadap asam dan jumlahnya menurun pada pH 5,0. Rentang pH yang paling cocok adalah antara 6,5 dan 0,8. Pada lingkungan pH tinggi, Actinomycetes mendominasi pertumbuhan mikroorganisme. Daya kerja kelompok ini dalam mendegradasi bahan organik mampu meningkatkan kesuburan tanah. Mikroorganisme ini tersebar luas tidak hanya di tanah tetapi juga di kompos, lumpur, dasar danau, air laut dan sungai walaupun frekuensinya rendah. Suhu yang optimum bagi pertumbuhannya adalah sekitar 25-35o C (Suwandi, 2010). Tetapi beberapa Actinomycetes tumbuh pada suhu 55-65o C, di dalam kompos (Waluyo, 2008).

Teknik Isolasi Actinomycetes Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha menumbuhkan mikroba di luar dari lingkungan ilmiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya ini disebut dengan biakan murni. Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganisme dapat berupa bakteri, khamir, dan kapang.Populasi mikroba di lingkungan sangat beranekaragam sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga diperoleh koloni tunggal (Alwi dkk, 2007). Actinomycetes memiliki distribusi ekologi yang luas dan mampu tumbuh pada berbagai habitat dan kondisi, namun pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan mikroba lain sehingga sulit untuk diisolasi.Kontaminasi mikroba lain sering terjadi saat Actinomycetes

ditumbuhkan pada media agar. Berbagai metode telah dikembangkan untuk menumbuhkan Actinomycetes dan membatasi pertumbuhan mikroba lain yang tidak dikehendaki, yang disebut skrining. Dengan mengacu kepada teknik isolasi Actinomycetes, dikenal tiga cara yang secara garis besar dikelompokkan kepada metode umum, metode dengan perlakuan awal, dan kombinasi kedua metode dasar tersebut. Metode Tabur (Spread method) dikembangkan untuk mengeliminasi kontaminasi oleh mikroba lain. Pada metode tabur digunakan media yang hanya mampu untuk memacu pertumbuhan Actinomycetes dan dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain karena sumber karbon dan nutrisi hanya spesifik digunakan oleh Actinomycetes. Prinsip kedua adalah penghambatan dengan menggunakan antibiotik yang diambahkan dalam media (Nurkanto, 2008).

III.

ALAT DAN BAHAN Alat 1. Beaker glass 2. Cawan Petri 3. Pengaduk 4. Kompor Listrik 5. Timbangan Analitik 6. Erlenmenyer 7. Autoclave Bahan 1. Sampel Tanah 2. Aquades Media 1. Media NA modifikasi, dengan komposisi sebagai berikut : a. b. c. d. 2. Nutrien Agar = 15 g/l Malt Ekstrak = 10 g/l Yeast Ekstrak = 10 g/l Dextrose = 10 g/l 8. Pipet Ukur 9. Botol Ukur 10. Vortex 11. Mikroskop Cahaya 12. Pinset 13. Gelas Obyek dan Gelas Penutup

Media TSIA

Bahan Kimia 1. 2. Anti Bakteri (Kloramfenikol) Anti Jamur (Greoseofulvin)

IV.

PROSEDUR KERJA 1. Timbang 10 gram sampel tanah dan masukkan dalam 90 ml aquades steril lalu homogenkan dengan vortex 2. 3. 4. Diamkan suspensi bakteri beberapa menit sampai tanahnya mengendap Masukkan 1 ml suspensi bakteri kedalam cawan petri Tambahkan antibiotik kedalam cawan petri masing masing 1 ml dan media TSA/ NA modifikasi sebanyak 15 ml 5. 6. 7. 8. 9. Amati pertumbuhan setelah 5-7 hari Deskripisikan karakteristik bakteri yang berhasil diisolasi Masukkan hasil pengamatan dalam tabel Simpulkan keanekaragaman jenis bakteri Actinomycetes yang berhasil diamati Uraikan potensi yang dimiliki oleh masing masing bakteri yang merujuk referensi (teks book atau artikel ilmiah)

V.

HASIL PENGAMATAN Tabel 2. Hasil Pengamatan Karakteristik Actinomycetes. Media TSA 1 Makroskopis: warna koloni putih,seperti kapas elevasi cembung, dengan permukaan rata (flat), gram positif. Mikroskopis: misellium tunggal, pendek, ada yang bercabang dan ada yang tidak NA 1 Makroskopis warna koloni putih, elevasi cembung, dengan permukaan rata (flat), gram positif. Mikroskopis: misellium tunggal, bercabang TSA 2 Makroskopis warna koloni putih, elevasi cembung, dengan permukaan rata (flat), gram positif. Mikroskopis: misellium tunggal, pendek, ada yang bercabang dan ada yang tidak NA 2 Makroskopis warna koloni putih, elevasi cembung, dengan permukaan rata (flat), Mikroskopis: misellium tunggal, pendek, ada yang bercabang dan ada yang tidak

Kel

Tidak muncul adanya koloni

Makroskopis warna koloni putih, elevasi cembung, dengan permukaan rata (flat), gram positif.

Tidak muncul adanya koloni

Tidak muncul adanya koloni

4.

Muncul hanya 1 koloni dengan karakteristik: Makroskopis warna koloni putih, elevasi cembung, dengan permukaan rata (flat), gram positif. Mikroskopis: Tidak muncul adanya koloni

Tidak muncul adanya koloni

Tidak muncul adanya koloni

Tidak muncul adanya koloni

Tidak muncul adanya koloni

Tidak muncul adanya koloni

Tidak muncul adanya koloni

VI.

PEMBAHASAN Actinomycetes merupakan mikroorganisme tanah yang umum dijumpai pada berbagai

jenis tanah. Populasinya berada pada urutan kedua setelah bakteri, bahkan kadang-kadang hampir sama (Alexander, 1961; Elberson et al., 2000). Actinomycetes hidup sebagai saprofit dan aktif mendekomposisi bahan organik, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah (Nonomura dan Ohara, 1969a,b). Actinomycetes merupakan salah satu mikroorganisme yang mampu mendegradasi selulosa di samping bakteri, kapang, dan khamir (Abe et al., 1979; Nakase et al., 1994; Xu et al., 1996). Jenis Actinomycetes tergantung pada tipe tanah (Davies dan Williams, 1970), karakteristrik fisik, kadar bahan organik, dan pH lingkungan (Xu et al., 1996). Jumlah Actinomycetes meningkat dengan adanya bahan organik yang mengalami dekomposisi (Nonomura dan Ohara, 1971a,b,c,d). Pada umumnya Actinomycetes tidak toleran terhadap asam dan jumlahnya menurun pada keadaan lingkungan dengan pH di bawah 5,0 (Jiang dan Xu, 1985; Jiang et al., 1988). Rentang pH yang paling cocok untuk perkembangbiakan Actinomycetes adalah antara 6,58,0. Tanah yang tergenang air tidak cocok untuk pertumbuhan Actinomycetes, sedangkan tanah gurun yang kering atau setengah kering dapat mempertahankan populasi dalam jumlah cukup besar, karena adanya spora (Nonomura dan Ohara, 1971a,b,c,d; Alexander, 1961). Temperatur yang cocok untuk pertumbuhan Actinomycetes adalah 25-30oC, tetapi pada suhu 55-65oC Actinomycetes masih dapat tumbuh dalam jumlah cukup besar, khususnya genus Thermoactinomyces dan Streptomyces (Rao, 1994). Berdasarkan klasifikasinya, Actinomycetes termasuk kelas Schizomycetes, ordo Actinomycetales yang dikelompokkan menjadi empat familia, yaitu: Mycobacteriaceae, Actinomycetaeceae, Streptomyceae, dan Actinoplanaceae. Genus yang paling banyak dijumpai adalah Streptomyces (hampir 70%), Nocardia, dan Micronospora. Koloni Actinomycetes muncul perlahan, menunjukkan konsistensi berbubuk dan melekat erat pada permukaaan media. Pengamatan di bawah mikroskop menunjukkan adanya miselium ramping bersel satu yang bercabang membentuk spora aseksual untuk perkembangbiakannya (Lechevalier dan Lechevalier, 1967; Nonomura dan Ohara, 1971a). Pada praktikum kali ini, terdapat tiga sampel yang digunakan, yaitu sampel tanah Alas Purwo 1, sampel tanah Alas Purwo 2, dan sampel Sersah/Kompos. Kelompok 1 mendapatkan sampel tanah Alas Purwo 1, kelompok 2 menganalisis sampel Tanah Alas Purwo 2 sedangkan kelompok 3 dan kelompok 4 mendapatkan sampel Sersah atau Kompos.

Media yang digunakan pada praktikum ini, adalah media NA modifikasi dan media TSA. Media NA modifikasi (Nutrien Agar modifikasi) adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy (bubuk). NA modifikasi juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Masing-masing sampel pada media TSA dan NA modifikasi diperlakukan secara duplo. Pertama akan dibahas mikroorganisme yang nampak pada media pertumbuhan NA modifikasi dari masingmasing kelompok.

1. Karakteristik Makroskopis Dan Mikroskopis Koloni Actinomycetes Pada Media NA Modifikasi Untuk kelompok satu pada media NA modifikasi, terlihat adanya mikroorganisme dengan karakteristik makroskopis yaitu koloni berwarna putih, elevasinya cembung, dengan permukaan rata (flat). Untuk pengamatan secara makroskopis baik pada perlakuan ulangannya juga menampakkan ciri-ciri yang sama. Sedangkan pada pengamatan secara mikroskopis, untuk sampel yang pertama menunjukkan adanya misellium tunggal dan bercabang dan termasuk gram positif. Pada pengulangannya, terlihat adanya miselium tunggal, pendek, ada yang bercabang, dan ada yang tidak bercabang. Pengamatan koloni Actinomycetes di bawah mikroskop dilakukan untuk mengetahui morfologi miselia dan kemurnian dari koloni yang diperoleh. Mikroorganisme yang tumbuh pada media NA modifikasi untuk kelompok satu tidak dapat dipastikan sebagai bakteri Actinomycetes, dikarenakan pada pengamatan makroskopis, ukuran dari koloni terlihat agak besar dari ukuran Actinomycetes yang seharusnya. Dan dari pengamatan mikroskopis, bentuk miselium yang tampak tidak terlihat spiral. Berdasarkan ciri-ciri dari pengamatan makroskopis dan mikroskopis tersebut kemungkinan mikroorganisme yang tumbuh adalah kapang. Dapat tumbuhnya

mikroorganisme selain Actinomycetes kemungkinan disebabkan karena antibiotik dan antifungi yang diberikan sudah tidak bagus kualitasnya atau mungkin juga dikarenakan kapang yang dapat tumbuh tersebut resisten terhadap antifungi yang diberikan. Pada kelompok dua, mikroorganisme yang berhasil diisolasi pada media NA modifikasi tidak diamati secara mikroskopis, namun hanya diamati secara makroskopis. Pada pengamatan secara makroskopis, koloni mikroorganisme yang tumbuh berwarna putih, elevasinya cembung,dengan permukaan rata (flat). Pada pengulangannya tidak terdapat adanya koloni.

Dari hasil pengamatan, pada kelompok tiga dan kelompok empat tidak terdapat adanya koloni yang tumbuh baik pada perlakuan pertama dan pengulangannya. Adanya koloni yang tidak tumbuh pada media NA modifikasi untuk kelompok 2 (pengulangan), kelompok tiga (kedua perlakuan), dan kelompok empat (kedua perlakuan) kemungkinan disebabkan terlalu banyaknya pemberian antibiotik dan antifungi yang diberikan atau bisa juga dikarenakan terlalu lamanya pendiaman setelah pemberian antibiotik dan antifungi.

2. Karakteristik Makroskopis Dan Mikroskopis Koloni Actinomycetes Pada Media TSA Pada praktikum kali ini, tidak semua kelompok berhasil melakukan isolasi Actinomycetes. Hal ini ditandai dengan tidak tumbuhnya kelompok Actinomycetes pada media yang digunakan. Kemungkinan dapat terjadi banyak faktor, diantaranya: suspensi bakteri yang digunakan kurang mengendap sehingga yang dimasukkan ke dalam cawan petri tidak berupa suspensi bakteri namun suspensi tanah. Selain itu, media yang dimasukkan ke dalam cawan petri terlalu panas, antibiotik dan antifungi yang ditambahkan juga terlalu banyak sehingga mikroorganisme yang diharapkan tidak mampu tumbuh. Walaupun demikian, masih terdapat pertumbuhan koloni pada media TSA dengan karakteristik makroskopis berupa warna koloni putih, tekstur seperti kapas, elevasi cembung, dengan pertumbuhan koloni di atas media, tepi tidak rata. Menurut Nurkanto (2008) Actinomycetes memiliki karakter yang berbeda dibanding bakteri yang lain. Bentuk koloni Actinomycetes menyerupai koloni kapang dan bakteri, namun keragaman koloni Actinomycetes sangat bervariasi. Actinomycetes berbeda dari jamur dalam hal komposisi dinding selnya. Actinomycetes tidak memiliki kitin dan selulosa yang umum dijumpai dalam dinding sel jamur. Koloni-koloni di permukaan dapat berkembang bersama membentuk selaput permukaan yang halus atau berkeriput. Koloni-koloni pada media padat biasanya dapat keras, kasar, dan dapat pula halus atau berkeriput, terkadang tumbuh tinggi di atas permukaan medium (Sutedjo, 1996). Adapun karakteristik mikroskopisnya adalah misellium tunggal, pendek, ada yang bercabang dan ada yang tidak bercabang dengan pewarnaan gram positif.Pengamatan yang lebih teliti pada suatu koloni di bawah mikroskop stereo menunjukkan adaya misellium ramping bersel satu yang bercabang,diameter hifanya jarang melebihi satu micron (0,5-0,8 ) yang membentuk spora aseksual untuk perkembangbiakannya (Subba, 1994). Misellium yang serial dapat berwarna putih, kelabu, merah, kuning, coklat, hijau atau suatu tipe pewarnaan lainnya. Hifa yang kemungkinannya pendek, cenderung berkembang

dengan suatu penampilan yang pucat atau panjang membentuk semacam lapisan yang tebal, menutupi permukaan pada perkembangan vegetatif atau mungkin membentuk suatu jaringan yang halus (Sutedjo, 1996). Karakterisasi dan identifikasi jenis Actinomycetes pada praktikum ini tidak berhasil dilakukan karena data hasil pengamatan yang diperoleh tidak menunjukkan hasil pertumbuhan bakteri sehingga praktikan mencari sumber data yang berasal dari literatur. Populasi dan jenis Actinomycetes terbanyak dijumpai di tanah, sehingga Actinomycetes dianggap sebagai bakteri tanah.

VII.

KESIMPULAN Actinomycetes merupakan mikroorganisme tanah yang umum dijumpai dan dapat

diisolasi pada berbagai jenis tanah. Suatu jenis dari Actinomycetes tergantung pada tipe tanah, karakteristrik fisik, kadar bahan organik, dan pH lingkungan. Pada praktikum kali ini, mikoorganisme yang berhasil diisolasi dari tanah Alas Purwo pada kelompok satu yang ditumbuhkan di media NA (Nutrien Agar) modifikasi tidak dapat dipastikan sebagai bakteri Actinomycetes. Kemungkinan mikroorganisme yang tumbuh adalah

mikroorganisme kapang dengan karakteristik makroskopis yaitu koloni berwarna putih, elevasinya cembung, dengan permukaan rata (flat). Sedangkan pada pengamatan secara mikroskopis, untuk sampel yang pertama menunjukkan adanya misellium tunggal dan bercabang dan termasuk gram positif. Pada medium TSA, karakteristik makroskopis berupa warna koloni putih, tekstur seperti kapas, elevasi cembung, dengan pertumbuhan koloni di atas media, tepi tidak rata. Pada medium TSA, karakteristik mikroskopisnya berupa misellium tunggal, pendek, ada yang bercabang dan ada yang tidak bercabang dengan pewarnaan gram positif. Tidak terdapatnya koloni yang tumbuh pada media NA modifikasi dan media TSA untuk kelompok dua, tiga, dan empat kemungkinan disebabkan pemberian antibiotik dan antifungi yang terlalu banyak atau kemungkinan juga dapat disebabkan karena terlalu lamanya masa inkubasi setelah pemberian antifungi dan antibiotik sehingga media menjadi steril.

DAFTAR PUSTAKA Actinomycetes Eksplorasi diakses dari http://digilib.bi.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-sl-1973diakses dari

zaidarzain-1050 tanggal 01 Mei 2013. Actinomycetes

http://actinomycetes/diana%20blog%20%20mikrobiologi%20tanah.html tanggal 01 Mei 2013. Kuantitas Keberadaan Baktetri Actinomycetes diakses dari

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20307710-T31183-Kuantitas%20bakteri.pdf tanggal 01 Mei 2013. Nutrien Agar diakses dari http://www.scribd.com/doc/39004709/Nutrient-Agar tanggal 10 Mei 2013. Abe, S., S. Horii and K. Kameoka. 1979. Application of enzymatic analysis with glucoamylase, pronase and cellulase to various fedds for cattle. Journal of Animal Science 48: 1483-1490. Alexander, M. 1961. Introduction to Soil Microbiology. New York: John Wiley and Sons, Inc. Anonim. 2007.Actinomycetes. www.google.com. Diakses pada tanggal 6 September 2010 pukul 20:30 WITA Davies, F.L. and S.T. Williams. 1970. Studies on The Ecology of Actinomy-cetes in Soil. I. The Occurrence and Distribution of Actinomycetes in a Pine Forest Soil. Soil Biology and Biochemistry 2: 227-238. Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Malang. Ersya DA. 2004. Pencirian Actinomycetes Isolat Lokal: Colour Grouping, Produksi Pigmen Melanin, dan Resistensi Antibiotik. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Jiang, C.L., and L.H. Xu. 1985. Isolation Methods for Study of Actinomycete Population. Microbiology 12: 218-220. Jiang, C.L., L.H. Xu, and G.Y. Guo. 1988. The Investigation on Actinomycete Population and Resources in Some Areas in Yunnan. V. The Actinomycetes in The Frigid Mountains. Acta Microbiologica Sinica 28: 198-205. Kanti, Atit. 2005. Actinomycetes Selulolitik dari Tanah Hutan Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi. J. BIODIVERSITAS Vol. 6, No. 2, April 2005, hal. 85-90.

Lechevalier, H.A., and M.P. Lechevalier. 1967. Biology of Actinomycetes. Annual Review on Microbiology 21: 71-100. Madigan, M.T. 2010. Heliobacteria.Encyclopedia of Life Sciences, John Wiley & Sons, Ltd. (in press). Madigan, M.T., Martinko, J.M., Dunlap, P.V. and Clark, D.P. 2009. (published February, 2008) Brock Biology of Microorganisms, 12th edition, Pearson Benjamin-Cummings, San Francisco. Nakase, T., S. Matofumi, T. Masako, H. Makiko, H. Takushi, and F. Sakuzo. 1994. A Taxonomic Study on Cellulolytic Yeasts and Yeast-Like Microorganisms Isolated in Japan I. Ascomycetous Yeasts Genera Candida and Williopsis, and A Yeast-Like Genus Prototheca, Journal of Genetical Applied Microbiology 40: 519-531. Nonomura, H., and Y. Ohara. 1969a. Distribution of soil actinomycetes. VI. Culture method effective for both preferential isolation and enumeration of Microbispora and Streptosporangium strains in soil. Journal of Fermentation Technology 47: 463-469. Nonomura, H., and Y. Ohara. 1971a. Distribution of Soil Actinomycetes. VIII. Green Spore Group of Microtetraspora, its Preferential Isolation and Taxonomic Characteristics. 49: 1-7. Nonomura, H., and Y. Ohara. 1971b. Distribution of soil actinomycetes. IX. New Species of the Genera Microbispora and Microtetraspora, and Their Isolation Method. Journal of Fermentation Technology 49: 887-894. Nonomura, H., and Y. Ohara. 1971c. Distribution of Soil Actinomycetes. X. New Genus and Species of Monosporic Actinomycetes. Journal of Fermentation Technology J. Ferment. Technol.49: 895-903. Nonomura, H., and Y. Ohara. 1971d. Distribution of soil actinomycetes. XI. Some New Species of the Genus Actinomadura Lechevalier. Journal of Fermentation Technology 49: 904-912. Nurkanto, 2008. KeragamanAktinomisetes Dari KepulauanWaigeo, Kabupaten Raja Ampat, Papua danPotensinyaSebagaiPendegradasiSelulosadanPelarutFosfat. J. Berita Biol. 9 (1): 9-18. Pelczar, M. J., & Chan, E. C. S., 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Alih Bahasa Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S. S., dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta. Rao, N.S.S. 1994. Soil Microorganisms and Plant Growth. London: Oxford and IBM Publishing Co.

Subba.1994. Mikroorganismetanahdanpertumbuhantanaman, Label : 576.15. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Sutedjo, 1996.Mikrobiologi Tanah. Jakarta: RinekaCipta. Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada Univesity Press: Yogyakarta. Volk, W.A dan M.F. Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Erlangga: Jakarta, hal. 149151. Xu, L.H., Q.R. Li, and C.L. Jiang. 1996. Diversity of soil Actinomycetes in Yunnan, China. Applied Environmental Microbiology 62 (1): 244-248.

Anda mungkin juga menyukai