BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Peradaban manusia akan sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan bersumber pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kimia sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa depan. Oleh karena itu dalam memacu ilmu pengetahuan dan teknologi proses pembelajaran kimia perlu mendapat perhatian yang lebih mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. IPA-Kimia adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran kimia bukan hanya memahami konsep-konsep kimia semata, melainkan juga mengajar siswa berpikir konstruktif melalui kimia sebagai keterampilan proses sains (KPS), sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat kimia menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai produk. Dalam pembelajaran kimia yang harus diperhatikan adalah bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan (learning to know), konsep dan teori melalui pengalaman praktis dengan cara melaksanakan observasi atau eksperimen (learning to do), secara langsung (skil objektives) sehingga dirinya berperan sebagai ilmuan.
Telah diketahui bersama bahwa di kalangan siswa menengah, telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari kimia dengan senang hati, merasa terpaksa atau suatu kewajiban. Di samping penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurangnya keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung,
pembelajaranpun lebih bersifat teacher-centered. Guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses dari konsep kimia yang mereka peroleh. Dengan demikian, seorang pendidik perlu menerapkan sebuah strategi yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilanketerampilan tertentu seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan dalam menganalisis data, berpikir secara logis dan sistematis. Strategi pembelajaran merupakan cara yang teratur untuk mencapai tujuan pengajaran dan untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan aktivitas belajar yang dilakukan pendidik dan peserta didik.
Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk menemukan konsepnya sendiri adalah dengan strategi inkuiri
terbimbing (guided inquiry). Strategi ini mengakui bahwa orang belajar dengan membangun pemahaman mereka sendiri dalam suatu proses yang melibatkan pemahaman; mengikuti siklus pembelajaran yang terdiri dari eksplorasi, pembentukan konsep, dan aplikasi; berdiskusi dan berinteraksi dengan orang lain (Hanson, 2006:3). Selain pemilihan strategi pembelajaran, pemanfaatan media
pembelajaran berupa bahan ajar sangat mondorong siswa tertarik dan mudah menyerap pelajaran. Sahertian (2004;1) menyatakan hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya, salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya bahan ajar yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Bahan ajar yang dimaksud adalah berupa modul yang dikembangkan berdasarkan pada siklus belajar inkuiri terbimbing (GuidedInquiry) berupa eksplorasi, pembentukan konsep, dan aplikasi. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru dan siswa khususnya dalam pembelajaran materi kimia diperoleh keterangan bahwa pada umumnya siswa belum memiliki sumber belajar yang memadai. Dalam pembelajaran selama ini, bahan ajar yang digunakan belum efektif karena jumlah referensi banyak dan sifatnya heterogen. Pada proses pembahasan satu soal bisa memerlukan beberapa buku sebagai penunjangnya. Tentu hal ini memaksa siswa untuk memiliki buku-
buku pegangan yang beragam tersebut. Sementara belum ada satupun bahan ajar yang praktis dari guru sebagai pegangan siswa dalam pembelajaran tersebut. Realitasnya hal ini sangat sulit untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif seperti yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menerapkan strategi proses pembelajaran inkuiri yang berorientasi pada inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) dengan pemanfaatan bahan ajar berupa modul yang dikembangkan berdasarkan pada siklus belajar inkuiri terbimbing (Guided-Inquiry) sebagai sarana pendukung proses pembelajaran. Pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing (GuidedInquiry) ini berisi model, pertanyaan kunci, latihan dan kesimpulan. Dari pertanyaan kunci ini siswa sendiri yang menemukan konsep, sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan tanpa memberikan jawaban benar. Dengan adanya analisis kebutuhan, melihat karakteristik siswa, dan dengan kondisi sistem-sistem yang ada maka peneliti berharap dengan strategi ini dapat dikembangan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing (Guided-Inquiry) yang sesuai, praktis dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar, aktivitas serta motivasi belajar kimia siswa. Modul ini selanjutnya akan diujicobakan kepada siswa, kemudian dievaluasi, dianalisis, serta direvisi/dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk Modul itu dilakukan penelitian Kimia dengan judul
Pengembangan
Pembelajaran
Pokok
Bahasan
Hidrokarbon dan Minyak Bumi Berbasis Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry). B. Rumusan Masalah Selama ini poses pembelajaran masih cenderung monoton sehingga membuat aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh guru (teachercentered). Guru hanya menyampaikan kimia sebagai produk dan siswa hanya menghafal informasi faktual. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep kimia yang mereka peroleh. Disinilah strategi dan bahan ajar berupa modul sebagai sarana pendukung proses pembelajaran mempunyai peranan, yaitu meningkatkan kompetensi siswa terutama meningkatkan prestasi belajar bagi siswa. Inkuiri terbimbing (Guided-Inquiry) dapat menunjukkan sikap baik, prestasi yang lebih tinggi, pemahaman dan retensi konsep yang paling baik dan pengembangan keterampilan pembelajaran proses. Sehingga penulis perlu untuk membuat modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing ((Guided-Inquiry) yang valid, praktis, dan efektif agar dapat digunakan dalam pembelajaran hidrokarbon dan minyak bumi di SMA. C. Tujuan Pengembangan Berdasarkan rumusan masalah yang ingin dipecahkan, maka tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut. 1. Mengembangkan modul pembelajaran kimia pokok bahasan Hidrokarbon dan Minyak Bumi berbasis inkuiri terbimbing (Guided-Inquiry).
2. Menentukan validitas, praktikalitas, dan efektifitas modul pembelajaran pokok bahasan Hidrokarbon dan Minyak Bumi berbasis inkuiri terbimbing (Guided-Inquiry) yang dihasilkan. 3. Melalui penelitian ini diharapkan dihasilkan produk berupa: modul pembelajaran kimia pokok bahasan Hidrokarbon dan Minyak Bumi berbasis inkuiri terbimbing (Guided-Inquiry) yang valid, praktis, dan efektif. D. Spesifikasi Produk Penelitian ini diharapkan menghasilkan produk yang spesifik, yaitu modul dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Modul berbasis inkuiri terbimbing berupa modul berwarna yang dilengkapi dengan gambar-gambar yang berisikan : 1) judul, 2) petunjuk belajar, 3) standar kompetensi, 4) kompetensi dasar, 5) indikator, 6) informasi/ model berupa gambar, grafik, diagram, tabel data atau rumus, 7) pertanyaan-pertanyaan kunci, dan 8) latihan 2. Penyajian materi berbasiskan inkuiri terbimbing, yang terdiri dari: a. Eksplorasi berisi suatu model/ informasi dapat berupa gambar, grafik, tabel data, atau rumus. b. Pembentukan konsep berisi pertanyaan-pertanyaan kunci yang dapat membantu mengarahkan siswa ke informasi yang dituju, menuntun siswa menemukan hubungan dan kesimpulan yang sesuai, dan membantu siswa membangun pemahaman tentang konsep yang sedang dipelajari
c. Aplikasi berisi latihan dan soal. Latihan memberikan siswa kesempatan membangun kepercayaan diri dalam situasi yang sederhana 3. Modul ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk menemukan konsep Hidrokarbon dan Minyak Bumi. E. Pentingnya Pengembangan Pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan Hidrokarbon dan Minyak Bumi penting karena proses pembelajaran masih cenderung monoton sehingga membuat aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher-centered). Hal ini juga berkaitan pada upaya untuk menjadikan kimia itu mudah dipahami, membantu siswa membangun pemahaman tentang konsep yang sedang dipelajari, sehingga belajar menjadi bermakna. Untuk itulah perlu dibuat modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing agar dapat dijadikan sarana pendukung dalam proses pembelajaran. Modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing ini terdiri dari: pertama, model/ informasi dapat berupa gambar, grafik, tabel data, atau rumus yang harus dipelajari dan dipahami oleh siswa. Kedua, pertanyaan-pertanyaan kunci yang dapat membantu mengarahkan siswa ke informasi yang dituju, menuntun siswa menemukan hubungan dan kesimpulan yang sesuai, dan membantu siswa membangun pemahaman tentang konsep yang sedang dipelajari. Ketiga, aplikasi yaitu latihan-latihan yang harus dikerjakan oleh siswa.
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Asumsi pengembangan modul pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing dibangun berdasarkan gagasan bahwa siswa belajar dengan baik ketika mereka aktif terlibat dalam menganalisis model, ketika mereka mendiskusikan ide-ide, ketika mereka bekerja sama dalam kelompok untuk memahami konsep dan untuk memecahkan masalah, ketika mereka mereflesikan apa yang telah mereka pelajari, dan berpikir tentang bagaimana meningkatkan kinerja dan ketika mereka berinteraksi dengan pengajar yang berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran (Hanson, 2006:3). Pembelajaran dengan strategi inkuiri terbimbing ini membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pembelajaran. G. Definisi Istilah Penelitian dan Pengembangan adalah kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalahmasalah aktual dalam pendidikan dan pembelajaran. 1. Strategi Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 2. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan produk yang dihasilkan. Jenis validitas yang diukur adalah validitas isi dan validitas konstruk.
3. Praktikalitas Praktikalitas adalah tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan manfaat yang didapat, kemudahan dalam penggunaan, dan kesesuaian dengan waktu. 4. Efektifitas Efektifitas adalah pengukuran keberhasilan media dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
10
A. Kajian Teori 1. Teori Belajar Pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada individu sebagai akibat dari interaksi antara pebelajar dengan sumbaersumber atau objek belajar, baik yang secara sengaja dirancang maupun yang tidak secara sengaja dirancang namun dimanfaatkan. Menurut Sanjaya (2011:107) belajar adalah proses berpikir yang menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan, sehingga yang di utamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated). Belajar menemukan ini dikenal dengan belajar penemuan menurut Bruner. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang akan mengahasilkan suatu pengetahuan yang benar-benar bermakana (Dahar, 2011:79). Proses belajar akan bermakna apabila melibatkan siswa secara aktif dengan ciri-ciri sebagai berikut (Ali, 1984: ): 1) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan proses belajar mengajar
11
2) Adanya
intelektual
emosional
siswa
baik
melalui
kegiatan
pengalaman, menganalisis, berbuat maupun bersikap 3) Adanya keikutsertaan siswa secara aktif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlansungnya proses belajar mengajar 4) Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa 5) Menggunakan multimedia dan multimetode Cara terbaik untuk belajar adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan untuk selanjutnya sampai pada kesimpulan. Tahap belajar yang diawali dengan memahami konsep hingga sampai pada saat kesimpulan tidak akan tercapai bila guru menyajikan pelajaran hanya dengan berceramah. Pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara lansung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Berdasarkan karakteristik ilmu kimia dan kompetensi yang ingin dicapai, maka pembelajaran kimia lebih tepat dilaksanakan dengan menggunakan strategi inkuiri, dengan jenis inkuiri terbimbing (Guided Inkuiry). 2. Modul Sunardi (2002: 422) menjelaskan perhatian terhadap pengajaran yang memberikan kesempatan bagi individu semakin dikembangkan. Artinya pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi individu untuk belajar dengan caranya sendiri dan berdasarkan azas perbedaan individu
12
semakin dikembangkan. Pembelajaran yang berprinsip demikian salah satunya adalah sistem pembelajaran dengan modul. Lebih lanjut Sunardi (2002:422) menjelaskan pembelajaran modul adalah suatu satuan program pembelajaran yang dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri dengan bantuan yang minimal dari guru. Dengan menggunakan modul, proses pembelajaran tidak berpusat pada guru, melainkan pada mahasiswa. Suryosubroto (1983:9) menjelaskan bahwa Sistem pengajaran dengan modul adalah suatu sistem
penyampaian yang dipilih dalam rangka mengembangkan sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan, dan efektif. Sehingga prinsip utama dari sistem pembelajaran dengan modul adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran dalam hal penggunaan waktu, dana, fasilitas dan tenaga secara tepat. Jadi, pembelajaran dengan modul bertujuan selain memberikan kesempatan kepada individu untuk belajar dengan cara dan kemampuannya sendiri, juga bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pembelajaran. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran dengan modul adalah adalah suatu satuan program pembelajaran yang dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri dengan bantuan yang minimal dari guru. Pembelajaran dengn modul merupakan pembelajaran yang menggunakan prinsip memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan/kemampuan mereka sendiri. Sehingga prinsip utama dari sistem pembelajaran dengan modul
13
adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran dalam hal penggunaan waktu, dana, fasilitas dan tenaga secara tepat. a. Karakteristik Pembelajaran Modul Kemp (1994:163) menjelaskan definisi dan karakteristik pembelajaran modul yaitu: Modul adalah paket yang mebahas pokok bahasan tunggal atau satuan pelajaran dari bahan ajar. Ia terdiri dari atas pedoman belajar yang mengandung semua informasi yang diperlukan mahasiswa untuk mempelajari bahan yang ditugaskan. Komponen penting sebuah modul terdiri dari: (1) pengarahan yang ditulis secara cermat, (2) sejumlah sasaran belajar yang harus diselesaikan, (3) uraian sejumlah kegiatan, (4) daftar sumber belajar, dan (5) satu ujian atau lebih disertai jawaban sehingga siswa dapat mengecek kemajuan belajar mereka.\ Definisi yang dikembangkan oleh Kemp tersebut di atas sejalan dengan batasan mengenai modul yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan Pendidikan Depdikbud dalam Vembrianto yang memberikan batasan dengan modul sebagai berikut: yang dimaksud dengan modul adalah satu unit program belajar terkecil yang secara terperinci menggariskan : a) Tujuan-tujuan instruksional umum yang akan ditunjang pencapaiannya; b) Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar; c) Tujuan-tujuan instruksional khusus yang akan dicapai oleh siswa; d) Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan; e) Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam
14
kesatuan program yang lebih luas; f) Alat-alat dan sumber yang akan dipakai; g) Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan; h) Lembaran-lembaran kerja yang harus diisi anak; i) Program evaluasi yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses pembelajaran. Vembriarto (1981: 39,62) membagi jenis modul menjadi tiga bagian, yaitu modul pengayaan, modul inti (dasar) dan modul remedial. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa modul inti yaitu modul yang berisikan materi yang disusun berdasarkan kurikulum dasar. Modul pengayaan berisikan materi yang bersifat memperdalam atau memperluas bahan kajian dan contoh yang lebih kompleks. Sedangkan modul remedial penyederhanaan dari pada modul inti. Penyederhanaan itu dapat berarti : mempermudah isi materi pada lembar kegiatan siswa, mempermudah pertanyaan-pertanyaan pada lembaran kerja dan lembaran tes, mempergunakan banyak gambar, denah, skema, memberikan rangkuman di dalamnya dll. Modul remedial berfungsi untuk menolong mahasiswa yang mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan modul inti. Modul remedial dibuat jika diperlukan. b. Penerapan Pengajaran Modul Pada pokoknya ada dua pola pelaksanaan pengajaran dengan modul, yaitu (1) yang menggunakan teknik akselerasi, dan (2) yang menggunakan teknik pengayaan. Vembrianto menjelaskan dalam
teknik akselerasi siswa bergerak dari modul inti yang satu ke modul
15
inti berikutnya menurut irama kecepatannya masing-masing. Teknik ini dapat dilakukan dengan mudah apabila seorang guru hanya melayani seorang siswa saja. Hal ini tidak dapat dilakukan dikelas klasikal. Sedangkan teknik pengayaan (Vembrianto, 1981) adalah Administrasi modul yang menggunakan teknik pengayaan
berdasarkan asumsi bahwa (1) semua siswa seharusnya mendapatkan pendidikan dasar umum yang sama, tetapi (2) siswasiswa yang dapat menyelesaikan tugas-tugas pengajaran lebih cepat daripada temantemannya seharusnya mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan pengayaan. Administrasi modul dengan teknik pengayaan kemungkinan yang dapat dilakukan antara lain tiap-tiap modul inti disertai satu atau beberapa modul pengayaan. Dalam teknik ini, mula-mula mahasiswa selalu memulai mengerjakan modul inti baru secara bersama. Selanjutnya mahasiswa yang telah menyelesaikan modul intinya, dapat melanjutkan ke modul pengayaan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Modul di dalam kelas menurut Vembrianto (1981: 64) melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1) Guru mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan; 2) Guru memberikan pengarahan singkat tugas siswa dalam mengerjakan modul; 3) Siswa mempelajari lembaran kegiatan dan melakukan tugastugas dalam lembaran kerja; 4) Siswa memeriksa hasil pekerjaannya di luar pendidikan dasar itu sebagai program
16
dan memperbaiki kesalahan-kesalahannya; 5) Kepada siswa yang telah menyelesaikan modul inti dengan baik diberikan modul pengayaan; 6) Guru memberikan tes kepada siswa untuk mengevaluasi penguasaan siswa atas modul yang telah dipelajari. Dalam pembelajaran modul, peran guru hanya sebagai organisator kondisi-kondisi yang memungkinkan mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam modul yang dipelajari. Dengan menyajikan modul dan melengkapi peralatan yang diperlukan untuk mempelajarinya dan meciptakan kondisi yang diperlukan itu, proses belajar mahasiswa akan dirangsang. Dari penjelasan di atas, penulis kembangkan modul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : a) Modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap dan memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik; terdiri dari Tujuan-tujuan/kompetensi yang akan ditunjang pencapaiannya; Topik dan Pokok-pokok materi yang akan dipelajari; kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam
kesatuan program yang lebih luas; Alat-alat dan sumber yang akan dipakai; Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan secara berurutan; Lembaran-lembaran kerja; Program evaluasi (tes dan kunci jawaban).
17
b) Materi merujuk dari materi uji UKDM yaitu berdasarkan kurikulum dan berdasarkan diskusi dengan guru pengampu mata kuliah. c) Modul yang disiapkan disesuaikan dengan tingkat pemahaman mahasiswa (modul inti, pengayaan). Pola kombinasi modul inti dengan pengayaan menggunakan pola ke-tiga yaitu kombinasi modul inti dengan kegiatan pengayaan berupa membantu teman lain dalam menyelesaikan modulnya. c. Model pengembangan Modul Pengembangan instruksional adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Twelker, 1972 dalam Mudhoffir (1990;29). Ada beberapa model pengembangan instruksional misalnya model pengembangan instruksional Briggs, Model Banathy, model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), model Kemp, model Gerlach dan Ely, model IDI (Instructional Development Institute), Dick & Carrey dan lain-lain. Model pengembangan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing (GuidedInquiry) ini berisi model, pertanyaan kunci, latihan dan kesimpulan. Dari pertanyaan kunci ini siswa sendiri yang menemukan konsep,
18
sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan tanpa memberikan jawaban benar. 3. Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian pembelajaran inkuiri Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan (Mulyasa, 2007:69). Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dengan siswa. Guru memberikan materi sementara siswa tidak hanya sekedar menerima begitu saja melainkan ada interaksi diantara keduanya sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Schmidt (2003) seperti dikutip Ibrahim, inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat menguraikan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan (Ibrahim, 2007:1). Menurut Gulo (2002) inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan meyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan inkuiri sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi,
19
membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui; merencanakan investigasi; memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen; menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuri memerlukan
identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif. Inquiry juga diartikan sebagai aktivitas siswa dimana mereka mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
pengetahuan sebagaimana layaknya ilmuwan memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam inkuiri siswa dituntut aktif secara fisik dan mental untuk dapat mengalami pembelajaran bermakna yang pada hakikatnya merupakan peningkatan tingkatan pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran. Dengan peran aktifnya siswa diharapkan rasa ingin tahu menjadi bertambah sehingga pemahamanpun akan meningkat dan nilai-nilai pendidikan yang tercermin dalam pembelajaran inkuiripun akan mampu membentuk pribadi siswa yang memilki kepekaan sosial terhadap sesama. Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan
20
yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997; NRC, 2000). Uraian menurut ahli di atas menjelaskan tentang prosedur inkuiri, dimana dalam menjelaskan proses pembelajaran inkuiri haruslah melibatkan dengan kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu
mengajukan pertanyaan yang ilmiah, merumuskan pertanyaan yang relevan, merencanakan observasi, penyelidikan atau investigasi dengan melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan peranan materi dan proses sains, pembelajaran inkuiri sangat berpengaruh pada proses pembelajaran, karena dalam kegiatan tersebut siswa melakukan penyelidikan berdasarkan
permasalahan yang diajukan guru, tetapi sisiwa sendiri yang menentukan prosedur penyelidikannya. Selain itu kegiatan
pembelajaran tersebut dapat mengembangkan sebuah komunitas kekeluargaan, saling bertukar informasi mengenai penyelidikan
21
mereka masing-masing sehingga terjadinya kegiatan belajar-mengajar secara alami dan juga aktif di dalam kelas. b. Tingkatan-tingkatan Inkuiri Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang meliputi topik masalah, pertanyaan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan kesimpulan, The National Research Council (NRC, 2000) membedakan inkuiri menjadi tiga tingkat, yaitu: 1) Inkuiri Terstruktur Inkuiri terstruktur merupakan jenis inkuiri dengan tingkatan terendah. Pada inkuiri ini, siswa melakukan penyelidikan berdasarkan masalah yang diberikan oleh guru, selain itu siswa menerima seluruh instruksi pada setiap tahap-tahapnya. 2) Inkuiri Terbimbing Inkuiri terbimbing merupakan jenis inkuiri dengan tingkatan yang lebih kompleks dibandingkan inkuiri terstruktur. Pada inkuiri terbimbing siswa terlibat lansung dalam proses
pembelajaran melalui penyelidikan dari permasalahan yang diberikan guru, kemudian siswa menentukan proses dan solusi dari permasalahan tersebut hingga akhirnya siswa dapat membuat kesimpulan. 3) Inkuiri Terbuka Inkuiri terbuka merupakan jenis inkuiri dengan tingkatan inkuiri tertinggi. Selama proses pembelajaran ini, siswa terlibat lansung
22
dalam proses pembelajaran dengan melakukan penyelidikan terhadap topik yang berhubungan dengan pertanyaan atau masalah, merancang desain eksperimen hingga siswa dapat memberikan kesimpulan sendiri melalui setiap tahap proses dalam inkuiri terbuka. 4. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) a. Pengertian Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Menurut C.V. Schwarz & Y.N. Gwekwerere, inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan yang bersifat ilmiah, dimana siswa disuruh menyampaikan ide-ide mereka sebelum topik tersebut mereka pelajari, siswa menyelidiki sebuah gejala atau fenomena yang mereka anggap ganjil, siswa menjelaskan fakta-fakta dan
membandingkannya secara saintifik, selain itu siswa menanyakan mengenai sebuah situasi yang mendukung pembelajaran tersebut seperti perlengkapan sains dan teknologi. Proses pembelajaran yang berorientasi pada inkuiri
terbimbing dibangun berdasarkan pada basis penelitian, dengan premis kunci, yaitu kebanyakan siswa belajar dengan baik ketika mereka secara aktif terlibat dalam menganalisis data, model, atau contoh dan ketika mereka mendiskusikan ide-ide, ketika mereka bekerja bersama dalam tim (kelompok) untuk memahami konsep dan memecahkan masalah, ketika mereka merefleksikan apa yang telah
23
mereka pelajari dan berfikir tentang bagaimana meningkatkan kinerja, dan ketika mereka berinteraksi dengan pengajar yang berfungsi sebagai fasilitator bukan sebagai sumber informasi. Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan agar siswa bebas mengembangkan konsep yang mereka pelajari bukan hanya sebatas materi yang hanya dicatat saja kemudian dihafal. Tetapi siswa diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi secara berkelompok. Di dalam kelas mereka diajarkan berinteraksi sosial dengan kawan sebayanya untuk saling bertukar informasi antar kelompok. Dalam belajar kelompok, siswa bekerja sama membangun pemahaman dan pengetahuan, sehingga siswa belajar lebih banyak, mengerti lebih banyak dan mengingat lebih banyak apabila mereka bekerja sama (Hanson, 2006:4). Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan pembelajaran dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaanpertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut. Penyediaan materi oleh guru dalam pembelajaran ini diberikan melalui modul yang didasarkan pada siklus belajar.
24
a. Dalam rancangan proses pembelajaran yang berbasis pada inkuiri terbimbing ini, aktivitasnya terdiri dari lima tahap yaitu : 1. Orientasi Tahap pertama dimulai dengan tahap orientasi, tahap ini mempersiapkan siswa untuk belajar. Tahap orientasi ini dapat memberikan motivasi, menghasilkan rasa ingin tahu, dan membuat hubungan ke pengetahuan sebelumnya (Hanson, 2005:1). 2. Eksplorasi Pada tahap eksplorasi, siswa memiliki kesempatan melakukan pengamatan dan menganalisis data atau informasi. Siswa diberikan sebuah model untuk mewujudkan apa yang harus dipelajari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai (Hanson, 2005:1). Model dapat berupa diagram, grafik, tabel data, demonstrasi dan satu atau lebih persamaan. Menurut Hanson (2005:2) model merupakan segala sesuatu yang mengandung atau mewakili pengetahuan baru atau konsep. 3. Pembentukan Konsep Proses ini disusun dengan menyediakan pertanyaanpertanyaan yang memaksa siswa berpikir. Pertanyaan ini disebut pertanyaan kunci (key questions) . Pertanyaan-pertanyaan ini saling berhubungan satu sama lain. Siswa mengembangkan jawaban dengan memikirkan apa yang mereka temukan dalam
25
model, apa yang mereka sudah tahu, dan apa yang telah dipelajari dengan menjawab pertanyaan sebelumnya (Hanson, 2006:6). Menurut Hanson, pertanyaan kunci merupakan jantung dari kegiatan inkuiri terbimbing untuk membimbing siswa mengeksplorasi suatu model. Pertanyaan kunci ini juga digunakan oleh guru untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan membantu pemahaman siswa membangun konsep yang sedang dipelajari. 4. Aplikasi Setelah konsep ini diidentifikasi dan dipahami, diperkuat dan diperluas dalam tahap aplikasi. Pada tahap aplikasi siswa menggunakan pengetahuan baru dalam latihan. Latihan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun kepercayaan diri (Hanson, 2006: 6). Latihan merupakan aplikasi lansung dari konsep-konsep dan pemahaman. Setelah konsep ini dapat diterapkan hingga latihan berhasil, siswa bisa terintegrasi dengan konsep lainnya. Karena menurut Hanson (2006: 7) tujuan dari inkuiri terbimbing adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah. 5. Penutup Setiap kegiatan diakhiri dengan penutup. Pada tahap ini siswa memvalidasi hasil mereka, merenungkan apa yang mereka miliki dan menilai kinerja mereka. Validasi dapat diperoleh
26
dengan melaporkan hasilnya kepada rekan-rekan dan guru. Menurut Hanson (2005: 2) penilaian diri adalah kunci untuk meningkatkan kinerja. Menurut Lawson, (dalam Hanson, 2006), bahwa
kebanyakan siswa belajar terbaik ketika urutan ini diikuti. Secara khusus, siswa menunjukkan sikap baik, prestasi yang lebih tinggi, pemahaman dan retensi konsep yang paling baik dan pengembangan keterampilan pembelajaran proses. B. Kerangka Berpikir Dalam konteks implementasi KTSP, proses pembelajaran dimaknai sebagai proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari sesuai dengan tujuan pembelajara. Oleh karena itu pembelajaran harus berpusat pada siswa dimana siswa terlibat secara aktif dan guru lebih berperan sebagai fasilitator. Salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di tingkat SMA, sesuai dengan standar isi pada KTSP adalah kimia. Berdasarkan analisis kurikulum dalam standar isi KTSP, terlihat bahwa materi stoikiometri termasuk materi yang cakupannya cukup luas dan kompleks, karena dalam materi ini terdapat konsep-konsep penting yang saling berhubungan satu sama lainnya dimana siswa diharapkan mampu mengkonversikan konsep yang satu ke konsep yang lainnya sehingga diperoleh hubungan keterkaitan antar konsep-konsep tersebut. Selain memahami konsep, siswa juga harus dapat mengoperasikan
27
matematika sederhana untuk menghitung penerapan hukum-hukum dasar kimia maupun rumus-rumus konsep mol ke suatu perhitungan kimia. Oleh karena itu dibutuhkan strategi belajar yang dapat meningkatkan pemahaman menyeluruh siswa tentang materi yang dipelajari. Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia adalah strategi pembelajaran inkuiri jenis inkuiri terbimbing (Guided Inquiry). Strategi inkuiri terbimbing melibatkan siswa secara aktif dan menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan sehingga akan menghasilan belajar yang bermakna. Agar pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dapat terlaksana dengan baik diperlukan perangkat pembelajaran yang sesuai berupa modul pembalajaran yang dirancang sesuai prinsip inkuiri terbimbing. Modul yang dirancang ini, divalidasi oleh pakar. Untuk melihat praktikalitas dan efektifitasnya maka modul pembelajaran ini diujicobakan secara terbatas pada siswa kelas X di satu sekolah. Dengan dikembangkannya modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing ini diharapkan akan terlaksana pembelajaran yang efektif sehingga pemahaman konsep dan aktivitas siswa meningkat. Secara ringkas kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.
28
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KIMIA BERDASARKAN KTSP Pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered). Dibangun melalui keterampilan proses. Butuh strategi serta perangkat pembelajaran yang dapat membangun keterampilan proses (sesuai dengan tuntutan KD).
FAKTA DI LAPANGAN Pembelajaran belum berpusat kepada siswa. Belum tersedia strategi dan perangkat pembelajaran yang sesuai.
Digunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) pada materi stoikiometri.
Aktivitas siswa meningkat Hasil belajar meningkat Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
29
menghasilkan perangkat pembelajaran kimia berupa modul dengan model pembelajaran inkuiri jenis inkuiri terbimbing (Guided-Inquiry) yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia kelas X materi hidrokarbon dan minyak bumi, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Menurut Sugiyono (2008:407) penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
mengadaptasi model 4-D (four D models) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel pada tahun 1974. Model 4-D ini terdiri dari 4 tahap utama yaitu: (1) define (pendefenisian), (2) design (perancangan), (3) develop (pengembangan) dan (4) Disseminate (penyebaran) (Trianto, 2010:93). Adapun keunggulan model 4D dibandingkan model pengembangan perangkat lainnya antara lain: a) lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran, b) uraiannya lebih lengkap dan sistematis, dan c) dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji
41
30
coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli (Upu, 2011). Penelitian ini hanya dilaksanakan sampai tahap pengembangan atau (develop). B. Prosedur Pengembangan Prosedur pengembangan model 4D dapat dilihat pada Gambar 2. Analisis Ujung Depan Analisis siswa Pendefenisian Analisis tugas Analisis Konsep
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran Merancang perangkat pembelajaran Validasi oleh ahli Revisi Uji coba terbatas produk pada siswa SMA Analisis hasil uji coba Revisi Produk yang valid, praktis, dan efektif Gambar 2. Bagan langkah-langkah Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D (dimodifikasi dari Thiagarajan, Semmel dan revisi Semmel dalam Trianto, 2010:94) Pengembangan Perancangan
31
Berdasarkan rancangan pengembangan perangkat pembelajaran pada gambar 2, maka langkah-langkah pengembangan tersebut dapat dirinci sebagai berikut ini. 1. Tahap Pendefinisian (define) Tujuan dari tahap ini adalah menetapkan dan mendefenisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari materi yang akan dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu (a) analisis ujung depan, (b) analisis siswa, (c) analisis tugas, (d) analisis konsep, (e) perumusan tujuan pembelajaran. Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan
menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran. Karena proses pembelajaran yang dilaksanakan berpedoman pada kurikulum KTSP, maka analisis ujung depan ini dilakukan dengan menganalisis kurikulum KTSP. Dengan demikian akan terlihat bagaimana proses pembelajaran ideal yang diharapkan kurikulum dan bagaimana pula kenyataan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan masalah ini, selanjutnya disusun alternatif perangkat pembelajaran yang relevan. Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam satuan pembelajaran (Trianto, 2010:95). Pada analisis tugas dilakukan analisis terhadap SK dan KD yang akan dikembangkan perangkat pembelajarannya. Dalam penelitian ini yang akan dianalisis
32
adalah SK 2 serta KD 2.1 dan 2.2 tentang materi pokok hidrokarbon dan minyak bumi yang dipelajari di kelas X SMA. Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis serta mengkaitkan satu konsep dengan konsep lain yang relevan. Tujuan analisis ini adalah agar diperoleh hierarki konsep yang akan dipelajari. Selanjutnya dilakukan perumusan indikator yang sesuai dengan SK 2 dan KD 2.1, KD 2.2 untuk mengetahui kompetensi yang harus dicapai setelah
pembelajaran.
dirancang kegiatan pembelajaran agar kompetensi yang diharapkan dapat dicapai siswa pada akhir pembelajaran. Analisis siswa bertujuan untuk melihat karakteristik siswa yang dijadikan subjek uji coba modul yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek uji coba adalah siswa kelas X SMAN Padang. 2. Tahap Perancangan (design) Tujuan tahap ini adalah merancang perangkat pembelajaran berupa modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing yang akan dikembangkan untuk mengajarkan materi hidrokarbon dan minyak bumi di SMA. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahap ini adalah: a. Merancang modul yang dilakukan dengan pemilihan format yang sesuai dengan format penulisan modul dalam buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar dari depdiknas tahun 2008, dengan memperhatikan syarat, didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis.
33
b. Pemilihan format Pada tahap ini dilakukan pemilihan format modul pembelajaran yang akan dibuat. Format yang digunakan disesuaikan dengan indikator yang sudah dirumuskan. Format yang dimaksud dalam hal ini adalah tampilan, sistematika penyajian materi, dan isi modul. 3. Tahap Pengembangan (develop) Pada tahapan ini dilakukan modifikasi produk yang dihasilkan pada tahap perancangan, sebelum menjadi produk akhir yang siap untuk digunakan. Dalam tahap ini dilakukan tiga langkah yaitu validasi (penilaian) produk, revisi, dan uji coba. a. Validasi Produk Sebelum diuji cobakan, perangkat pembelajaran yang dihasilkan divalidasi terlebih dahulu oleh validator. Dalam memvalidasi, validator diminta untuk memberikan penilaian dan pendapat terhadap modul pembelajaran yang sudah dibuat baik dari segi isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan. Daftar nama validator produk yang dikembangkan dapat dilihat dalam Tabel 1 . Tabel 1. Daftar Nama Validator Produk yang Dikembangkan No 1 1 Produk Modul pembelajaran Nama Validator 2 1. Dr. Mawardi, M.Si 2. Dr. Hardeli, M.Si Spesialisasi 3 Kimia/Materi /Media Kimia/Materi/Media
b. Revisi
34
Tahap revisi ini bertujuan untuk memperbaiki bagian modul yang dianggap masih kurang tepat oleh validator sebelum produk diuji coba. Modul yang sudah diperbaiki kemudian diberikan kembali kepada validator untuk didiskusikan lebih lanjut sebelum diuji coba. Revisi dihentikan apabila validator sudah menyatakan modul yang dibuat sudah dapat diujicobakan. c. Uji Coba Pada langkah ini, produk yang dihasilkan diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba yang dilakukan adalah uji coba terbatas untuk mendapatkan data praktikalitas dan efektivitas penggunaan modul di lapangan serta untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang terdapat dalam modul. C. Uji Coba Produk Setelah modul dinyatakan valid oleh ahli, maka dilakukan uji coba terbatas untuk mendapatkan data tentang praktikalitas dan efektivitas penggunaan modul dilapangan, serta untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang terdapat dalam modul. Pada tahap uji coba peneliti berperan sebagai guru. Selama pembelajaran berlansung, peneliti dibantu oleh 3 orang observer untuk mengamati keterlaksanaan modul dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Pengamat yang ditunjuk adalah satu orang guru kimia dari sekolah tempat uji coba dan dua orang rekan sejawat peneliti, yang sebelumnya sudah diberikan arahan pelakasanaan. Diakhir pembelajaran siswa
35
diminta untuk mengisi angket respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Data hasil uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui praktikalitas dan efektivitas dari perangkat pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Praktikalitas perangkat pembelajaran dilihat dari hasil analisis data keterlaksanaan modul, data angket respon siswa dan data angket respon guru. Efektivitas perangkat pembelajaran dilihat dari analisis data observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. D. Subjek uji coba Produk yang sudah dihasilkan diujicobakan pada siswa kelas X SMAN Padang. Pemilihan SMAN Padang sebagai tempat untuk menguji coba produk didasarkan pada pertimbangan berikut ini: a. Keterbukaan kepala sekolah dan majelis guru, khususnya guru Kimia untuk menerima inovasi baru dalam pembelajaran. b. Kemudahan akses peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan. E. Jenis data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah 1. Validitas produk, data validitas berupa hasil validasi produk yang dikembangkan berupa modul pembelajaran oleh validator yang ahli dibidangnya.
36
2. Praktikalitas produk, data praktikalitas diperoleh dari hasil uji coba terbatas di lapangan menyangkut kepraktisan dan keterlaksanaan produk yang dikembangkan. 3. Efektivitas, data efektivitas diperoleh berdasarkan hasil uji coba produk di lapangan menyangkut perubahan hasil belajar sebelum menggunakan produk yang dikembangkan. dan sesudah
pengumpul data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Lembar validasi perangkat pembelajaran Lembar validasi perangkat yaitu berupa angket yang digunakan untuk menilai validitas isi dan validasi konstruk dari modul yang dihasilkan. Data yang didapatkan digunakan untuk mengetahui tingkat validitas perangkat pembelajaran berupa modul yang dikembangkan. 2) Lembar Observasi Lembar observasi ini digunakan untuk melihat aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Data yang diperoleh dari lembar observasi digunakan untuk melihat efektifitas perangkat yang dikembangkan. 3) Angket Angket yang diberikan merupakan angket respon siswa dan respon guru terhadap modul yang digunakan selama proses pembelajaran
37
berlangsung. Data angket digunakan untuk mengetahui praktikalitas pemakaian modul selama proses pembelajaran berlangsung. 4) Tes hasil belajar Hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes digunakan untuk menentukan persentase keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan modul. Data tes hasil belajar selanjutnya digunakan untuk melihat efektivitas modul yang dikembangkan dari segi hasil belajar siswa. Tes diberikan diawal pembelajaran dan diakhir pembelajaran
menggunakan modul. Perubahan hasil Pre test dan Post test siswa selanjutnya dianalisis untuk melihat efektivitas modul yang dihasilkan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk objektif dengan lima pilihan jawaban. Untuk masing-masing soal yang dijawab benar diberi skor 1 dan jika salah, diberi skor 0. Sebelum digunakan dalam penelitian, soal yang dibuat terlebih dahulu diuji cobakan. Adapun langkah-langkah penyusunan instrument tes adalah sebagai berikut ini. a. Membuat kisi-sisi soal tes b. Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan memberi skor masing-masing soal tes. c. Menguji cobakan soal yang akan digunakan dalam penelitian pada siswa sekolah lain yang telah mempelajari materi hidrokarbon dan minyak bumi, (siswa kelas X SMAN Padang)
38
d. Menganalisis soal uji coba untuk melihat validitas item, daya pembeda, indeks kesukaran dan reliabilitas. Tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk itu dalam menyusun soal tes, harus berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Tes yang peneliti lakukan dalam penelitian ini berpedoman pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Agar soal tes yang dibuat sesuai dengan kurikulum, maka peneliti membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu dengan berpedoman pada kurikulum KTSP. Ada dua validitas yang diukur dalam penelitian ini. 1) Validitas isi Validitas isi dari suatu tes dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah ditentukan untuk masing-masing bidang studi. Jika TIK telah tercermin dalam tes hasil belajar, maka tes hasil belajar tersebut dapat dikatakan telah memiliki validitas isi (Sudijono, 2001:164). 2) Validitas butir soal atau validitas item Validitas item dari suatu tes hasil belajar adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item tes hasil belajar dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Menurut Sudijono (2001: 184): Sebutir item dapat dikatakan valid jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian/kesejajaran dengan skor totalnya, dengan kata lain ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dan skor totalnya.
39
Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas item menurut Sudijono (2001:185) adalah sebagai berikut:
pbi =
M p Mt SDt p q
Keterangan:
pbi = koofisien korelasi biseral, dimana dalam hal ini dianggap sebagai koefisien validitas item. Mp = skor rata-rata siswa yang menjawab betul item yang dicari validitasnya. Mt = skor rata-rata dari skor total SDt = standar deviasi dari skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar p = banyak siswa yang menjawab benar Jumlah seluruh siswa q = proporsi siwa yang menjawab salah (q = 1-p) 3) Indeks kesukaran soal (P)
Tingkat kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2008:28) yaitu:
P= B Js
Dimana: P = indeks kesukaran B = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar Js = jumlah siswa peserta tes Indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 0,00 P < 0,30 : sukar
40
0,30 P < 0,70 : sedang 0,70 P < 1,00 : mudah Soal uji coba yang diambil untuk tes akhir adalah soal yang memiliki indeks kesukaran sedang dan mudah.
4) Daya beda (D) Daya pembeda soal merupakan suatu indikator untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Cara menghitung daya beda menurut Arikunto (2008:213) adalah:
D= Ba Ja Bb Jb = PA PB
Keterangan: D = Daya pembeda Ba = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar Bb = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar Ja = Jumlah siswa kelompok atas Jb = Jumlah siswa kelompok bawah PA= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indek kesukaran). PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Menurut ketentuan daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut: Minus : jelek sekali
41
Soal uji coba yang diambil untuk soal tes akhir adalah adalah soal yang memiliki indeks daya beda cukup, baik, dan baik sekali.
5) Reliabilitas tes Reliabilitas tes merupakan kemampuan tes untuk memberikan hasil yang sama (tetap) jika diberikan pada subjek yang homogen. Untuk menentukan reliabilitas suatu tes dapat digunakan rumus KR-21 seperti yang dikemukakan Arikunto (2008:103) sebagai berikut:
r11 =
n M (n M ) 1 n 1 nS 2
X N
2
dengan M =
X X 2 N S2 = N
Keterangan : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan n = jumlah butir soal M = rata-rata skor tes N = jumlah pengikut tes S2 = variansi total Tingkat reliabilitas tes dapat diklasifikasikan seperti berikut:
42
0,00 r11 < 0,20 0,21 r11 < 0,40 0,41 r11 < 0,60
G. Teknik Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif untuk mendapatkan angka rata-rata dan persentase. Teknik analisis data untuk masing-masing data hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Teknik analisis validitas isi dan validitas konstruk Teknik analisis validitas isi, desain, praktikalitas dan efektifitas didasarkan kepada categorical judgments yang dimodifikasi dari Boslaugh (2008:11). Pada categorical judgments, validator dan guru diberikan pernyataan untuk kemudian memberikan penilaian terhadap masingmasing pernyataan tersebut. Lembar yang diberikan berupa angket dan pada bagian akhir diberikan kesempatan bagi validator maupun guru untuk memutuskan hasil dari penilaian yang telah diberikan. Penilaian validator dan guru terhadap masing-masing pernyataan dianalisis menggunakan formula Kappa Cohen dimana pada akhir pengolahan diperoleh momen kappa.
43
Keterangan: k P Pe = = = moment kappa yang menunjukkan validitas produk Proporsi yang terealisasi, dihitung dengan cara jumlah nilai yang diberi oleh validator dibagi jumlah nilai maksimal Proporsi yang tidak terealisasi, dihitung dengan cara jumlah nilai maksimal dikurangi dengan jumlah nilai total yang diberi validator dibagi jumlah nilai maksimal Kategori keputusan berdasarkan moment kappa (k): 0,81 1,00 0,61 0,80 0,41 0,60 0,21 0,40 0,01 0,20 0,00 = sangat tinggi = tinggi = sedang = rendah = sangat rendah = tidak valid
(modifikasi dari Boslaugh, 2008:12) 2. Teknik Analisis Kepraktisan Sama halnya dengan analisis lembar validasi isi dan konstruk, maka lembar praktikalitas (angket respon guru dan angket respon siswa) juga dianalisis menggunakan formula Kappa Cohen. 3. Teknik Analisis Efektivitas Analisis data efektivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan lembar penilaian hasil belajar siswa.
44
a. Analisis observsi aktivitas siswa Analisis aktivitas siswa berdasarkan atas hasil lembaran observasi yaitu dengan menghitung jumlah siswa yang terlibat dalam setiap aktivitas yang ditetapkan lalu diberi skor sesuai dengan kategori berikut:
Tabel 2. Skor Kategori Frekuensi Keaktifan Siswa f (frekuensi) f<6 6f<6 8 f < 10 10 f < 12 Kategori Tidak pernah muncul Jarang muncul Agak sering muncul Sering muncul Skor 0 1 2 3 4
Hasil observasi ditampilkan dalam sebuah tabel dan dicari reratanya, kemudian dikonfirmasikan pada kriteria berikut: 1) Jika rerata > 3,2 maka aktivitas dikategorikan sangat sering muncul. 2) Jika 2,4 < rerata 3,2 maka aktivitas dikategorikan sering muncul. 3) Jika 1,6 < rerata 2,4 maka aktivitas dikategorikan agak sering muncul. 4) Jika 0,8 < rerata 1,6 maka aktivitas dikategorikan jarang muncul. 5) Jika rerata 0,8 maka aktivitas dikategorikan tidak pernah muncul. b. Analisis tes hasil belajar
45
Analisis tes hasil belajar didasarkan pada data hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Modul pembelajaran yang dikembangkan dikatakan efektif jika pemahaman siswa berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah uji coba yaitu 75. Analisis pemahaman dapat dicari menggunakan persamaan:
Kategori pemahaman siswa terhadap konsep: 92 100 83 91 75 82 < 75 = baik sekali, artinya efektifitas media sangat tinggi. = baik, artinya efektifitas media tinggi. = sedang, artinya efektifitas media sedang. = kurang, artinya media tidak efektif.
46
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasardasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Bell, Randy. L, dkk. 2005. Simplifying Inquiry Instruction. www.nsta.org. Diakses 20 September 2012. Boslaugh, Sarah dan Paul A. W. 2008. Statistics in a Nutshell, a desktop quick reference. Beijing, Cambridge, Famham, Kln, Sebastopol, Taipei,Tokyo : Oreilly. Dahar, Ratna.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo. Hanson, David. M. 2005. Designing Process-Oriented Guided-Inquiry Activities. In Faculty Guidedbook: A Comprehensive Tool For Improving Faculty Performance, ed. S. W. Beyerlein and D. K. Apple. Lisle, IL: Pacific Crest. Hanson, David. M. 2006. Instructors Guided to Process-Oriented GuidedInquiry Learning. Lisle, IL: Pacific Crest.
47
Hanson, David. M. Tanpa tahun. Writing Critical Thinking Questions. In Faculty Guidedbook. Lisle, IL: Pacific Crest. Kuhltahau, Carol. C, dkk. 2007. Guided Inquiry. America: Libraries Unlimited. Nasution, M. A. 2010. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Jakarta: diperbanyak oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rosilawati, Ila. 2008. Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Termokimia Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing SMA Perintis I Bandar Lampung. JPP, 6 (1): 69-74 Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Straumanis, Andrei. 2010. Process Oriented Guided Inquiry Learning. Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
48
Suryosubroto, B. 1983. Sistem Pengajaran Dengan Modul. Yogyakarta: PT. Bina Aksara. Sopamena, Octavina. 2009. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK Pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Upu, Hamzah, Amaliah, N.W, Hamka.2011. Developing Learning Packages Of Ecosytem Topic Through Cooperative Learning on The Type of Student (http://blog.unm.ac.id/hamzahupu/2011/07/, diakses 13 Desember 2011 pukul 18.00 WIB)