Anda di halaman 1dari 7

Laporan Mingguan

ILMU UKUR TANAH TACHEOMETRY

Nama : Endy Manalu NIM : 1005141005 MRKG- 3A

MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI GEDUNG

JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN


MEDAN 2011

LANDASAN TEORI

Kata Tacheometry berarti mempercepat pengukuran. Kata tersebut berasal dari Yunani Thaceos yang artinya cepat dan metronyang artinya mengukur.. Jadi arti nyatanya adalah suatu metoe pengukuran jarak tampa menggunakan pita ukur. Jarak baik horizontal maupun vertical,keduanya diukur menggunakan kelengkapan optic dari suatu teropong. Ketinggian yang dapat diperoleh dengan metode tacheometric bervariasi mulai 1 : 500 Sampai ke 1 : 10000. Metode ini memiliki keuntungan bahwa kondisi pengukuran untuk permukaan yang sulit tidak mempengaruhinya dan banyak hal ketelitian yang lebih tinggi dari hasil yang di peroleh denga cara yang umum yakni pengukuran dengan pita ukur.

Tabel 1.1 SISTEM TACHEOMETRY Sudut Paralaktis Berubah Tetap Berubah Tetap Posisis Rambu Vertikal Vertikal Mendatar Mendatar 1 2 3 4 Sistem Tacheometry Tangensial Stadia Substense Bar Optical Wedge

Sistem Pengukuran Tacheometry terbagi atas 1. Tacheometry Tangensial 2. Tacheometry Stadia

ALAT Pesawat theodolit satu set Rambu ukur Payung Statif yalon Segitiga pengaman 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah

LANGKAH KERJA Tentukan titik acuan tempat berdirinya pesawat ssebagai titik acuan pertama. Siapkan pesawat theodolit antara lain kedataran posisi, ketepatan titik pusat dengan titik acuan yang sudah ditetapkan . Atur kemiringan pesawat hingga tercapai bacaan sudut 0 0 0 Lakukan Pembacaan. DATA Tabel 1.2 Praktikan: Endy Manalu Data pengukuran 1 keterangan B.atas B.tengah B.bawah i sudut Data pengukuran 2 keterangan B. atas B.tengah B. bawah i sudut Praktikan: Robin Pasaribu Data pengukuran 1 keterangan B.atas B.tengah B.bawah i sudut Data pengukuran 2900 2780 2650 144 83 23 00 Data pengukuran 2360 2258 2157 147 cm 94 50 00s Data pengukuran 1420 1320 1220 144 cm 83 23 00

Data pengukuran 2

keterangan B. atas B.tengah B. bawah i sudut

Data pengukuran 555 435 315 148 98 43 50

Vonnie Manurung Data pengukuran 1 keterangan B.atas B.tengah B.bawah i sudut Data pengukuran 2 keterangan B. atas B.tengah B. bawah i sudut Data pengukuran 1200 1080 960 147 97 06 00 Data pengukuran 1615 1500 1380 144 83 45 30

Yunie Ginting

Data pengukuran 1 keterangan B.atas B.tengah B.bawah i sudut Tabel 1.3 Data pengukuran 2 keterangan B. atas B.tengah B. bawah i sudut Data pengukuran 2065 1955 1845 148 95 2610 Data pengukuran 1860 1755 1645 144 82 3200

Analisis Data Praktikan 1: Endy Manalu Catatan h untuk semua praktikan =100 m D = m S cos2 +k cos S = BA- BB K cos nilai nya sangat kecil maka nilai nya dapat di abaikan atau = 0 H= D tan AB = i + H- h (untuk sudut miring naik) AB = i H- h ( untuk sudut miring turun ) D= 100(1,420-1,220) cos2 (90 83 23 00) D =19,8 H= 19,8 tan 6 H= 2, 079 AB= 1,44 + 2,079-1,320 AB=2,199 m Untuk pengukuran 2 D= 100(2,360-2,157) cos2 (94 50 90) D=19,99 m=100

H= 19,99 tan 5 H= 1,74 AB= 1,47-1,74+2,258 AB=2,088 m

PEMBAHASAN Dalam praktik ini banyak hal yang harus di pehatikan antara lain : Ketelitian dalam membaca rambu. Karena dalam job ini kesalahan dalam membaca rambu lebih sering terjadi karena banyaknya pembacaan yang harys menggunakan interpolasi untuk skala rambu. Penulis sebaiknya sebaiknya dapat mendeteksi kesalahan dengan membandingkan selisih benanf atas dan benang bawah.besar selisih ini harus sama, jika tidak pembacaan harus di ulangi. Kondisi tempat pengukuran yang ekstri ,di mana setiap praktikan harus memanjat juga merupakan salah satu hal yang harus diperhatiakan demi keselamatan setiap praktikan. Kekompakan angota kelompok . Selain itu, kesalah dalam pengukuran juga harus sangat diperhatikan antara lain Kesalahan pembacaan pada rambu ukur

Kesalahan pembacaan pada rambu tegak Salah pencatan Tidak tegaknya rambu ukur Refraksi difrensia

Aplikasi dalam teknik sipil Aplikasi praktik ini dalam pengerjaan di bidang teknik sipil adalah pengukuran beda tinggi antara dua titik.

Anda mungkin juga menyukai