Anda di halaman 1dari 12

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

JAKARTA, 1 FEBRUARI 2012 Yth. : 1. Bapak Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI; 2. Pimpinan Komisi VI DPR RI; 3. Saudara Wakil Menteri Perindustrian; 4. Para Pejabat Eselon I dan Eselon II Kementerian Perindustrian dan Instansi Terkait Lainnya; 5. Para Pimpinan KADIN, Asosiasi Industri, dan Pelaku Usaha, serta; 6. Para undangan dan hadirin sekalian yang saya hormati. Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi, dan salam sejahtera untuk kita semua. Pada kesempatan ini marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat menghadiri acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 dengan tema

"Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi". Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah hadir dan ikut berpartisipasi dalam menyukseskan acara ini selama 2 (dua) hari ke depan. Semoga

kebersamaan dan kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, dan instansi terkait lainnya dapat terus terjalin dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan industri sebagai bagian dari upaya pembangunan ekonomi nasional. Saudara-saudara yang saya hormati, Selanjutnya, perkenankan saya menjelaskan secara ringkas mengenai kinerja sektor industri serta target pembangunan industri nasional, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Kinerja industri nasional sampai dengan periode triwulan III tahun 2011 cukup menggembirakan. Pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas pada triwulan III adalah sebesar 6,98%, lebih tinggi dari pertumbuhan PDB yang sebesar 6,54%. Secara kumulatif, pertumbuhan industri pengolahan non-migas sampai dengan triwulan III tahun 2011 mencapai 6,49%, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan industri non-migas sepanjang tahun 2010 yang hanya 5,09%,
2

dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2005. Kontribusi sektor industri pengolahan non-migas terhadap PDB mencapai 20,65%, merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Secara keseluruhan hingga akhir tahun 2011, pertumbuhan industri pengolahan non-migas diperkirakan mampu

mencapai 6,5%, melampaui target yang tercantum di dalam Renstra Kementerian Perindustrian yang sebesar 6,10%. Sepanjang tahun 2011 lalu, Kementerian Perindustrian juga telah menjalankan berbagai Program-Program Prioritas Nasional dan Prioritas Kementerian dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2011, di antaranya adalah: revitalisasi industri pupuk, revitalisasi industri gula, fasilitasi pengembangan kawasan industri, revitalisasi dan

penumbuhan industri migas & petrokimia dan industri hilir kepala sawit, restrukturisasi permesinan industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit, peningkatan daya saing

6 (enam) kelompok industri prioritas, serta revitalisasi dan penumbuhan IKM. Kementerian Perindustrian juga menjalankan program-

program pengembangan klaster industri dalam mendukung MP3EI, serta program-program lainnya berdasarkan arahan

khusus

Presiden,

seperti:

Program

Percepatan

Pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B), Program Percepatan Pembangunan Provinsi NTT, Program ProRakyat (Klaster 4) melalui Umum Program Murah Pengembangan Pedesaan, serta

Kendaraan

Angkutan

Program Pengembangan Low Cost and Green Car. Keseluruhan program tersebut telah dapat dilaksanakan dengan baik, yang secara umum telah mencapai target yang ditetapkan. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan pembangunan sektor industri nasional hingga dapat

dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Indonesia secara luas. Selain itu, dalam rangka peningkatan akuntabilitas keuangan, pelayanan publik dan inisiatif anti korupsi, pada tahun 2011 Kementerian Perindustrian telah berhasil mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK terhadap penilaian atas Laporan Keuangan Tahun 2010. Kementerian Perindustrian juga berhasil menduduki Peringkat 4 (empat) pada Penilaian Integritas Pelayanan Publik oleh KPK, serta mendapatkan Peringkat 1 (pertama) pada Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) oleh KPK. Prestasi ini tidak akan tercapai tanpa kerja keras dan dedikasi yang tinggi dari kita semua.
4

Saudara-saudara sekalian, Pembangunan sektor industri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional jangka panjang. Visi pembangunan industri sebagaimana diatur di dalam Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN) adalah Menjadikan Indonesia sebagai negara industri tangguh di dunia pada tahun 2025. Visi tersebut selaras dengan tujuan pembangunan nasional yang tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 serta MasterPlan Percepatan Indonesia dan (MP3EI), Perluasan yaitu Pembangunan Mewujudkan Ekonomi Masyarakat

Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur. Secara kuantitatif, target pembangunan ekonomi nasional jangka panjang sebagai negara industri yang maju adalah PDB perkapita sebesar 14.250-15.000 US dolar. Untuk itu, diperlukan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4-7,5% per tahun selama periode 2011-2014 dan sekitar 8-9% pertahun selama periode 2015-2025. Target tersebut tentu tidak mudah, dan memerlukan kerja keras dari seluruh sektor pembangunan. Untuk mendukung pencapaian target pembangunan ekonomi seperti di atas,
5

sektor industri diharapkan menjadi sektor utama yang dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut. Untuk itu, pertumbuhan sektor industri harus didorong hingga mencapai 8,5% pada tahun 2014 dan harus terus naik hingga sebesar 9,75% pada periode 2020-2025. Berdasarkan Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014, target pertumbuhan industri pada tahun 2012 adalah sebesar 6,75%. Apabila target ini tercapai, maka akan semakin memudahkan kita untuk mencapai target

pertumbuhan jangka menengah maupun jangka panjang tersebut, dengan catatan bahwa kinerja sektor industri terus meningkat setiap tahunnya. Saudara-saudara yang saya hormati, Target pembangunan industri sebagaimana yang telah saya sebutkan tadi merupakan sasaran utama yang akan kita capai pada jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Target tersebut hanya dapat kita capai dengan tekad yang kuat, perencanaan yang matang, serta kerja keras yang sinergis di antara semua stakeholder industri, baik itu dari pemerintah, pelaku usaha, asosiasi industri, lembaga keuangan, dan pihak-pihak terkait lainnya.

Untuk mencapai target pembangunan industri tersebut, Kementerian Perindustrian telah menjalankan Program

Peningkatan Daya Saing 6 (enam) Kelompok Industri Prioritas untuk periode 2010-2014, yang terdiri atas: 1. Industri Padat Karya (industri TPT, industri alas kaki dan furniture); 2. Industri Kecil Menengah (IKM); 3. Industri Barang Modal (industri perkapalan dan

permesinan); 4. Industri Berbasis Sumber Daya Alam (kelapa sawit, karet, kakao, dan rumput laut); 5. Industri Pertumbuhan Tinggi (otomotif dan elektronika); 6. Industri Prioritas Khusus (gula, pupuk, dan petrokimia). Pada masing-masing kelompok industri prioritas tersebut, telah ditetapkan rencana aksinya yang meliputi:

restrukturisasi dan pemberian bantuan mesin & peralatan industri, pemberian insentif fiskal seperti tax allowance, tax holiday, Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP), dan pembebasan PPnBM serta pembebasan bea masuk barang modal, bahan baku dan komponen tertentu, pemberlakuan bea keluar terhadap kakao dan sawit untuk pengamanan bahan baku di dalam negeri, pendidikan & pelatihan bagi IKM, serta dukungan kemudahan kredit.

Saudara-saudara sekalian, Program Peningkatan Daya Saing 6 (enam) Kelompok Industri Prioritas tersebut dirasakan masih perlu untuk ditingkatkan lagi, dalam rangka mendorong pertumbuhan industri yang lebih tinggi. Untuk itu, sejalan dengan prinsip MP3EI yaitu bekerja secara not business as usual, kita membutuhkan percepatan pembangunan sektor industri, yang kita sebut sebagai Akselerasi Industrialisasi 20122014. Percepatan ini bertujuan untuk mendorong

pertumbuhan sektor industri sebagai katalis utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya percepatan ini dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai potensi kekuatan dan hambatan, menentukan strategi pokok akselerasi industri, menetapkan fokus

akselerasi industri pada kelompok industri prioritas tertentu, membuat rencana aksi (action plan) inisiatif stratejik sesuai fokus akselerasi dimaksud, serta menentukan kebijakan affirmatif untuk mendukung pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM).

Akselerasi Industrialisasi dilaksanakan melalui 5 (lima) strategi utama, yaitu: 1. Mendorong Partisipasi Dunia Usaha Dalam

Pembangunan Infrastruktur; 2. Percepatan Proses Pengambilan Keputusan untuk

Menyelesaikan Hambatan Birokrasi (Debottlenecking); 3. Reorientasi Kebijakan Ekspor Bahan Mentah dan Sumber Energi; 4. Mendorong Peningkatan Produktivitas & Daya Saing; 5. Meningkatkan Integrasi Pasar Domestik. Pada tahap pelaksanaannya, kelima strategi utama di atas dijalankan melalui penerapan pada 6 (enam) area kebijakan, yaitu: (1) Kebijakan Pengamanan Industri Dalam Negeri, (2) Pembangunan Infrastruktur, (3) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Birokrasi, (4) Penyempurnaan Dan Harmonisasi Regulasi, (5) Kebijakan Fiskal, serta (6) Pembangunan SDM Industri. Untuk lebih mengoptimalkan potensi sektor industri nasional, akselerasi industrialisasi akan difokuskan pada 15 subsektor industri, yang dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok industri prioritas, yaitu:

1. Kelompok Industri Berbasis Hasil Tambang; 2. Kelompok Industri Berbasis Hasil Pertanian; dan 3. Kelompok Industri Berbasis Sumber Daya Manusia dan Pasar Domestik. Untuk masing-masing strategi pada kelompok industri prioritas tersebut, telah ditentukan langkah-langkah stratejik sebagai rencana aksinya. Secara lebih lengkap, penjelasan mengenai Akselerasi Industrialisasi ini akan disampaikan oleh Saudara Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian. Saudara-saudara yang saya hormati, Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya juga ingin menekankan kembali bahwa pembangunan sektor industri nasional tidak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian. Berbagai persoalan yang dihadapi oleh pelaku usaha sebagai ujung tombak pembangunan industri, selama ini banyak terkait dengan sektor-sektor lainnya, di antaranya adalah: penyediaan lahan untuk kawasan industri,

penyediaan infrastruktur seperti jalan raya, pelabuhan, dan rel kereta, penyediaan energi berupa listrik, gas, maupun batubara, penyediaan bahan baku berupa gas dan sumber daya alam lainnya, akses permodalan dari kalangan
10

perbankan dan lembaga keuangan lainnya, serta berbagai mekanisme birokrasi seperti ketentuan perizinan, ekspor impor, ketentuan perpajakan, serta ketentuan-ketentuan lainnya. Untuk itu, kita perlu menyamakan persepsi dan saling bersinergi, baik antar-sesama instansi pemerintah, maupun antara pemerintah dengan pelaku usaha dan instansi terkait lainnya. Kerja sama dan sinergi yang positif ini tentunya dalam rangka mencapai satu kepentingan bersama, yaitu demi kemajuan industri dan pembangunan ekonomi nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Saudara-saudara sekalian, Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 ini merupakan upaya kita dalam mengawali kerja besar pembangunan sektor industri selama satu tahun ke depan. Berbagai masukan dari Saudara-Saudara sekalian sangat kami harapkan, untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang berkualitas dan program kerja yang tepat sasaran. Silakan sampaikan apa saja yang selama ini menjadi permasalahan di sektor industri, lalu kita rumuskan bersama langkah-langkah solusi terbaiknya.

11

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran, kontribusi, dan kerja sama Saudara-saudara sekalian dalam mendukung upaya akselerasi industrialisasi dalam rangka percepatan pembangunan ekonomi nasional. Dengan mengucapkan Bismillahirrohmaanirrohiim,

dengan ini Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 secara resmi saya nyatakan dibuka. Wassalamualaikum Wr. Wb. MENTERI PERINDUSTRIAN

MOHAMAD S. HIDAYAT

12

Anda mungkin juga menyukai