Anda di halaman 1dari 8

Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Pengelolaan Bencana Gempa Bumi

(Role of Community Health Workers in the Management of Earthquake) PENDAHULUAN Definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar. Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempenglempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Indonesia merupakan negara yang rawan terjadinya bencana seperti gempa bumi, karena menurut BMKG Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu : Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke araha utara dan menyusup kedalam lempeng eurasia, sememtara lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat. Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempa bumi yang besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan tsunami. Dan indonesia juga termasuk negara yang rawan bencana alam lainnya seperti letusan gunung
berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan / lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa / benda-benda angkasa. Bencana gempa bumi mempunyai karakteristik yang berlangsung dalam waktu yang

singkat, lokasi kejadian tertentu, maka pasca kejadian gempa bumi dapat menimbulkan bencana dan kerugian yang besar. Selain itu bencana gempa bumi dapat menimbulkan dampak yang serius seperti : mengubah struktur alam, keruntuhan pada strultur bangunan, kebakaran, kebocoran gas.

6411410006

papper Sistem Tanggap Darurat

Dampak bencana gempa bumi lainnya yang terjadi yaitu : Kerugian korban jiwa atau bencana tersebut telah menelan korban baik luka serius, luka ringan, bahkan kematian. Kerugian dana material yaitu kerugian yang di alami korban karena bisa terjadi rumah korban hancur akibat bencana alam seperti runtuhnya rumah akibat gempa bumi, banjir dan sebagainya. Kerugian dana material lainnya adalah pada saat sebelum terjadinya bencana korban memiliki usaha warung, akan tetapi warung tersebut hancur karena bencana alam seperti gempa bumi, banjir dan sebagainya, sehingga pasca terjadinya bencana korban tidak dapat menghasilkan pendapatan dari warung tersebut.

6411410006

papper Sistem Tanggap Darurat

PEMBAHASAN Berdasarkan fakta-fakta tentang keadaan negara indonesia yang sangat rawan terjadinya bencana, maka pemerintah berupaya membuat kebijakan atau peraturan. Pada tahun 2008 telah dibuat Peraturan Pemerintah dalam rangka penyelenggaraan

penanggulangan bencana yaitu Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak bencana (Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Hal 4). Pada umunya pasca terjadinya bencana kesehatan adalah sektor yang sangat penting. Peran sektor kesehatan tidak hanya di lihat dari tanggap daruratnya saja, melainkan pemberian pelayanan kesehatan pada korban dan para pengungsi. Pasca terjadinya bencana korban bencana bukan hanya mengalami kerugian korban jiwa, dan kerugian dana. Masalah terkait pasca terjadi nya bencana yaitu masalah terkait kondisi psikologi dan kesehatan mental para korban. Selain korban bencana mengalami luka-luka fisik, korban bencana seringkali secara psikologis mengalami gangguan stres pasca trauma/bencana yang pada umunya di sebut PTSD ( Post Traumatic Stress Disorder). PTSD pada umumnya dapat di sembuhkan apabila mencari dan menganalisis penyebab korban mengalami stres, misalnya korban mengalami stres karena korban tidak bisa melanjutkan usaha nya. Sehingga harus dilakukan penanganan yang tepat, seperti pendampingan pada korban sebisa mungkin untuk mengembalikan kondisi seperti sedia kala yaitu dapat dengan cara membantu mencari celah atau jalan keluar atau berdiskusi bersama-sama dalam mengatasi masalah. Peran tenaga kesehatan dalam pengelolaan atau manajemen bencana sangat penting karena pada dasarnya kesehatan masyarakat mempelajari berbagi masalah kesehatan di masyarakat seperti epidemiologi, promosi kesehatan, kesehatan kerja dan kesehatan lingkungan namun dalam hal ini khususnya mengenai sistem tanggap darurat yang didalamnya mempelajari tentang pengelolaan atau apa yang harus dilakukan ketika sedang terjadi bencana seperti memberi pertolongan pertama pada korban dapat berupa RJP (Resusitasi Jantung Paru), menentukan tempat berkumpul saat terjadi bencana, dan

6411410006

papper Sistem Tanggap Darurat

sebagainya. Tenaga kesehatan masyarakat sebenarnya memegang peranan penting dalam bencana, bukan hanya peran tenaga medis saja untuk pengelolaan bencana. Menurut buku pegangan untuk Manajemen Bencana karangan W. Nick Carter ( Carter, W. Nick. Disaster management : a disaster managers handbook. Asian Development Bank, 1991) siklus manajemen dalam menghadapi bencana untuk tiap negara yang meliputi : Prevention (pencegahan), Mengukur dan memperkirakan bencana apa saja yang akan terjadi. Memang pada dasarnya sangat susah untuk memperkirakan dimana bencana akan menghadang akan tetapi kita bisa (berusaha) mencegah dengan, sebagai contoh : membuat bangunan yang secara konstruksi kuat menahan goncangan, membangun rumah tidak terlalu dekat dengan laut atau setidaknya memperhatikan syarat-syarat standar keamanan pembangunan, pengeboran, dan lain sebagainya. Mittigation (mitigasi atau memperkecil efek bencana), Tindakan mitigasi bisa dalam bentuk program yang spesifik. Ini di upayakan agar pada saat kejadian bencana, program ini dapat memperkecil korban jiwa dan kerusakan. Contohnya : membudayakan pelatihan menghadapi bencana yang bisa dimulai dari sekolah-sekolah dan instansi pemerintah. Selalu memperbaharui standarstandar penanganan bencana, Pelaksanaan kode-kode standar keamanan pada pembangunan fisik, Peringatan dini bencana (early warning), regulasi tata guna lahan, regulasi keamanan bangunan tingkat tinggi dan kontrol terhadap penggunaan bahanbahan berbahaya. Membentuk sistem perlindungan untuk instalasi kunci, seperti pembangkit listrik dan bangunan telekomunikasi vital. Preparedness (kesiap-siagaan), Dengan adanya standar tanggap bencana yang sebaiknya ditetapkan oleh pemerintah dan disosialisasikan kepada publik, diharapkan dapat melatih masyarakat, baik sebagai komunitas maupun kelompok selalu siap siaga menghadapi yang terburuk dan agar tidak terjadi kepanikan masal. Karena kepanikan bisa menimbulkan efek yang lebih mematikan daripada bencana itu sendiri. Standar tanggap bencana ini termasuk formulasi tata cara menghadapi bencana (the formulation of viable counter-disaster plans). Kejelasan sumber informasi agar tidak terjadi penyebaran kabar yang diragukan kebenarannya seperti yang terjadi baru-baru ini. Kejelasan inventaris sumber daya dalam menghadapi bencana dan pelatihan personel tanggap bencana yang diharapkan dapat efektif ketika sebelum dan sesudah bencana terjadi.

6411410006

papper Sistem Tanggap Darurat

Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana bisa dibagi menjadi 3 bagian, antara lain : 1. Warning (peringatan). Ketika suatu daerah mengalami tanda-tanda alam ataupun berita adanya bencana yang mendekat baik oleh BMG maupun dari instansi yang terkait, maka tanda peringatan harus difungsikan semaksimal mungkin. Kentongan, pengeras suara di Masjid-masjid, breaking news di televisi dan radio maupun pesan singkat melalui SMS dapat digunakan untuk memberikan peringatan awal. 2. Threat (ancaman). Ketika gejala dan peringatan sudah dapat dikenali sebagai bencana yang berpotensi berbahaya, maka penduduk diminta untuk bersiapsiap mengungsikan diri dengan dibimbing oleh tenaga yang sudah dilatih dalam manajemen bencana agar tidak terjadi kesimpang-siuran penanganan. 3. Precaution (tindakan pencegahan). Tindakan nyata dilakukan setelah kejelasan berita bencana yang mendekat adalah betul membahayakan, antara lain : menutup perkantoran, sekolah dan tempat-tempat umum berkumpulnya massa; membawa generator atau pembangkit tenaga darurat; mengarahkan ke tempat pengungsian yang sudah dipersiapkan keamanannya; membawa peralatan yang terdiri atas peralatan minimal untuk bertahan hidup seperti persediaan air bersih, tenda dan makanan. Response (respon atau reaksi cepat), Reaksi cepat biasanya dapat dilakukan sesegera mungkin pada saat maupun setelah bencana menghantam. Dengan adanya personel di dalam masyarakat yang sudah terlatih diharapkan masyarakat secara mandiri dapat melakukan penanganan dini sebelum bantuan datang. Tindakan yang diharapkan adalah menyelamatkan hidup korban dan menjaga harta benda yang masih tersisa. Memperbaiki (minimal) kerusakan yang disebabkan oleh bencana, antara lain dapat berupa; pembersihkan area jalan, agar transportasi dari dan ke lokasi bencana tidak terhambat. Menetapkan lokasi pengungsian, agar bantuan logistik dan pelayan kesehatan bisa terpusat sehingga kinerja penanganan pasca gempa bisa efektif. Recovery (perbaikan), Proses perbaikan di utamakan kepada kebutuhan dasar masyarakat korban gempa seperti tempat tinggal, sanitasi dan MCK kemudian dilanjutkan dengan perbaikan infrastruktur yang mendukung percepatan pemulihan sektor ekonomi daerah gempa. Perbaikan dan pemulihan ini dilakukan oleh masyarakat dengan pendampingan dari

6411410006

papper Sistem Tanggap Darurat

pemerintah dan lembaga yang berkompeten. Dibutuhkan rencana jangka panjang untuk perbaikan dan pemulihan ini, proses ini bisa bervariasi antara 5-10 tahun, atau bahkan lebih. Bagian ini termasuk aspek-aspek lain seperti restorasi dan rekonstruksi infrastruktur termasuk pendampingan untuk perbaikan mental korban gempa agar seminim mungkin tidak terjadi gejala putus harapan. Development (pengembangan). Pengembangan dan moderninsasi penanganan gempa harus selalu dilakukan untuk mengantisipasi bencana yang tidak bisa ditebak wujudnya. Dengan pengembangan yang terus-menerus maka budaya lupa bisa dihindari. Budaya lupa adalah ancaman terselubung dari penanganan bencana, dengan melupakan kejadian bencana pada masa lalu maka kita juga melupakan hal-hal yang bisa menyelamatkan hidup dan harta pada saat bencana menghantam. Dibutuhkan pengembangan simulasi-simulasi berbagai macam bencana yang mungkin menghantam negara kita agar kita selalu siap dalam menghadapi efek-efek bencana.

Siklus manajemen Bencana Dari siklus di atas, tenaga kesehatan masyarakat memiliki peran yang paling besar dibandingkan dengan peran tenaga kesehatan lainnya, yakni dimulai dari tahap rehabilitasi, rekonstruksi, mitigasi, hingga kesiapsiagaan menghadapi bencana sementara peran tenaga medis lebih besar dibutuhkan dalam merespon bencana. 1. Rehabiltasi merupakan upaya untuk mengembalikan struktur dan fungsi ke bentuk seperti semula (sebelum terjadinya bencana), seperti misalnya dalam pemulihan suplay air dan listrik, penyediaan tempat pembuangan, serta memulihkan sarana transportasi dan komunikasi.

6411410006

papper Sistem Tanggap Darurat

2. Rekonstruksi merupakan upaya untuk mengembalikan sistem dan struktur ke fungsi atau bentuk yang lebih baik dari sebelum terjadi bencana. Hal yang dilakukan dalam tahap ini di antaranya ialah seperti Penilaian awal dan re-evaluasi bencana, Imunisasi dan skrining, Pengelolaan air dan sanitasi dan lain sebagainya. 3. Mitigasi merupakan segenap usaha untuk meminimalisir kerugian dan resiko akibat bencana alam. Mitigasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : sebelum terjadi, ketika berlangsung dan setelah terjadi gempa bumi. 4. Kesiapsiagaan merupkan usaha komunitas maupun kelompok selalu siap siaga menghadapi yang terburuk dan agar tidak terjadi kepanikan masal.

6411410006

papper Sistem Tanggap Darurat

Daftar pustaka
http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/ImagesWeb/dampak_gempa3.gif http://kesehatandemu.blogspot.com/ http://www.berrydevanda.info/2009/09/mitigasi-bencana-gempa-bumi.html http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/12/7-tips-selamat-dari-gempa-bumi/ 3-post traumatic.pdf

6411410006

papper Sistem Tanggap Darurat

Anda mungkin juga menyukai