Anda di halaman 1dari 10

PAPER PENCEMARAN LAUT

Disusun Oleh: Febrika Larasati (115061101111001)

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2012

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini, pencemaran laut sering terjadi. Kejadian ini sering dikeluhkan oleh berbagai pihak karena dapat mngancam lingkungan. Kejadian ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kesalahan industri besar yang bersifat kurang peduli, kesalahan prosedur pembuangan limbah, dan kegiatan manusia yang berpotensi mencemari laut. Tingkat kemungkinan pencemaran lingkungan laut akan berbanding lurus dengan tingkat aktifitas manusia di laut. Artinya semakin tinggi aktifitas manusia, semakin besar kemungkinan laut akan tercemar. Pencemaran laut merupakan peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif asing ke dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya. Kasus pencemaran menyebabkan bahan kimia berbahaya dalam bentuk kecil dikonsumsi oleh plankton dan binatang dasar hingga terkonsentrasi dalam laut dan masuk ke dalam rantai makanan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai pencemaran laut. 1.2 Tujuan Tujuan dari paper pencemaran laut ini adalah untuk mengetahui sumber-sumber terjadinya pencemaran air laut dan dampak yang dihasilkan serta cara yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya. 1.3 Kegunaan Teoritis dan Praktis Di dalam menyusun makalah ini, penulis berharap nantinya makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi siapa saja, terutama yang bergelut di dalam bidang engineering. Secara praktis, penulis berharap makalah ini dapat berguna dan memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang pencemaran laut. 1.4 Metode Penulisan Di dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan dua metode penulisan, antara lain: Metode deskriptif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pencemaran laut. Penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan keterangan dari buku-buku, internet dan bahan lainnya/sumber lainnya yang ada hubungannya dengan pencemaran laut. 1.5 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari pencemaran air laut? 2. Apa saja sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya pencemaran laut? 3. Bagaimana cara menanggulangi pencemaran laut? 4. Bagaimana dampak dari adanya pencemaran laut?

BAB II ISI 2.1 Pencemaran Laut Pencemaran laut menurut PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut mempunyai pengertian atau definisi sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Masuknya polutan ke lingkungan laut bisa secara alami atau oleh kegiatan manusia (anthropogenic). Dari segi sebaran lokasi sumbemya, sumber pencemaran ada yang berupa point sources (sumber titik) dan non-point sources (sumber bukan titik). Dari segi lama kejadiannya, ada pencemaran yang bersifat relatjf instant atau seketika, dan ada yang kontinyu. Pencemaran laut dapat ditandai dengan terjadinya eutrofikasi (meningkatnya jumlah nutrisi yang disebabkan oleh polutan) dan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton atau algae di luar batas. Pencemaran laut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan. The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah secara signifikan (red tide) yang membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai. Pencemaran menyebabkan perairan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga alokasi pemanfaatannya akan berubah. Pencemaran laut di Indonesia tergolong tinggi dan menjadi ancaman bagi laut Indonesia serta potensi di dalamnya. Pencemaran laut ini terjadi hampir di seluruh pesisir lautan di Indonesia. Perairan Kota Tegal, Pati, dan Semarang menjadi muara sungaisungai yang tercemar logam berat. Di Pulau Lombok dan Sumbawa, sedikitnya 110 ribu ton tailing (limbah tambang) dibuang tiap harinya oleh sebuah perusahaan tambang multinasional. Di Kalimantan, pencemaran laut terjadi di Pulau Sebuku akibat operasi perusahaan tambang batu bara yang membuang air pencucian batu bara, tumpahan minyak, serta oli saat pengapalan ke sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Sekitar 110 km2 wilayah Papua tercemar akibat pertambangan emas. Pencemaran laut mengakibatkan pendapatan nelayan menurun, merusak keanekaragaman hayati, serta berdampak pada sektor pariwisata dikarenakan laut menjadi kotor. 2.2 Ekonomi Pencemaran Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan target Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar di dunia pada 2015, dengan perikanan budidaya sebagai ujung tombaknya dan perikanan tangkap juga sebagai unggulannya. Namun beberapa produk perikanan laut Indonesia mengalami penolakan pasar Uni Eropa karena pencemaran. Pada tahun 2006 sampai pertengahan tahun 2007, terjadi 17 kasus penolakan akibat pencemaran logam berat mercury (Hg), dan 7 kasus pencemaran logam berat cadmium (Cd) serta 1 kasus pencemaran logam berat timbal (Pb). Bahkan sejak

tahun 1999 produk kekerangan Indonesia dicekal masuk ke pasar Uni Eropa (DKP 2007), karena tidak dipanen dari perairan yang dinyatakan sebagai cerlified area (area penangkapan yang dinyatakan bebas dari cemaran logam berat, khususnya logam Hg, Pb, dan Cd, bakteri pathogen serta biotoxin). Pencekalan ini dapat dicabut apabila Indonesia dapat menunjukkan data klasifikasi perairan sebagai zona penangkapan kekerangan yang bersih dan dimonitor secara baik. Pada sektor pariwisata, pencemaran laut mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Misalnya, selama musim panas 1987 dan 1988, pembersihan pantai (debris wash-up) akibat pencemaran laut di New York dan New Jersey, Amerika Serikat, mengharuskan penutupan akses ke beberapa pantai, sehingga terjadi penurunan penggunaan pantai dan sporlfishing. Akumulasi kerugian ekonomi dari peristiwa ini diperkirakan mencapai $379,1 -$1597,8 juta (berdasarkan 1987$). Dari sisi resiko kesehatan, dewasa ini telah berkembang pemahaman hubungan kuantitatif antara keberadaan bakteri patogen di dalam air dengan resiko penyakit saluran pencernaan (gastroenteritis) pada pengguna perairan wisata renang. Studi kasus perairan Kepulauan Seribu menunjukkan bahwa peningkatan nilai ekonomi dapat diperoleh dengan perbaikan mutu perairan, yaitu nilai ekonomi yang diperoleh dari berkurangnya resiko kesehatan dan meningkatnya industri pariwisata dan perekonomian pendukungnya, serta perbaikan kondisi lingkungan. Di Indonesia, peristiwa tumpahan minyak juga banyak terjadi. Para ahli menghitung bahwa kerugian sosial, ekonomi dan lingkungan di perairan Indonesia yang mencapai luasan 70.000 km2 berkisar Rp. 17 Trilyun. Angka ini bisa bertambah jika memasukkan biaya investigasi, administrasi maupun legal. 2.3 Sumber dan Penyebab Pencemaran Laut Pencemaran laut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari lingkungan darat maupun laut, dintaranya: 1. Tumpahan Minyak Tumpahan minyak dapat memiliki pengaruh yang sangat buruk bagi perairan laut maupun bagi manusia. Limbah tumpahan minyak dapat menghalangi fitoplankton, rumput laut dan alga yang bersimbiosis dengan koloni karang (zooxanthellae) berfotosintesis karena sinar matahari tidak dapat menembus permukaan air yang tertutupi lapisan minyak. Dengan berkurangnya kemampuan fotosintesis maka banyak hewan laut kekurangan oksigen, apabila tumpahan minyak berada dalam jumlah besar maka kondisi perairan laut tersebut akan menjadi anoxic. Adanya pencemaran minyak diduga dapat mengurangi aktifitas fotosintesis oleh fitoplankton karena lapisan tipis minyak dipermukaan dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari dan mengurangi difusi oksigen. Selain itu, beberapa kandungan hidrokarbon dari minyak juga bersifat toksik terhadap fitoplankton. Limbah tumpahan minyak juga sangat berbahaya jika masuk ke dalam rantai makanan. Apabila hewan-hewan dan organisme lain di laut ini dikonsumsi oleh manusia, racun akan mengendap dalam tubuh dan dalam jangka panjang bisa mengakibatkan gangguan reproduksi dan kanker bahkan kematian seketika apabila racun yang terkandung dalam biota laut yang kita makan berada dalan jumlah besar. Bagi organisme laut sendiri tumpahan minyak yang beremulsi dengan massa air akan sangat berbahaya terutama bagi telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar. Selain menjadi racun bagi kehidupan laut, polycyclic aromatic hydrocarbon (PAHs) yang merupakan komponen-komponen

dalam minyak mentah, sangat sulit untuk dibersihkan, dan terendap selama bertahuntahun dalam sedimen dan lingkungan laut. Terdapat beberapa jalan masuk terjadinya pencemaran di laut. Jalan masuk tersebut berasal dari ladang minyak bawah laut, operasi kapal tanker, d ocking (Perbaikan/Perawatan Kapal), terminal bongkar muat tengah laut, tanki ballast dan tanki bahan bakar, Scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua, kecelakaan tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan), sumber di darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon (perkantoran & industri), tempat pembersihan (dari limbah pembuangan refinery ). 2. Limbah Rumah Tangga Limbah rumah tangga yang dirasa sangat berbahaya bagi lingkungan antara lain limbah bahan kimia baik dari MCK, emisi gas CO2 maupun aktifitas lain dan sampah plastik. Limbah plastik merupakan salah satu musuh besar yang banyak diperangi oleh berbagai pihak yang peduli terhadap lingkungan. Secara umum ada tiga jenis input utama limbah rumah tangga ke laut yaitu: langsung pembuangan limbah ke laut, air hujan, dan polutan yang dilepaskan dari atmosfer. 3. Plastik Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. 80% (Delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah plastik, massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton. Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun termakan. Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu jala yang sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, serta menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas. 4. Racun Selain plastik, ada masalah-masalah tertentu dengan racun yang tidak hancur dengan cepat di lingkungan laut. Terbagi dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium. Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jaringmakanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai jenis kehidupan air dalam proses yang disebut bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam dasar perairan, seperti muara dan teluk berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang terjadi di Teluk Minamata.

5. Buangan Kapal Kapal dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Antara lain melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan liar alam, dan air dari balast tank dapat menyebarkan ganggang/alga berbahaya dan spesies asing yang dapat mempengaruhi ekosistem lokal. Salah satu kasus terburuk dari satu spesies invasif menyebabkan kerugian bagi suatu ekosistem, yang tampaknya tidak berbahaya salah satunya adalah ubur-ubur. Mnemiopsis leidyi, suatu spesies ubur-ubur yang tersebar, hingga sekarang mendiami muara di banyak bagian dunia. Pertama kali ditemukan pada tahun 1982, dan diduga telah dibawa ke Laut Hitam dalam air pemberat kapal. Populasi ubur-ubur melonjak secara eksponensial dan pada tahun 1988, hal tersebut mendatangkan malapetaka atas industri perikanan lokal. 6. Eutrofikasi Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain. Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke lingkungan laut dan cendrung menumpuk di muara. 7. Peningkatan keasaman Lautan biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Karena kadar karbon dioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. 8. Polusi Kebisingan Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara. Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat).

2.4 Metode Penanganan Pencemaran Laut Penanggulangan pencemaran dilakukan ketika kejadian pencemaran telah terlanjur terjadi. Penanggulangan diarahkan untuk melokalisir dampak pencemaran, memindahkan bahan berbahaya ke tempat yang semestinya, dan membersihkan polutan dari lokasi pencemaran. metode penanggulangannya adalah: 1. Boom Ketika terjadi tumpahan minyak di permukaan laut, hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan cara menggiring minyak dengan boom, sejenis pagar/jaring mengapung yang ditahan oleh jangkar, atau diikatkan pada kapal-kapal atau benda-benda lain di pantai. Boom ini mencegah meluasnya sebagian besar minyak yang mengambang. Sebuah mesin yang dinamakan skimmer kemudian mengangkut minyak dari permukaan air dan menyedotnya melalui sebuah selang ke dalam tangki penampung limbah. 2. Teknologi Bioremedial Teknologi ini sudah dikembangkan sejak tahun 1998 oleh tim dari ITB yang bekerja sama dengan Balai Penelitian Kementrian Kelautan dan Perikanan. Bioremedial terdiri dari 100 macam bakteri dan mikroorganisme yang berbentuk seperti serbuk gergaji yang disebar untuk menyerap limbah minyak yang ada di permukaan laut. Proses penaburan hingga menyerap minyak dengan sempurna memakan waktu kurang lebih 1 minggu. Ketika teknologi bioremedial tersebut menyerap minyak, bakteri dan mikroorganisme yang ada akan menghasilkan semacam liur. Liur ini dapat dimanfaatkan untuk memisahkan air dan lumpur untuk menjernihkan air. Setelah menyerap minyak, serbuk ini dapat digunakan untuk pakan ikan laut dan udang. 3. Kasa Nonowire Kasa nanowire dapat menyerap cairan hidrofobik cairan mirip minyak yang ada dalam air. Tidak seperti material lain yang juga ikut menyerap air, selektifitas kasa nanowire untuk menyerap minyak sangat besar, yang menyebabkannya sangat efisien. Kasa dapat direndam selama 1-2 bulan dalam air dan tetap kering ketika diangkat dan di saat bersamaan jika terdapat kontaminan hidrofobik dalam air, kasa akan menyerapnya. Nanowire dibuat dari bahan kalium mangan oksida dan stabil pada temperatur tinggi. Akibatnya, minyak yang telah terserap pada membran dapat dipisahkan dihilangkan dengan pemanasan di atas titik didih minyak. Minyak kemudian akan menguap, untuk kemudian dikondensasi kembali ke bentuk cair. Membrandan minyakkemudian dapat digunakan kembali. Ada dua sifat penting yang menyebabkan sistem ini dapat bekerja. Pertama, nanowire memiliki bentuk seperti spaghetti dengan banyak pori-pori kecil yang membentuk kapilaritas yang baik, atau kemampuan menyerap cairan. Kedua, pelapis penolak air yang menjaga air untuk masuk ke dalam membran. Ini tidak mempengaruhi minyak, dan minyak dapat masuk ke dalam membran. 4. 3R / 3M Menggunakan produk-produk ramah lingkungan dan mengurangi sampah plastik dengan Reduce, Reuse, Recycle (Mengurangi, Menggunakan kembali, Mendaur ulang)

2.5 Dampak Pencemaran Laut Berikut adalah dampak yang ditimbulkan dari masuknya polutan ke dalam lingkungan laut: 1. Rusaknya estetika pantai Tumpahan minyak menghasilkan bau dari material minyak serta residu berwarna gelap yang terdampar di pantai yang akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Sebagian besar bagian pantai akan terkontaminasi dikarenakan penyebaran tumpahan minyak terjadi secara cepat. 2. Red tide Merupakan melonjaknya pertumbuhan fitoplankton yang disebut Trichodesmium secara tidak terkendali sehingga mengubah warna permukaan air laut menjadi kecoklatan, kuning, hingga merah. Efek terjadinya red tide ditunjukkan oleh penurunan kadar oksigen serta meningkatnya kadar toksin yang menyebabkan matinya biota laut, penurunan kualitas air, serta menganggu kestabilan populasi organisme laut. 3. Peningkatan emisi CO2 Pengingkatan emisi CO2 memberi efek peningkatan kadar keasaman laut. Salah satu fungsi laut adalah sebagai penyerap dan penetral CO 2 terbesar di bumi. Saat CO 2 di atmosfir meningkat maka laut juga akan menyerap lebih banyak CO 2 yang mengakibatkan meningkatnya derajat keasaman laut. Hal ini mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang. Jika hal ini berlangsung secara terus menerus maka hewan-hewan tersebut akan punah dalam jangka waktu dekat. 4. Terakumulasinya bahan beracun Salah satu bahan beracun di dalam laut berasal dari limbah plastik. Bahan beracun yang digunakan dalam pembuatan bahan plastik dapat terurai dan masuk ke lingkungan ketika terkena air. Racun ini bersifat hidrofobik (berikatan dengan air) dan menyebar di permukaan laut. Dengan demikian plastik jauh lebih mematikan di laut daripada di darat. Kontaminan hidrofobik juga dapat terakumulasi pada jaringan lemak, sehingga racun plastik diketahui mengganggu sistem endokrin ketika dikonsumsi, serta dapat menekan sistem kekebalan tubuh atau menurunkan tingkat reproduksi.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pencemaran laut pada umumnya terjadi akibat dari aktifitas yang dilakukan oleh manusia, baik itu berupa padatan, cairan, ataupun gas. Oleh karenanya harus ada pencegahan atau penanggulangan yang dilakukan agar pencemaran laut berkurang dari waktu ke waktu, karena kalau tidak dicegah, akan banyak dampak-dampak negatif yang akan timbul dalam jangka waktu tertentu. Selain itu harus ada kesadaran dalam diri manusia untuk tetap melestarikan laut, agar kekayaan alam yang ada di laut tetap bias terjaga. 3.2 Saran Saran penulis kepada penulis sendiri, pembaca dan seluruh rakyat Indonesia agar tetap menjaga kelestarian laut Indonesia karena akhir-akhir ini sudah banyak wilayah laut yang mulai tercemar.

DAFTAR PUSTAKA Cabelli, V.J., Levin, MA, Dufour, A.P., 1982. Estuarine Infectious Disease. Ocean Disposal of Municipal Wastewaters Impacts on the Coastal Environment, Vol 1 : 519-576. Mukadar, S., Mukhtasor, Aunurohim, 2008. Studi Bioakumulasi Logam Berat (Hg, Cd dan Pb) pada Kekerangan di Pesisir Sidoado, Seminar Nasional Pascasarjana VIII-ITS 2008. Mukhtasor dan Maulidiyah, 2005, Analisis Resiko Kesehatan dan Biaya Pengolahan Limbah pada Evaluasi Baku Mutu Air Laut untuk Bakteri Escherichia coli (Studi Kasus: Daerah Wisata Kepulauan Seribu Jakarta), Jurnal Teknologi Kelautan (terakreditasi), ISSN: . 1410-2919, 9 (2): 92 -98. Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. Jakarta: LIPI Press. Ofiara, D. D. and Seneca J. J., 2006, Review: Biological Effects and Subsequent Economic Effects and Losses from Marine Pollution and Degradations in Marine Environments: Implications from The Literature, Marine Polluton Bulletin 52, p.844-864. PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut http://ciluk-ba.com/teknologi-untuk-membersihkan-pencemaran-air-laut-buatan-indonesia/ http://www.goblue.or.id/mengenal-pencemaran-laut-1 http://www.nanotech.co.id

Anda mungkin juga menyukai