Anda di halaman 1dari 5

Periodontic Journal Vol. 1 No.

2 Jan-June 2010; 1-5

Research Report Terdapat hubungan keparahan resesi gingiva terhadap tingkat usia dan macam gigi
1

Bernadeta BWW1, Poernomo Agus W2 Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi 2 Staf Pengajar Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga Surabaya - Indonesia

ABSTRACT The abnormality mostly found in the oral cavity is the periodontal disease (50-90%). It is a kind of disease which affects the dental supporting tissue, like: gingiva, sementum, ligamen periodontal and prosesus alveolaris. One type of periodontal diseases which is mostly found is gingival ressesion. This disease can be found on the people of any ages. The older the patients are, the more serious the diseases are. In the oral cavity, gingival ressesion can be found in only one tooth, some of the teeth or even all teeth. In this research, the researcher would like to investigate the degree of gingival ressesion disease due to the kind of teeth and the age of the patients. The sample is taken from 51 patients who come to the Dental Medicine Faculty of Airlangga University. They have the criteria as follows; male or female, 20 to 60 years old, good general health, having no sistemic abnormality and having complete teeth arrangement. The examination is done over the labial and lingual surface of the whole teeth on both upper and lower jaws by using probe. The correlative examination done between the individual ressesion and the age of the patients shows a weak correlation. There is, however, a significant value on the seriousness condition of gingival ressesion based on the kind of teeth. Get r = 0, 4515 that showed there is a relationship between the seriousness condition of gingival ressesion and the age of the patients. The value of F = 13,724 in maxilla and F = 20,280 in mandibula that showed there is also a meaningful significant value of the seriousness condition of gingival ressesion on each kind of teeth. Key words : gingival ressesion, seriousness condition, kind of teeth, age. Korespondensi (correspondence): Bernadeta BWW, Bagian Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jl.Prof. Dr. Moestopo 47, Surabaya, Indonesia.

PENDAHULUAN Menurut Glickman, mukosa rongga mulut terdiri dari tiga daerah, yaitu: Masticatory mucosa, yang meliputi gingiva dan palatum durum; Specialized mucosa, yang meliputi mukosa lidah; serta Linning mucosa. Glickman juga menyatakan bahwa gingiva adalah bagian dari rongga mulut yang menutupi prosesus alveolaris dari rahang dan mengelilingi leher gigi. Dimana secara anatomi gingiva terbagi atas free gingiva dan attached gingiva. Free gingiva terdiri dari marginal gingiva dan interdental papil.1 Gingiva normal menurut Glickman, mempunyai tanda-tanda antara lain: warna dari attached gingiva dan marginal gingiva merah muda, terdapat stippling pada permukaan attached gingiva, permukaan free gingival margin halus, konsistensi gingiva padat dan kenyal serta melekat erat pada jaringan gingiva di bawahnya.1

Gambar 1. Gambar gingiva normal sebagai bagian dari jaringan penyangga gigi.14

Resesi gingiva Resesi gingiva didefinisikan sebagai terbukanya permukaan akar gigi oleh karena gingiva terletak

Periodontic Journal Vol. 1 No. 2 Jan-June 2010; 1-5

lebih ke apikal.1,6 Akar yang terbuka mengakibatkan reaksi dentin yang sensitif.3,4 Untuk dapat mengerti apa yang dimaksud dengan resesi harus dibedakan antara resesi yang kelihatan dan resesi yang sebenarnya. Resesi yang kelihatan adalah antara cemento enamel junction dan puncak margin gingiva. Sedangkan resesi yang sebenarnya adalah antara cemento enamel juction dan epithelial attachment. Keparahan dari resesi ditentukan oleh resesi yang sebenarnya.1

Gambar 2. Keadaan gingiva yang mengalami resesi gingiva.14

Dari hasil pengamatan yang dilakukan Gorman, pada kelompok usia 16-25 tahun, dari 40 wanita dan 37 pria didapatkan 62% resesi gingiva dengan frekuensi terbesar pada pria. Secara klinis resesi gingiva lebih sering terlihat pada permukaan kaninus dan premolar atas. Pada kelompok usia 26-35 tahun, dari 21 wanita dan 20 pria didapatkan 905 resesi gingiva dengan frekuensi perluasan lebih besar pada pria. Ditemukan lebih sering pada permukaan fasial kaninus dan premolar atas. Pada kelompok usia 3645 tahun, dari 13 wanita dan 13 pria didapatkan 92% resesi dengan perluasan resesi pada pria lebih besar, juga sering mengenai permukaan fasial kaninus dan premolar atas. Sedang pada kelompok usia 46-86 tahun, dari 13 wanita dan 7 pria didapatkan 53% resesi, dimana pria dan wanita memperlihatkan frekuensi kurang lebih sama. Pada kelompok ini sering ditemukan pada fasial kaninus dan premolar tetapi dengan frekuensi yang hampir sama pada rahang atas dan rahang bawah.2 Menurut pendapat Gorman resesi gingiva dapat disebabkan karena proses fisiologis, patologis atau kombinasi keduanya. Yang dimaksud resesi karena faktor fisiologis adalah terjadinya resesi tanpa keradangan atau trauma oklusi. Sedangkan resesi patologis adalah terbukanya akar gigi yang

berlebihan karena trauma oklusi dan keradangan, termasuk juga oleh trauma sikat gigi dan akumulasi plak.1,5,17 Watson mempelajari etiologi gingiva dalam berbagai hal yaitu, faktor anatomi, fisiologi, patologi dan faktor lain. Faktor anatomi yang mempengaruhi resesi gingiva adalah posisi gigi abnormal di lengkung rahang, jalur erupsi gigi dan bentuk gigi itu sendiri. Ditemukan juga 80% kasus resesi gingiva disertai ketidakteraturan ortodontik minor.9 Alveolar plate yang lebih tipis daripada normal dikatakan lebih peka terhadap resesi. Pada tulang yang tipis atau memendek pada daerah servikal, margin gingiva yang tidak didukung akan mengalami resesi karena pengunyahan.1 Individu dengan periodontal yang tipis lebih mudah mengalami resesi dibanding dengan individu yang memiliki struktur jaringan periodontal yang tebal.7 Ditemukan juga adanya hubungan antara resesi papila sentral dengan usia, dimana resesi papila sentral meningkat bersama dengan usia.8 Menurut Watson resesi merupakan perubahan senil pada periodonsium yang termasuk proses fisiologis, dimana akan meningkat seiring usia yang meningkat. Hal ini didukung pendapat Grant bahwa resesi dari margin gingiva terjadi secara perlahan seiring usia. Dimana pada usia lanjut terjadi penurunan margin gingiva, papil yang datar serta daerah embrasur yang meluas pada keadaan rongga mulut yang sehat.9,10,15,18 Resesi dapat terjadi setelah adanya plak penyebab penyakit periodontal. Jika diawali penyakit periodontal atau adanya plak dan poket, dapat dikatakan bahwa resesi merupakan hasil dari keradangan penyakit periodontal.10,16,18 Faktor lain yang juga dapat menjadi penyebab resesi adalah trauma uklusal yang belebihan, penggunaan sikat gigi secara kuat dalam arah horisontal dengan sikat gigi yang keras sering terjadi pada kaninus kiri dari orang yang menggunakan tangan kanan.1,10,14 Pada gigi yang terletak pada posisi yang benar didapatkan permukaan labial lebih banyak mengalami resesi daripada lingual. Banyak terdapat resesi pada insisif rahang bawah dimana keratinisasi gingiva adalah 1mm atau kurang. Dengan berkurangnya luas keratinisasi resesi gingiva semakin meningkat. Insisif lateral kiri juga mengalami resesi lebih banyak dibanding insisif lateral kanan, sedangkan insisiv sentral lebih sering daripada insisiv lateral. Perbedaan ini signifikan.1,11 BAHAN DAN METODE Sampel diambil dari penderita yang datang di kamar terima Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Periodontic Journal Vol. 1 No. 2 Jan-June 2010; 1-5

Airlangga Surabaya, dengan kriteria penderita pria dan wanita usia antara 20-60 tahun dan keadaan umum baik, tidak memiliki kelainan sistemik dengan jumlah gigi lengkap. Didapatkan sampel sebanyak 51 orang. Penderita diperiksa secara klinis dengan kaca mulut pada dental chair dengan penerangan operating lamp. Pemeriksaan dilakukan pada permukaan labial dan lingual seluruh gigi regio rahang atas dan rahang bawah. Dilakukan pengukuran dengan dengan menggunakan probe, dengan cemento enamel junction sebagai garis dasar. Hal ini didasarkan pada definisi umum tentang gingiva normal yang menyatakan bahwa margin gingiva sekeliling gigi terletak pada enamel 0,5-2 mm koronal dari cemento enamel junction. Sedangkan resesi gingiva ditetapkan sebagai terbukanya akar antara epithelial attachment dan cemento enamel juction.1,9 Bila pada gigi didapatkan adanya kalkulus, maka untuk melakukan pengukuran dilakukan scalling terlebih dahulu. Pada pengukuran, nilai pecahan > 0,5 mm dibulatkan menjadi angka besar, sedangkan < 0,5 mm dibulatkan menjadi angka kecil. Nilai dari tiap gigi yang mengalami resesi dicatat. Resesi diukur pada permukaan labial dan lingual, nilai yang tertinggi dari permukaan labial atau lingual dicatat sebagai nilai gigi tersebut.

penderita. Dimana didapatkan adanya hubungan yang lemah karena menunjukkan hasil r = 0,4515.

Tabel 1. Nilai rata-rata resesi individu menurut umur.

Nilai rata-rata resesi (mm) 1 20 25 0,5853 2 26 30 0,7035 3 31 35 0,8928 0,4214 4 36 40 0,8214 5 41 45 6 46 50 0,7857 7 51 55 1,1950 8 56 60 2,4286 Sedangkan untuk melihat keparahan resesi berdasarkan macam gigi, dilakukan uji anova. Pada gigi rahang atas dari hasil perhitungan didapatkan nilai F = 13,724. Dimana bila dibandingkan dengan nilai Ft5%, maka nilai tersebut adalah lebih besar. Sedangkan nilai P yang diperoleh menunjukkan angka sangat kecil yaitu lebih kecil dari harga . Karena nilai F> Ft5% dan harga P<0,05. Dapat diartikan bahwa perbedaan nilai keparahan masingmasing gigi bermakna. Pada rahang bawah, didapatkan nilai F = 20,280 dimana juga lebih besar dari nilai Ft5%. Harga P juga menunjukkan hasil yang sangat kecil yaitu lebih kecil dari harga . Karena nilai F>Ft5% dan harga P<0,05, dapat diartikan bahwa nilai masingmasing gigi bermakna.
Tabel 2. Nilai rata-rata resesi berdasarkan macam gigi.

No

Umur (th)

No Gambar 3. Cara pengukuran probe.14 menggunakan

Macam gigi

HASIL Hasil yang didapat dari pemeriksaan secara klinis terhadap penderita yang datang ke kamar terima, yaitu 51 orang, berusia antara 20-60 tahun yang mengalami resesi gingiva dengan keadaan gigi yang masih lengkap. Untuk mengetahui adanya hubungan antara keparahan resesi gingiva dengan tingkat usia penderita, dilakukan uji korelasi antara rata-rata resesi individu dengan tingkat usia

1 I1 102 I2 2 102 C 3 102 P1 4 102 P2 5 102 M1 6 102 M2 7 102 Keterangan : N = jumlah sampel tiap macam gigi

Rahang atas (mm) 0,0980 0,0588 0,4020 1,0588 0,8039 1,2157 0,3922

Rahang bawah (mm) 1,0098 0,6471 0,8627 2,0000 1,4902 0,4314 0,0980

= Nilai rata-rata resesi gingiva tiap macam gigi

Periodontic Journal Vol. 1 No. 2 Jan-June 2010; 1-5

PEMBAHASAN Pada penelitian ini didapatkan antara keparahan resesi gingiva dan tingkat usia penderita ada hubungan yang lemah. Sehingga dapat diartikan bahwa pada penelitian ini terjadi peningkatan keparahan resesi seiring dengan meningkatnya usia penderita. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Watson yang menyatakan bahwa resesi meningkat seiring usia yang meningkat.10 begitu juga dengan pendapat Grant dkk yang menyatakan bahwa resesi dari margin gingiva terjadi secara perlahan seiring usia.9 Sedangkan hubungan yang lemah, yang terjadi antara keparahan resesi gingiva dengan tingkat usia pada hasil penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan rongga mulut. Sesuai dengan Carranza dan Perry yang menyatakan bahwa resesi gingiva pada usia tertentu lebih dipengaruhi oleh penyakit atau faktor lingkungan rongga mulut, daripada usia fisiologis. Meskipun resesi gingiva pada umumnya terjadi sesuai usia, tidak selalu terjadi pada setiap orang dan bervariasi secara luas pada kelompok usia yang sama.1 Hasil dari penelitian ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh cara pemilihan sampel yang dilakukan, dimana dalam penelitian ini tidak ada bias atau seleksi untuk kriteria tentang latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, kebersihan mulut dan lain debagainya. Hal ini dapat dilihat bahwa dari data yang didapat, penderita dengan usia yang lebih muda (20-30 tahun) mempunyai nilai resesi yang cukup tinggi. Sedangkan pada penderita yang lebih tua kadang dijumpai nilai resesi gingiva yang rendah. Keadaan ini mungkin dipengaruhi oleh perbedaan kebersihan mulut tiap individu yang kemungkinan berhubungan juga dengan faktor pendidikan, sosial ekonomi dan beberapa faktor lain. Keadaan tersebut didukung oleh pendapat Mac Phee dan Cowley yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal itu bervariasi dari benua ke benua, dari negara ke negara serta dari masyarakat ke masyarakat. Variasi dari penyakit periodontal dihubungkan dengan usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, status sosial ekonomi, kebersihan mulut dan beberapa faktor lain.12 Sedangkan terhadap macam gigi, tingkat keparahan resesi gingiva dijumpai adanya perbedaan yang bermakna. Karena dalam perhitungan diperoleh nilai keparahan yang berbeda pada tiap gigi, pada rahang atas didapatkan gigi premolar pertama dan molar pertama dengan nilai keparahan yang cukup berarti, sedangkan pada rahang bawah nilai resesi yang cukup berarti dijumpai pada premolar pertama, premolar kedua dan insisif.

Pada gigi molar pertama rahang atas mempunyai nilai resesi yang cukup berarti, hal ini kemungkinan karena sering terjadi penumpukan kalkulus terutama pada sisi bukal gigi tersebut. Sesuai dengan pernyataan Grant dkk yang menyatakan bahwa efek tersering dari saliva pada plak adalah mineralisasi pembentukan kalkulus, dimana penumpukan paling cepat dan terbanyak dekat muara kelenjar saliva.9 Carranza juga menyatakan bahwa kalkulus supra gingiva terjadi paling sering dan dalam jumlah terbanyak pada permukaan bukal molar atas dekat Stensens duct.1 Pembentukan kalkulus sendiri adalah proses mineralisasi dari perlekatan plak oleh garam-garam mineral dari saliva.1 Grant dkk juga berpendapat bahwa resesi gingiva terjadi akibat adanya iritasi yang disebabkan oleh plak dan kalkulus.9,16,17 Premolar pertama rahang atas juga mempunyai nilai resesi yang cukup berarti, hal ini sesuai dengan pendapat Saul dkk yang menyatakan bahwa premolar pertama sering mempunyai groove pada permukaan akar sebelah mesial yang mempersulit pembersihan plak dan pemeliharaannya sehingga mudah terjadi penyakit periodontal.13 Pada rahang bawah, resesi yang cukup berarti dialami oleh gigi premolar pertama dan kedua, sering tanpa disertai adanya keradangan maupun kalkulus. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh penggunaan sikat gigi yang kurang tepat dan terlalu kuat. Sesuai pernyataan Saul dkk bahwa penggunaan sikat gigi yang terlalu keras dalam arah horisontal sering menimbulkan resesi dengan frekuensi terbanyak pada kaninus yang menonjol dan premolar.13 Terjadinya resesi pada premolar pertama rahang atas serta premolar pertama dan kedua rahang bawah kemungkinan juga berkaitan dengan luas attached gingiva pada daerah premolar. Carranza dan Perry menyatakan bahwa luas attached gingiva yang tipis atau sempit merupakan salah satu faktor pendukung resesi.1,2 Pada insisif pertama rahang bawah juga dijumpai nilai resesi yang cukup berarti, kemungkinan disebabkan oleh adanya kalkulus yang sering terjadi pada sisi lingual. Sesuai dengan pendapat Stoner dan Mazdyasna yang menyatakan bahwa pengumpulan plak dan karang gigi sering terlihat pada regio insisif rahang bawah.11 Timbulnya kalkulus pada insisif rahang bawah tersebut berkaitan dengan adanya muara kelenjar submandibularis. Hal ini didukung oleh pendapat Carranza yang menyatakan bahwa kalkulus supra gingiva terjadi paling sering dan dalam jumlah banyak dekat

Periodontic Journal Vol. 1 No. 2 Jan-June 2010; 1-5

Wartons duct pada permukaan lingual gigi anterior, dimana insisif sentral lebih banyak daripada lateral.1 Selain adanya kalkulus sering juga dijumpai insisif dengan keadaan maloklusi pada gigi yang mengalami resesi. Hal ini didukung oleh Grant dkk yang menemukan bahwa retensi plak dan makanan didukung oleh ketidakteraturan posisi gigi dan kemiringannya, dimana resesi dapat terjadi setelah adanya plak penyebab penyakit periodontal.9 Dari data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, dengan menggunakan uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara keparahan resesi gingiva dengan tingkat usia penderita. Sedangkan dengan menggunakan uji statistik analysis of variance, diperoleh adanya perbedaan yang bermakna dari nilai keparahan resesi gingiva yang terjadi pada tiap macam gigi. Terdapat hubungan antara tingkat keparahan resesi gingiva dengan tingkat usia penderita. Semakin meningkat usia penderita semakin tinggi tingkat keparahan resesi gingiva. Ada perbedaan bermakna antara tingkat keparahan resesi gingiva pada tiap macam gigi. DAFTAR PUSTAKA 1. Carranza F.A Glickmans. Clinical periodontology. 6th ed. Philadelphia-LondonToronto: WB Saunders Co; 1984. p.3,100-3,396402. 2. Gorman HM and Cohen DW. Periodontal therapy. 6th ed. St Louis-Toronto-London: The CV Mosby Company; 1980. p.131. 3. Julio C Jolly et all. root coverage in isolated gingival recessions ussing autograft versus allograft a pilot study. Journal of Periodontologi 2007:1017. 4. Al-Wahadni A, Linden GJ. Dentine hypersensitivitin. Jordanian dental attenders. A case control study. J Clin Periodontol 2002:29:688-93. 5. Baker DL, Seymor Gj. The possible patogenesis of gingival recession. J. Clin Periodontol 1976 :3: 208-219. 6. Van Palestein Helderman WH, Lembariti BS, van der Weijden GA, van Hof MA. Gingival recession and its association with calcullus in subjects deprived of prophylactic dental care. J Clin Periodontol 1998:25:106-11. 7. Ollson M and Lindhe J. Periodontal characteristics in individual with varrying from of the upper central incisors. J Clin Periodontol 1991:18: 78-82. 8. Li Ching Chang, Dept of Dentistry Chang Gung Memorial Hospital, Taiwan Rep of China. The

association between embrasure morphology and central papilla recession. J Clin Periodontol 2007: 34:432-6. 9. Grant DA, Irving BS, Everett FG. Periodontics in tradition of orban and gotlieb. St Louis Toronto-London: The CV Mosby Company; 1979:127,373-88. 10. Watson. Gingival recession. J of Dentistry 1984:12:29-33. 11. Stoner J.E and Mazdyasna S. Gingival recession in the lower region of 15 year old subjects. J of Periodontol 1980:15: 75. 12. Mac Phee T and Cowley G. Essentials of periodontologi and periodontics. 2nd ed. Black well Scientific Publications; 1975. p.271. 13. Saul S Youdelis R, Page RC, Johnson RH. Periodontal disease. 2nd ed. PhiladelphiaLondon: 1990. p.5,102. 14. Sofia Ariani. Hubungan antara kebiasaan menyikat gigi dengan lebar resesi gingiva pada wanita usia 20-39 tahun di kelurahan Purwosari kecamatan kota Kudus kabupaten Kudus. http: www. Qqq.fkm.undip.ac.id 15. Drumond J, Newton J and Scott J. Orofacial ageing in Barnes. IE and Walls, A Gerondotology. Oxford: Wright; 1994. p.17-28. 16. Ship JA, MS And Glick M Burkets. Oral medicinediagnosis and treatment. 10th ed. Decker Elsevier; 2003. p.605-22. 17. Triantos D. Intra oral findings and general health conditions among institutionalized alderly in greece. J Oral Pathology Med 2005:34: 577-82. 18. Bernadetta Esti Chrismawaty. Pengaruh proses penuaan dan manifestasinya pada jaringan rongga mulut. Maj Ked Gigi Des 2007:14(2): 160-88.

Anda mungkin juga menyukai