Anda di halaman 1dari 6

Fannisa Putri 240210110028 Kelompok 5A V.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Menurut Cahyadi (2006) pengertian bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan. Menurut Codex Alimentarius (Eropa) bahan tambahan makanan adalah bahan-bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan atau biasanya tidak dipakai sebagai campuran khusus makanan, dapat bergizi atau tidak, dan penambahanya bertujuan membantu teknologi menyiapan bahan, pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengemasan, mengangkutan dan penyimpanan produk makanan olahan dengan hasil yang mempunyai berdampak positif terhadap karakteristik makanan tersebut. Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta memudahkan preparasi bahan tambahan. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : 1. Bahan tambahan pangan ynag ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dengan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai contoh: pengawet, pewarna, dan pengeras. 2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh: residu pestisida, antibiotik dan hidrokarbon aromatik polisiklis.

Fannisa Putri 240210110028 Kelompok 5A 5.1 Identifikasi Pewarna Tekstil Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Pewarna sintetik merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil, dan kertas. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta pewarna tekstil dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Pewarna tekstil ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan pewarna tekstil dalam makanan masih terdapat di lapangan. Beberapa sifat berbahaya dari pewarna tekstil seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur pewarna tekstil kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia. Pada pengujian pewarna tekstil, diambil sampel dilarutkan dalam air kemudian filtrat dipipet dan diteteskan ke kertas saring yang diberi batasan dan direndam di aquades dalam tabung kaca. Setelah itu diamati elusi yang terbentuk. Untuk pewarna tekstil tidak akan terbentuk elusi karena pewarna tekstil tidak larut dapat air. Sedangkan pewarna alami akan terbentuk elusi karena zat warna pada pewarna alami larut dalam air.

Fannisa Putri 240210110028 Kelompok 5A Menurut Cahyadi (2006) kemampuan zat pewarna tekstil yang berbeda dengan zat pewarna pangan sintetis, diantaranya daya kelarutannya dalam air berbeda. Zat pewarna tekstil bersifat tidak larut dalam air. Pemakaian bahan pewarna pangan sintesis dalam pangan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan mungkin member dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Beberapa hal yang mungkin memberi dampak negatif tersebut terjadi bila: 1. Bahan pewarna sintesis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang. 2. Bahan pewarna sintesis dimakan dalam jangka waktu lama. 3. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat baadan, mutu pangan seharihari, dan keadaan fisik. 4. Berbagai lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintesis secara berlebihan. 5. Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi syarat.

5.2 Identifikasi Boraks dalam Bahan Pangan Asam Borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama bleng, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama pijer. Ditambahkan / digunakan ke dalam pangan atau bahan pangan sebagai pengenyal ataupun sebagai pengawet. Boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Sifatnya berwarna putih dan sedikit larut dalam air. Boraks (Na2B4O7.10H2O) berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq dengan sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Boraks merupakan garam natrium berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol, dan memiliki pH 9,5. Boraks digunakan di berbagai industri non pangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Selain itu boraks dan asam borat (H3BO3) digunakan untuk deterjen, mengurangi kesadahan, dan antiseptik lemah.

Fannisa Putri 240210110028 Kelompok 5A Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah. Pada pengujian boraks dalam bahan pangan, 5 gram sampel diabukan didalam tanur selama 1,5 jam pada suhu 600 . Setelah dingin kembali sampel

yang telah menjadi abu di beri 8 tetes H2SO4 pekat dan 1 ml metanol. Kemudian dibakar dan diamati warna nyala api yang terbentuk. Berdasarkan hasil pengamatan, dari 3 sampel yang diuji hanya 1 sampel sosis charm yang tidak mengandung boraks karena tidak terbentuk api hijau saat dibakar, sedangkan 2 sampel lainnya membentuk api berwarna hijau saat dibakar yang berarti positif mengandung boraks yakni sosis pasar dan sosis farmhouse.. Pemakaian boraks secara berulang atau absorbsi berlebihan dapat mengakibatkan toksik (keracunan). Gejala dapat berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala, rash erythematous, bahakan dapat menimbulkan shock. Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15 25 gram, sedangkan pada anak dosis 5-6 gram.

Fannisa Putri 240210110028 Kelompok 5A V. KESIMPULAN

Bahan tambahan pangan adalah zat yang secara sengaja atau tidak ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan atau

mempertahankan mutu makanan. Pewarna tekstil merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil, dan kertas tetapi sering ditambahkan kedalam makanan sehingga berbahaya untuk tubuh. Makanan yang mengandung pewarna tekstil tidak akan membentuk elusi pada kertas saring saat diuji. Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus tetapi berbahaya untuk tubuh. Makanan yang mengandung boraks akan membentuk api hijau dan dari 3 sampel ada 2 sampel yang positif mengandung boraks.

Fannisa Putri 240210110028 Kelompok 5A DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2006. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara. Deman, J.M., 1997. Kimia Makanan. Edisi kedua. Penerbit ITB Bandung. Thahjadi, C. dan H. Marta. 2008. Pengantar Teknologi Pangan : Volume 1 & 2. Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran. Winarno, F.G. 2004. Keamanan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. P.T. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai