Anda di halaman 1dari 29

CASE REPORT Asuhan Keperawatan Klimakterium Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Urinary I

Oleh: KELOMPOK TUTORIAL XII


Annisa Nur Arifiani Jelita Puspa Nirwana Restu Pratama W Sherly Marsella Dea arista Suci Perdana Putri Aisah Syayidah Anah Rostianah Tri Nur Wijayanti Herti R Pardede Novi Hermawati (220110100035) (220110100011) (220110100055) (220110100059) (220110100047) (220110100071) (220110100083) (220110100095) (220110100131) (220110100119) (220110100107)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan klimakterium. Laporan kasus yang kami buat, bertujuan agar kita semua dapat lebih memahami mengenai konsep penyakit dan asuhan keperawatan klimakterium yang dilakukan oleh perawat. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses keperawatan. Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Reproduksi I yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat laporan kasus ini, serta rekan-rekan yang telah membantu kelancaran pembuatan laporan ini. Amin.

Jatinangor , 2013

Kelompok Tutorial XII

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii BAB I KASUS PEMICU 1.1 Mind Map ............................................................................................................ 1.2 Learning Objective .............................................................................................. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Penyakit .................................................................................................. 2.2 Penatalaksanaan ................................................................................................... 2.3 Patofisiologi ......................................................................................................... 2.4 Asuhan keperawatan ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

BAB I KASUS PEMICU Ny. N 49 tahun, ibu rumah tangga datang ke poli kebidanan dengan keluhan menstruasi tidak teratur tiap bulannya. TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit, RR 20x/menit, T 37,2 C. Klien mengatakan sering timbul gatal pada vagina dan nyeri waktu senggama. Klien mengatakan akhir-akhir ini sering merasa ada gejala panas sehingga sering berkeringat banyak yang membuatnya merasa tidak nyaman dan sulit tidur. Klien mengatakan perasaannya akhirakhir ini menjadi mudah tersinggung, gelisah, dan mudah marah. Padahal ia merupakan ibu yang biasanya sabar. Apalagi setelah anaknya yang cuma satu-satunya menikah dan pindah rumah, ia merasa kalau anaknya mulai tidak peduli padanya, anaknya hanya memperhatikan istri dan cucunya saja. Anaknya mulai jarang berkunjung kerumahnya, kalau ditelepon sering tidak diangkat. Ia juga merasa tidak diperhatikan oleh suaminya yang usianya sama dengannya. Suaminya lebih memperhatikan mobilnya dibanding klien. Klien mengatakan dengan keadaannya sekarang, ia menjadi takut jika suaminya tidak menyukainya lagi, apalagi ia sering menolak untuk berhubungan suami istri karena adanya nyeri. Klien mengatakan, menurut tetangganya dengan bertambahnya usia maka kehidupan seks wanita biasanya akan berakhir, dimana sudah tidak ada gairah lagi. Ia menjadi makin cemas memikirkan hal tersebut, apalagi tetangganya juga mengatakan bahwa makin lama seorang wanita yang mulai menua akan mengalami sakitsakitan dibanding dengan laki-laki pada usia yang sama dimana laki-laki akan terlihat lebih sehat dan gagah.

1.1 Mind Map


usia

Pengaruh metabolism e

Perubahan hormon

Mens tak teratur

Gejolak panas

Emosi tak stabil

Gatal dan nyeri

berkeringat TD, RR,T Meningka t Sulit tidur

Merasa anak+suami tdkmmprhtkn

ansietas

Menolak ajakan suami

Gangguan rasa nyaman

Gangguan pemenuhan kebutuhan seksual

Menopaus ee

1.2 Learning Objective / Learning Outcomes 1. Tahapan menopause

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit ISK (Infeksi Saluran Kemih) 1. Definisi Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non reproduktif. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun. Klimakterium pekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita umur kurang dari 40 tahun. Klimakterium adalah suatu fase proses penuaan yang wanita lewati dari masa subur ke masa tidak subur. Menopause adalah kehidupan setelah menstruasi terakhir. Karena itu premenopause adalah fase kehidupan wanita sebelum menopause dan pascamenopause adalah fase kehidupan setelah menopause. Menopause terjadi jika respon oosit terhadap gonadotropin menghilang. Umur menopause berhubungan dengan latar belakang kesehatan genetik dan tidak berhubungan dengan umur menarke, tinggi badan, berat badan, paritas, atau penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang. (Ralph, 2009 : 655) Menopause (klimakterium) adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita dimana ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti serta pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesteron) berkurang. (Dewi, 2006)

Menopause adalah titik dimana menstruasi berhenti, usia rata-rata menopause adalah 51,4 tahun tetapi wanita 10% berhenti menstruasi pada usia 40 tahun dan 5% tidak berhenti sampai usia 60 tahun. Menopause bedah terjadi akibat histerektomi dan ooforektomi bilateral. (Bobak, 2005) Menopause terjadi pada wanita sewaktu ovariumnya tidak lagi berespon terhadap LH (Luteinizing Hormon) dan FSH (Folikel Stimulating Hormon) dengan membentuk estrogen dan progesteron. (Corwin, 2001) Menopause sebenarnya terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir. Tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seorang wanita tidak mengalami siklus minimal 12 bulan. Biasanya ketika mendekati masa menopause, lama dan banyaknya darah yang keluar pada siklus menstruasi cenderung bervariasi, tidak seperti biasanya. Pada beberapa wanita, aktivitas menstruasi berhenti secara tiba-tiba, tetapi biasanya berhenti secara bertahap (baik jumlah maupun lamanya) dan jarak antara 2 siklus menjadi lebh dekat atau lebih jarang. Ketidakteraturan ini terjadi selama 2-3 tahun sebelum akhirnya siklusnya berhenti. (Diputra, 2006)

2. Etiologi Perubahan hormon pada menopause Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen. Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon

FSH dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin menurun. Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks. Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan

gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi antara hipotalamushipofisis terganggu. Pertama-pertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik. Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi, estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa

pramenopause menurun menjadi 150-200 ng, dan pada pascamenopause

menjadi 20-150 ng. Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik dan gangguan siklus haid.

Konsentrasi hormon serum rata-rata pada wanita premenopause dan pascamenopause Hormon Premenopause (ng/ml) Pascamenopause (ng/ml) Androsteron Dehidroepiandrosteron 1,5 4,3 0,6 1.8 300

Dehidroepiandrosteron- 1600 S Estradiol Estron Progesteron Testosteron 0,05 0,08 0,47 0,32

0,013 0,029 0,17 0,25

3. Factor yang mempengaruhi


a. Usia saat haid pertama kali ( menarche ) Jika seorang wanita pertama kali mengalami menstruasi terbilang dalam usia yang masih belia, maka menopause yang akan terjadi semakin lama. b. Faktor psikis Mereka para wanita yang belum menikah dan bekerja sangat mempengaruhi menopause itu lebih cepat terjadi dibanding dengan mereka yang tidak menikah dan tidak bekerja. Hal ini sangat mempengaruhi keadaan psikis wanita. c. Jumlah anak Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa wanita yang melahirkan banyak anak, cenderung lebih lambat mengalami masa menopause. d. Usia melahirkan Ketika seorang wanita melahirkan atau memiliki seorang anak dalam usia yang cukup tua misalnya memiliki anak di usia 35 tahun, maka semakin lama wanita tersebut memasuki usia menopause. Hal ini disebabkan oleh ketika seorang dalam masa kehamilan dan persalinan di usia yang cukup tua akan berpengaruh pada lambannya proses sistem kerja dari organ reproduksi dan memperlambat proses penuaan dini e. Pemakaian kontrasepsi Pemilihan dalam pemakaian alat kontrasepsi juga dapat mempengaruhi seorang wanita mengalami keterlambatan dalam menopause. f. Merokok Rokok memang menjadi salah satu penyebab dari banyak penyakit. Wanita yang suka merokok cenderung lebih cepat mengalami masa menopause.

g. Sosial ekonomi Secara pasti faktor sosial ekonomi belum bisa dipastikan sebagai penyebab menopause. Namun menurut sebuah buku karya DR. Faisal mengungkapkan bahwa menopause dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi termasuk pendidikan dan pekerjaan.

4. Manifestasi Klinis

1. Kelainan menstruasi dapat berupa : Oligomenorea (siklus menstruasi yang panjang) Polimenorea ( siklus menstruasi yang pendek) Hipomenorea (darah menstruasi yang sedikit) Metroragia (menstruasi yang tidak teratur)

2. Hot Flasher Bagian wajah, leher dan bagian atas tubuh seperti terasa panas, bisa disertai dengan memerahnya muka. Lebih sering terjadi di malam hari dan biasanya disertai dengan keringat yang berlebihan. Berlangsung satu sampai dua menit

3. Tangan dan kaki kesemutan, denyut jantung berlebihan, sakit kepala, pusing dan tidak sadarkan diri.

4. Jaringan payudara mengalami atropi dan lapisan vagina menipis serta menurunnya produksi mukus vagina, sering menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan badan. Hal ini berhubungan dengan menurunnya kadar estrogen dalam darah.

5. Hilangnya libido Banyak wanita menopause sering disertai hilangnya hasrat untuk melakukan hubungan sex.

6. Osteoporosis Osteoporosis merupakan kelainan tulang yang unik, tempat perbandingan mineral terhadap matrix tulang adalah normal, tetapi masa tulang berkurang. Selama penggantian tulang normal, resorsi mendahului pembentukan yaitu aktivitas osteoklas mendahului aktivitas osteoblas, sehingga jumlah tulang baru yang dibentuk sama dengan yang diresorbsi. Jika resorbsi tulang lebih besar daripada pembentukan tulang, maka dihasilkan kehilangan. Tetapi kehilangan tulang sendiri bukan masalah klinis utama tetapi agaknya faktor yang menimbulkan nyeri, morbiditas dan mortalita Faktor-faktor yang mempengaruhi osteoporosis, adalah : a. Diet, terutama kalsium dan kecepatan resorpsi gastrointestinal penting dalam mempertahankan kesehatan tulang. b. Trauma, imobilisasi dan aktivitas duduk terus menerus,

kesemuanya mendorong degenerasi tulang yang cepat. c. Kelebihan hormon glukokortikoid

d. Ras, wanita kulit putih lebih cepat terkena fraktur karena mempunyai masa tulang lebih kecil. e. Penuaan, kecepatan penurunan densitas tulang sebenarnya menurun dengan bertambahnya umur.

7. Perubahan pada kulit dan otot Kulit menjadi tipis dan keriput, otot-otot melembek, hal ini akibat meningkatnya katabolisme protein pada jaringan-jaringan tersebut.

8. Gangguan cardiovaskuler dan cerebrovaskuler Estrogen dapat menurunkan LDL dan meningkatkan HDL yang membantu mengurangi resiko serangan miokardial Infark dan cerebrovaskuler accidents

5. Komplikasi a. Penyakit Jantung Koroner Keluhan yang mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah meliputi : kulit terasa kering, keriput dan longgar dari ototnya oleh karena turunnya sirkulasi menuju kulit, badan terasa panas termasuk wajah, terjadi perubahan sirkulasi pada wajah yang dapat melebar ke tengkuk (hot flushes), mudah berdebar debar terjadi tekanan darah tinggi yang berlanjut ke penyakit jantung koroner. (Manuaba, 1999) Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol menyebabkan meningkatkan faktor resiko terhadap terjadinya aterosklerosis. Khususnya mengenai sklerosis primer koroner dan infark miocard akan terjadi 1-2 kali lebih sering setelah kadar estrogen menurun.

b. Masalah urogenital Katidakmampuan mengendalikan buang air kecil (inkontinensia)

c. Osteoporosis Dengan turunnya kadar estrogen, maka proses osteoblast yang berfungsi membentuk tulang baru terhambat dan fungsi osteoclast merusak tulang meningkat. Akibat tulang tua diserap dan dirusak osteoclast tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh osteoblast, sehingga tulang menjadi osteoporosis.

d. Dimensia Wanita pascamenopause biasanya kemampuan berfikir dan ingatnnya menurun hal ini merupakan pengaruh dari menurunnya hormon estrogen, dimana hormon estrogen ini dapat mempengaruhi kerja dari degenerasi sel sel saraf dan sel sel otak. ( Manuaba, 1999)

6. Pemeriksaan Diagnostik a. Terapi Hormonal

Suplemen estrogen adalah dasar dari terapi hormonal pengganti meski harus diingat bahwa progesteron juga berperan dalam menghilangkan gejala vasomotorik. Pemberian estrogen dapat secara sistemik dalam bentuk oral tiap hari , patches transdermal 1 2 kali seminggu atau implan subkutan setiap 6 8 bulan. Terdapat berbagai cara pemberian lain berupa nasal spray , krim kulit atau cincin vagina. Apapun cara pemberiannya, harus diingat bahwa progestogen harus disertakan untuk memperkecil resiko karsinoma endometrium akibat pemberian estrogen saja.

b. Pemberian peroral Pemberian peroral lebih menguntungkan dibandingkan pemberian parenteral terhadap profil lipid dimana terjadi peningkatan kadar HDL dan penurunan LDL, namun lebih menimbulkan resiko trombosis. Preparat yang diberikan dapat berupa pil estrogen atau kombinasi estrogen dan progesteron secara terus menerus dari selama 2 tahun pasca

menopause. Sebagai

alternatif

preparat

kombinasi

estrogen-

progesteron adalah TIBOLONE dan RALOXIFENE. Tibolon adalah steroid sintetik dengan sifat estrogen yang lemah. Raloxifene adalah SERM Synthetic Selective Estrogen Receptor Modulator yang memiliki efek estrogenik pada tulang dan metabolisme lemak, namun dengan efek minimal pada uterus dan payudara sehingga tidak efektif dalam mengatasi keluhan menopause. Obat ini bermanfaat dalam mencegah osteoporosis dan tidak menyebabkan perdarahan vagina.

c. Pemberian transkutan Patch Transdermal dapat berisi estrogen atau kombinasi estrogen progesteron siklis atau kontiyu. Kadang kadang dapat menimbulkan reaksi kulit lokal berupa hiperemia atau vesikel. Pemberian dengan cara ini dapat menghindarkan efek samping gastro intestinal dan memperkecil efek produksi lipoprotein dan faktor koagulasi oleh hepar.

d. Implan Subkutan Estradiol dapat diberikan sebagai implan subkutan di daerah abdomen bagian bawah setiap 5 6 bulan.

e. Sediaan Pervaginam Tablet estradiol Pesarium yang berisi estradiol dosis rendah Pesarium yang mengandung estriol Krim vagina Sediaan ini bermanfaat untuk kasus vaginitis atropik.

1.1 Penatalaksanaan 1. Terapi sulih hormon (TSH) TSH atau HRT (Hormon Replacement Terapy) merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause dalam masa premenopause dan postmenopause. Selain itu TSH juga berguna untuk menjaga berbagai keluhan yang muncul akibat menopause seperti keluhan vasomotor, vagina yang kering, dan gangguan pada saluran kandung kemih. Penggunaan TSH juga dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari kehilangan hormon estrogen, seperti osteoporosis dan jantung koroner. Jadi, tujuan pemberian TSH adalah sebagai suatu usaha untuk mengganti hormon yang ada pada keadaan normal untuk

mempertahankan kesehatan wanita yang bertambah tua. (Kasdu, 2002, hal 85) Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai : a. Tekanan darah tidak boleh tinggi b. Pemeriksaan sitologi uji Pap Smear normal c. Besar uretus normal ( tidak ada mioma uterus ) d. Tidak ada varises di ekstremitas bawah e. Tidak terlalu gemuk atau tidak obesitas f. Kelenjar tiroid normal g. Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati h. Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam Kontra Indikasi Pemberian Estrogen a. Tromboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis b. Sindrom Dubin Johnson atau Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi c. Riwayat ikterus dalam kehamilan

d. Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia berat e. Varises berat, tromboflebitis f. Penyakit ginjal Persyaratan dalam Pemberian Estrogen a. Mulailah dengan menggunakan estrogen lemah ( estriol ) dan dengan dosis rendah yang efektif b. Pemberian secara siklik c. Diusahakan kombinasi dengan progesteron (bila digunakan estrogen lain seperti etinil estradiol maupun estrogen konjugasi) d. Perlu pengawasan ketat ( setiap 6-12 bulan ) e. Bila terjadi perdarahan atipik perlu dilakukan kuretase f. Keluhan nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes melitus, terlebih dahulu konsul ke bagian penyakit dalam Yang perlu diketahui a. Tidak semua keluhan dapat dihilangkan dengan pemberian estrogen b. Pelajari faktor-faktor yang menimbulkan keluhan (faktor psikis, sosial budaya, atau hanya memang terdapat kekurangan estrogen) c. Atasi keluhan emosi dan faktor penyebab Efek samping pemberian TSH sebagian besar karena dosis estrogen yang tinggi a. Nyeri payudara b. Peningkatan berat badan c. Keputihan dan sakit kepala d. Perdarahan 2. Olahraga Olahraga akan meningkatkan kebugaran dan kesehatan seseorang, biasanya ini juga membawa dampak positif, seperti : a. Menguatkan tulang b. Meningkatkan kebugaran

c. Menstabilkan berat badan d. Mengurangi keluhan menopause e. Mengurangi stress akibat menopause Olahraga bagi wanita yang mengalami menopause tentu saja berbeda dengan wanita yang masih dalam usia reproduktif karena biasanya bebetapa organ tubuhnya sudah tidak berfungsi sempurna, selain itu bebeapa penyakit sudah dideritanya. Jadi tujuan olahraga bagi wanita menopause adalah selain menjaga kebugaran juga untuk mengurangi atau mengobati penyakit. Jenisjenis olahraga yang bisa dilakukan untuk wanita usia menopause yaitu jalan cepat, senam, dan berenang. (Kasdu, 2002, hal 97) Hal-hal yang berhubungan dengan olahraga : Olahraga tanpa beban Gerakan yang dilarang : 3. Nutrisi (Diet) Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak melakukan proses perbaikan (remodelling) diri lagi, misalnya masa tulang tidak melakukan pembentukan kembali. Selain itu, semakin tua aktivitas gerak yang dilakukan juga tidak sekuat dulu sehingga kalori yang dikeluarkan juga berkurang sehingga kalori yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh juga menurun dengan demikian, asupan makanan yang dibutuhkan juga berkurang. Sehingga setiap orang tetap membutuhkan makanan bergizi seimbang yang berfungsi Melompat Membungkuk dengan punggung ke depan seperti gerakan mengambil sesuatu di lantai Menggerakkan kaki ke samping atau ke depan melawan beban

Gerakan yang dianjurkan : Aerobik ringan Jalan kaki Berenang

untuk memenuhi zat zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. (Kasdu, 2002, hal 103). a. Fitoestrogen Terdapat pada : teh hijau, kacang kedelai dan produknya (tahu, tempe, tauco), gandum,wijen, kacang-kacangan, biji bunga matahari. Konsumsi fitoestrogen dapat mengurangi gejala: hot flushes, profil lipid dalam lemak, mencegah sel kanker, aterosklerosis, memulihkan

menghambat

pertumbuhan

memory,mengurangi perasaan depresi. Konsumsi fitoestrogen tidak berpengaruh terhadap pencegahan osteoporosis dan vaginal dryness. b. Kalsium Kebutuhan 1200mg/hari. Dapat diperoleh pada: susu,keju,daun pepaya,bayam, teri, tahu, singkong, daun melinjo,kedelai, apel, kangkung, kacang ijo dan pepaya,kacang tanah kupas, ikan segar, beras giling, roti putih, ayam, dan daging sapi. 4. Gaya Hidup Gaya hidup seseorang menentukan kesehatannya di masa yang akan mendatang. Menurut Frank B. Hu, MD, Ph.D, dalam New England Journal of Medicine tentang manfaat perubahan gaya hidup untuk pencegahan jantung koroner pada wanita, peneliti tersebut meyakinkan bahwa salah satu gaya hidup yang sudah mulai dikurangi atau kalau mungkin dihentikan adalah merokok. Kebiasaan ini dapat memicu timbulnya berbagai penyakit. Termasuk minum minuman beralkohol, meskipun kebiasaan ini mungkin jarang dilakukan oleh wanita Indonesia. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah masalah makanan dan olahraga, pola makanan yang baik, disesuaikan dengan kebutuhan gizi usia tersebut serta aktivitas. (Kasdu, 2002, hal 124).

1.2 Patofisiologi (terlampir) 1.3 Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Nama Usia Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Status Alamat Diagnosa Medis Keluhan Utama tidak teratur tiap bulannya Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien mengatakan sering timbul : Ny. N : 49 tahun : Perempuan :: Ibu rumah tangga : Menikah :: Klimakterium : Klien mengeluh menstruasi

gatal pada vagina dan nyeri saat senggama. Klien mengatakan akhir-akhir ini sering merasa ada gejala panas, sehingga sering berkeringat banyak yang membuatnya merasa tidak nyaman dan sulit tidur.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Riwayat Menstruasi : - (Tanyakan mengenai menarche, lamanya, banyaknya, dan siklus menstruasi klien) Riwayat Obstetri : - (Tanyakan mengenai riwayat kehamilan, abortus/keguguran, pemakaian obat kontrasepsi) Riwayat Psikospiritual

Klien mengatakan akhir-akhir ini perasaannya menjadi mudah tersinggung, gelisah, dan mudah marah. Padahal biasanya ia merupakan ibu yang sabar. Hubungan dengan anak : Klien merasa kalau anaknya yang hanya satu-satunya mulai tidak perduli padanya semenjak anaknya menikah dan pindah rumah, anaknya hanya memperhatikan istri dan cucunya saja. Anaknya mulai jarang berkunjung kerumahnya dan kalau ditelepon sering tidak diangkat. Hubungan dengan suami: Klien juga nerasa tidak diperhatikan oleh suaminya yang usianya sama dengannya. Suaminya lebih

memperhatikan mobilnya dibanding klien. Dengan keadaannya sekarang, klien takut jika suaminya tidak menyukainya lagi, apalagi ia sering menolak untuk berhubungan suami istri karena adanya nyeri. Klien merasa cemas memikirkan hal diatas. Kecemasannya bertambah ketika tetangganya mengatakan bahwa dengan

bertambahnya usia maka kehidupan seks wanita biasanya akan berakhir dimana sudah tidak ada gairah lagi. Tetangganya juga mengatakan bahwa makin lama seorang wanita yang mulai menua akan mengalami sakit-sakitan dibanding dengan laki-laki pada usia yang sama, dimana laki-laki akan selalu terlihat lebih sehat dan gagah. Kebutuhan Dasar Pola makan : - (Kaji kebiasaan makan dan asupan makanan klien) Pola minum : - (Kaji kebiasaan minum klien) Pola eliminasi : - (Kaji pola eliminasi klien) Pola istirahat/tidur : Klien mengalami kesulitan tidur karena merasa panas dan berkeringat

Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : - (Kaji tingkat kesadaran dan adanya perubahan mood pada klien) TTV : TD 130/80, HR 88x/menit, RR 20x/menit, T 37,2 C

Pemeriksaan Lab : -

2. Analisa Data No. 1 Data DS : klien mengeluh menstruasi tidak teratur tiap bulan. Klien mengatakan sering gatal di vagina dan nyeri saat senggama. Etiologi Sekresi estrogen Lapisan epitel menipis Terjadi atrofi Sekresi lendir Kekeringan vagina Disparenia libido Gangguan pemenuhan seksual 2 DS : Klien mengatakan akhir-akhir ini merasakan seperti gejolak panas sehingga sering berkeringat banyak yang membuat dia tidak nyaman dan sulit tidur. Sekresi estrogen Pusat termoregulasi di hipotalamus terganggu Gangguan pola tidur Masalah Gangguan pemenuhan seksual

DO : TD : 130 / 80 N : 88 x / mnt : 37, 2o C

Vasodilatasi Aliran darah banyak Hot flushes Berkeringat Gangguan pola tidur

RR : 30 x / mnt T

DS

Klien

mengatakan

jadi

mudah Sekresi estrogen Tidak terjadi penebalan dinding rahim Tidak terjadi peluruhan Menstruasi terhenti Menopouse Kurang pengetahuan cemas

Kecemasan

tersinggung, gelisah dan mudah marah padahal klien seorang ibu yang biasanya sabar Ia juga merasa tidak diperhatikan oleh suaminya. Klien mengatakan,

dengan keadaannya sekarang, dia takut suaminya tidak suka apalagi dia sering menolak hubungan suami istri karena nyeri. Klien mengatakan, kata

tetangganya, dengan bertambahnya usia, maka kehidupan seks wanita biasanya akan berakhir, tidak ada lagi gairah. Dia jadi makin cemas memikirkan hal itu, apalagi tetangganya juga bilang bahwa semakin lama seorang wanita tua maka akan sakit-sakitan dibanding laki-laki pada usia yang sama.

3. Diagnosa Keperawatan Dx1: Gangguan pemenuhan seksual b.d d perubahan struktur dan fungsi seksusal di t.d klien mengeluh nyeri saat senggama, klien sering menolak berhubungan suami istri karena adanya nyeri.

Dx2: Gangguan pola tidur b.d hot flash di t.d klien mengeluh merasa panas dan sering berkeringat sehingga membuatnya tidak nyaman dan sulit tidur.

Dx3: Ansietas b.d kurangnya pengetahuan di t.d klien mengeluh merasa cemas memikirkan keadaannya, kecemasannya juga bertambah karena mendengar perkataan dari tetangganya.

4. Rencana Asuhan Keperawatan Dx1 : Disfungsi seksual b.d perubahan struktur dan fungsi seksusal di t.d klien mengeluh nyeri saat senggama, klien sering menolak berhubungan suami istri karena adanya nyeri.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, klien dapat menjalankan aktivitas seksual alternatif yang memuaskan dengan KH : Nyeri hilang saat berhubungan, klien tidak menolak bila diajak berhubungan suami istri. Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, disfungsi seksual teratasi. Intervensi Rasional klien kesulitan untuk

1. Ciptakan lingkungan saling biasanya

percaya dan beri kesempatan berbicara tentang subjek sensitive, tapi kepada klien untuk dengan terciptanya rasa saling percaya
dapat menentukan/mengetahui apa yang dirasakan pasien yang menjadi kebutuhannya

menggambarkan masalahnya dalam kata-kata sendiri 2. Beri informasi

tentang informasi

akan

membantu

klien

memahami situasinya sendiri

kondisi individu 3. Anjurkan klien untuk berbagi komunikasi pikiran/masalah pasangan/orang dekat 4. Diskusikan tentang cara/teknik berhubungan dengan
terbuka dapat

dengan mengidentifikasi area penyesuaian atau


masalah dan meningkatkan diskusi dan resolusi

klien mengurangi kekeringan vagina yang saat iritasi,


sehingga meningkatkan

penggunaan dapat menimbulkan rasa sakit dan khusus


kenyamanan dalam berhubungan

(misalnya:

penggunaan minyak vagina) 5. Kolaborasi : - Dengan dokter : Beri obat sesuai indikasi (Estrogen memulihkan atrofi genetalia,

kekeringan vagina, uretra mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan

pengganti) - Dengan seksualitas konselor/ahli

kepuasan hasil

Dx2 :Gangguan pola tidur b.d hot flash di t.d klien mengeluh merasa panas dan sering berkeringat sehingga membuatnya tidak nyaman dan sulit tidur.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, keseimbangan istirahat dan aktivitas klien optimal KH : Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur, klien dapat tidur. Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, kebutuhan istirahat/tidur klien terpenuhi. Intervensi Rasional perlunya dan

1. Tentukan kebiasaan tidur dan Mengkaji perubahan yang terjadi 2. Kurangi kebisingan

mengidentifikasi intervensi yang tepat

dan Memberikan situasi yang kondusif


untuk tidur

lampu saat tidur 3. Anjurkan klien

untuk Pakaian

yang

menyerap

keringat

memakai

pakaian

yang mengurangi ketidaknyamanan akibat


keringat berlebih

menyerap keringat 4. Anjurkan menghindari klien

untuk Mengurangi rasa tidak nyaman makanan

berbumbu, pedas, dan gorenggorengan, alkohol 5. Anjurkan klien untuk Menghindari trigger yang mencetuskan menghindari beraktivitas di hot flash cuaca yang panas 6. Anjurkan mencuci klien muka saat untuk Mengurangi rasa panas dan keringat hot berlebih

flashes terjadi 7. Kolaborasi : Berikan sedatif Dapat membantu klien tidur/istirahat sesuai dengan indikasi Dx3 : Ansietas b.d kurangnya pengetahuan di t.d klien mengeluh merasa cemas memikirkan keadaannya, kecemasannya juga bertambah karena mendengar perkataan dari tetangganya.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, cemas yang dirasakan klien hilang/berkurang dengan KH : Klien mengetahui tentang kondisi yang sedang dialaminya sekarang, klien dapat menerima dirinya apa adanya, klien merasa rileks. Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, ansietas tidak lagi dirasakan oleh klien. Intervensi Rasional saling klien percaya dalam

1. Kaji tingkat ketakutan dengan Hubungan cara pendekatan dan bina mempermudah

hubungan saling percaya

megungkapkan perasaannya

2. Pertahankan lingkungan yang Lingkungan yang nyaman dan aman tenang dan aman serta dapat mencegah terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan

menjauhkan berbahaya

benda-benda

3. Beri penjelasan tentang proses Pengetahuan

tentang

menopause

menopause, penyebab, gejala dapat menurunkan kecemasan klien menopause 4. Libatkan klien dan keluarga Keterlibatan
penyesuaian keadaannya keluarga dapat

dalam prosedur pelaksanaan meningkatkan kerja sama klien dan dan perawatan 5. Ajarkan penggunaan relaksasi
positif terhadap

Teknik relaksasi dapat meningkatkan perasaan kontrol klien terhadap

tubuhnya pada keadaan stress

6. Beritahu

tentang

penyakit Membantu klien

dalam

kegiatan

klien dan tindakan yang akan mandiri dilakukan secara sederhana 7. Diskusikan tentang perlunya meningkatkan pengaturan/diet
kesehatan dan

makanan, mencegah osteoporosis

penggunaan suplemen

DAFTAR PUSTAKA Bobak, Irene M. ; Lowdermilk, Deitra Leonard ; Jensen, Margaret Duncan. 2005. Maternity Nursing. Edisi 4. Alih bahasa : Maria A. Wijayarini & Peter I. Anugerah. Jakarta : EGC Doengus, M. Moorhouse, MF. Geissler A. C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Nursing Diagnoses : Definitions and Classifications 2009-2011. 2011. Alih bahasa : Made Sumarwati, Dwi Widiarti, & Estu Tiar. Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono. 1976. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Pritchard, Jack A. ; MacDonald, Paul C. ; Gant, Norman F. 1991. Williams Obstetrics. Edisi 17. Alih bahasa : R. Hariadi. Surabaya : Airlangga University Press
Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC Baziad, Ali. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Pramihardjo Departemen Kesehatan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1992.Asuhan Keperawatan dan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta : Departemen Kesehatan. Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC Kasdu, Dini. 2002. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta : Puspa Swara Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan Scott, James R. 2002. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika

http://www.obgyn-rscmfkui.com/uploaded/menopsuse.jpg

Anda mungkin juga menyukai