Ira Puspitawati, dr
KELAINAN ERITROSIT
ANEMIA Penurunan kadar Hb di bawah nilai rujukan normal. Sering dibarengi penurunan jumlah eritrosit di sirkulasi. POLISITEMIA Keadaan yg ditandai oleh adanya peningkatan jumlah eritrosit/ hematokrit/Hb karena: meningkatnya total eritrosit atau turunnya volume plasma.
KLASIFIKASI ANEMIA
1. Gangguan Pembentukan Eritrosit a. Penyakit Defisiensi b. Anemia Hipoproliferatif c. Anemia Refraktorik 2. Kehilangan Darah Berlebihan a. Perdarahan b. Hemolisis
ANEMIA DEFISIENSI
ANEMIA DEFISIENSI BESI Merupakan anemia yg paling sering dijumpai. Penyebab terjadinya ADB: A. Kehilangan darah ex: menstruasi, perdarahan saluran cerna, donor darah yg terlalu sering. B. Defisiensi nutrisi - makanan yg kurang zat besi - gangguan absorbsi - infeksi cacing ex ankylostoma
DISTRIBUSI BESI
ANEMIA DEFISIENSI(3)
Serum feritin: substansi yg terdiri atas besi yg diikat oleh protein yg disebut apoferitin. Serum feritin sangat bermanfaat untuk diagnosis ADB karena penurunannya ditemukan pertama kali pada ADB. Gambaran px darah tepi eritrosit mikrositik hipokromik.
Tahap 2 A. Didefinisikan sbg exhaustion of the storage pool of iron. B. Selama beberapa waktu eritropoeisis mungkin belum terganggu, terutama bila besi yg di sirkulasi masih cukup. C. Anemia sering kali belum muncul, namun pd beberapa kasus dpt terjadi penurunan kadar Hb. D. Kadar feritin rendah, besi serum rendah, TIBC meningkat. E. Reseptor transferin di permukaan sel meningkat usaha meningkatkan uptake besi ke dalam sel.
Tahap 3 a. Merupakan anemia yang nyata. b. Hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. c. Pembentukan SDM tdk dpr berjalan lancar karena adanya deplesi simpanan besi dan besi di sirkulasi. d. Jumlah SDM yg dihasilkan akan meningkat memenuhi kebutuhan besi akan oksigen jumlah besi kurang terbentuk sel yang lebih kecil ukurannya dan konsentrasi hemoglobin yg rendah Mikrositik hipokromik. e. Muncul gejala klinis: pucat, lethargi, dll.
ERITROSIT MAKROSITIK
HIPERSEGMENTASI NETROFIL
ANEMIA HIPOPROLIFERATIF
Tanpa gangguan maturasi - Respon sumsum tulang thd eritropoietin menurun atau produksi eritropoietin menurun. - Dengan kegagalan sumsum tulang, misal: anemia aplastika, infiltrasi sumsum tulang.
POLISITEMIA
Polisitemia disebut juga eritrositosis mempunyai 3 tipe: 1. POLISITEMIA VERA 2. POLISITEMIA SEKUNDER 3. POLISITEMIA RELATIF Pada umumnya terjadi bila: - Hb>18g/dl, Hmt>55% - Hb>16g/dl, Hmt>50%
POLISITEMIA(2)
1. POLISITEMIA VERA - Merupakan penyakit myeloproliferatif. - Proliferasi semua jalur sel haematopietik . - Proliferasi eritroid dominan - Proliferasi tdk tergantung eritropoietin.
POLISITEMIA (3)
Diagnosis: a. Kriteria mayor: peningkatan masa eritrosit, saturasi O2 arterial normal, splenomegali. b. Kriteria Minor: 1. Trombosit > 400.000/mmk 2. AL > 12.000/mmk 3. Kadar alkali fosfatase lekosit naik 4. Vit B-12 binding capacity naik
POLISITEMIA (4)
2. POLISITEMIA SEKUNDER - Mrpk polisitemia absolut - Spesifik disebabkan kenaikan masa eritrosit. - Diperantarai eritropoietin: bisa fisiologis dan non fisiologis. - Paling sering disebabkan karena hipoksia.
POLISITEMIA (5)
Ada 2 jenis polisitemia sekunder a. Fisiologis H ipoksia jaringan produksi eritropoietin karena tekanan 02 atmosfer turun, penurunan pengangkutan O2 ke jaringan. b. Non Fisiologis Eritropietin berlebihan atau karena ada eritropoietin like-substance.
POLISITEMIA (6)
3. POLISITEMIA RELATIF Merupakan kelainan yg ditandai dengan peningkatan hematokrit semu karena masa eritrosit normal sedangkan volume plasma turun (polisitemia absolut terjadi kenaikan eritrosit). Patofisiologi: - Paling sering karena dehidrasi (vol. plasma )