Etiologi :
- Gangguan vaskuler lokal, rusaknya kapiler akibat trauma shg tak terbentuk koagulum. - Komplikasi kelainan sistemik, misalnya avitaminosis, diabet & sifilis. - Keracunan obat, bahan perawatan gigi atau penggunaan vasokonstriksi yg berlebihan. - Infeksi luka. - Larutnya koagulum akibat terlalu sering berkumur & pemakaian obat kumur terlalu dini. - Osteoradionekrosis pasca radioterapi. - Adanya tumor ganas yang tersembunyi di bawah socket gigi.
Klinis :
- Timbul 3 hari atau lebih pasca pencabutan gigi. - Ditandai rasa sakit terus menerus atau intermitent. - Luka pasca ekstraksi tak kunjung sembuh. - Socket kering, tak terisi koagulum atau jaringan granulasi. - Socket berisi jaringan nekrotik dan disertai gejala inflamasi/infeksi.
Terapi :
- Untuk etiologi lokal dilakukan kuretase. - Etiologi sitemik; atasi gangguan sistemik kemudian kuretase. - Osteoradionekrosis; nekrotomi atau reseksi marginal. - Tumor ganas; rencanakan perawatan tumor ganas.
2. Periostitis
Definisi :
Peradangan atau infeksi pada periosteum.
Etiologi :
- Trauma - Kemis; misalnya akibat obat perawatan gigi (arsen). - Infeksi dentogen (paling sering) dan sistemik.
2. Periostitis Kronis
- Merupakan stadium terminal dari periostitis akut. - Sebab primer : Infeksi sistemik misalnya sifilis, tuberkulosa atau aktinomikosis. - Salah satu bentuk : periostitis osifikans (Garres osteomyelitis) yang ditandai dgn pembentukan tulang baru pada bagian permukaan luar tulang. - Terapi : antibiotika & eliminasi penyebab.
3. Osteomyelitis
Definisi :
- Mead;
Osteomielitis adalah suatu inflamasi supuratif sumsum tulang.
Etiologi :
1. Odontogen :
1.1. Infeksi periapikal 1.2. Infeksi periodontal 1.3. Infeksi perikoronal 1.4. Abses peritonsilar 1.5. Kista atau tumor odontogenik 1.6. Komplikasi pasca ekstraksi
2. Non Odontogen :
2.1. Furunkel 2.2. Keracunan kimia 2.3. Trauma 2.4. Infeksi Hematogen 2.5. Infeksi spesifik 2.6. Daya tahan tubuh rendah 2.7. Radiasi
Klasifikasi :
1. Berdasarkan perjalanan penyakit :
1.1. Osteomielitis akut 1.2. Osteomielitis subakut 1.3. Osteomielitis kronis
Diagnosa :
1. Anamnesa :
1.1. Akut :
- Nyeri hebat yang menyebar - Suhu tinggi - Nadi dan pernafasan cepat - Nausea dan vomitus - Lesu, lemah dan tak dapat tidur - Trismus dan parestesi bibir bawah - Nyeri lebih ringan - Suhu normal atau sedikit naik
1.2. Kronis :
2. Klinis :
2.1. Akut :
2.1.1. Ekstra oral : - Bengkak dan nyeri palpasi
- Parestesi dan trismus - Limphadenopati & nyeri palpasi KGB regional
2.2. Kronis :
2.2.1. Ekstra Oral : - Kadang disertai bengkak, radang & trismus
- Parestesi, fistel dan sekuester - Limphadenopati KGB regional tanpa nyeri palpasi
3.Laboratorium :
3.1. Akut :
- Leokositosis (12.000 - 20.000) - Sel leukosit muda dan sel PMN meningkat - Toksemia dan anemia
3.2. Subakut : Lekositosis, sel-sel muda dan toksemia menurun 3.3. Kronis :
- Leukosistosis lebih menurun (8.000 - 12.000) - Sel-sel dewasa meningkat - Toksemia lebih menurun
4. Pemeriksaan Radiologis :
4.1. Akut dini : Gambaran normal.
pelebaran rongga-rongga spongiosa).
4.2. Akut lanjut : Rarefraksi ireguler (destruksi trabekula serta 4.3. Kronis dini : Worn eaten appearance (gambaran berupa
lubang-lubang kecil seperti dimakan rayap).
5.Diagnosa Banding :
5.1. Akut : - Periodontitis akut
- Periapikal abses akut dan abses subperiosteal akut
Abses subkutan dan abses submukus - Antibiotika - Drainage - Perawatan suportif - Sekuesterktomi - Sauserisasi
5.2. Kronis :
6. Terapi :
7. Prognosa :
Baik-buruknya prognosa ditentukan oleh :
7.1. Diagnosa yang tepat 7.2. Penggunaan dan pemilihan antibiotika yang tepat 7.3. Perawatan yang sempurna 7.4. Daya tahan tubuh penderita 7.5. Virulensi mikroorganisme 7.6. Saatnya penyakit diketahui 7.7. Luasnya kerusakan 7.8. Usia penderita
8. Komplikasi :
8.1. Parestesi 8.2. Fraktur patologis 8.3. Deviasi pergerakan mandibula dan deformitas sekunder 8.4. Terlibatnya sinus-sinus paranasalis 8.5. Tidak erupsinya gigi-gigi tertentu 8.6. Toksemia dan piemia, menyebar ke fosa dan fisura basis kranii, sehingga menyebabkan infeksi intrakranial. 8.7. Deformitas wajah penderita
Etiologi :
1. Akar gigi sulung yang terdesak menembus mukosa. 2. Tepi karies gigi yang tajam. 3. Tergigit akibat gigi malposisi. 4. Gigi palsu yang kedudukannya tidak baik.
Klinis :
- Tampak berupa ulkus berbentuk bulat degan dasar berwarna putih. - Biasanya dapat segera ditemukan penyebabnya di sekitar lesi.
Terapi :
- Eliminasi penyebabnya, maka biasanya ulkus sembuh secara spontan. - Pada penderita berusia lanjut harus diobservasi; jika selama sebulan lesi tak sembuh,harus dibiopsi.
2.1. Operkulitis
2.1.1. Pengertian : Inflamasi atau infeksi operkulum. 2.1.2. Etiologi :
- Iritasi kronis pengunyahan. - Akumulasi sisa makanan yang terjebak pada ronggaantara operkulum dgn permukaan oklusal gigi, kemudian membusuk & menjadi media inkubator bakteri dan akhirnya menyebabkan terjadinya infeksi.
2.2. Perikoronitis
2.2.1. Pengertian : Inflamasi atau infeksi perikoronal 2.2.2. Etiologi :
- Iritasi kronis pengunyahan. - Akumulasi sisa makanan yg terjebak pada rongga antara operkulum & perikoronal dgn permukaan gigi membusuk menjadi media inkubator bakteri akhirnya terjadi infeksi.
2.2.3. Terapi :
- Operkulektomi. - Ekstraksi atau odontektomi jika gigi tersebut erupsi dalam posisi miring.
3. Glositis
Suatu lesi atau bentuk-bentuk ulserasi akibat inflamasi pada mukosa lidah.
3.1.2. Etiologi :
- Penyebab yang pasti belum jelas. - Seringkali dikaitkan dengan faktor emosional dan stres. - Kadang dikaitkan dengan defisiensi Vitamin B kompleks.
3.1.3. Klinis :
- Karakteristik ditandai oleh daerah deskuamatif yg tidak beraturan (bald spots) pada permukaan mukosa lidah yg dikelilingi oleh area berwarna putih. - Bald spots merupakan suatu area yang mengalami penipisan epitel, kehilangan keratin & papila filiformis, sedangkan papila fungiformis masih dpt ditemukan. - Area yg berwarna putih di sekelilingnya tampak hipertropi akibat akumulasi keratin & paplila filiformis tampak di daerah ini.
3.1.4. Terapi :
- Umumnya lesi ini tidak memberikan respon jika dilakukan tindakan terapi, tetapi dapat menghilang secara spontan. - Dapat dibantu dengan pemberian vitamin B kompleks.
3.2.2. Klinis :
3.2.2.1. Defisiensi Riboflavin :
- Lidah mengalami inflamasi dan tampak hiperemis - Dapat pula terjadi ulserasi dan tampak sianotik atau berwarna magenta.
Anemia pernisiosa.
3.3.3. Terapi :
Jika anemia pernisiosa dapat diatasi, maka lesi tersebut akan sembuh secara spontan.
Klinis :
- Lesi erosif atau ulseratif pada sudut mulut dan biasanya bilateral. - Mukosa menebal dan lesi sedikit meluas ke kutis. - Pada orang dewasa cenderung menjadi kronis.
Terapi :
- Keadaan umum dan oral higiene diperbaiki. - Lesi diulas dengan antiseptik. - Dianjurkan pemberian riboflavin dan nicotinamide. - Jika ditemukan peran kandida, lesi diulas dengan nystatin ointment.
5. Stomatitis
Definisi :
Stomatitis adalah suatu lesi peradangan atau inflamasi yang terjadi pada mukosa rongga mulut.
Etiologi :
- Trauma fisik, khemis dan radiasi. - Infeksi bakteri, fungus virus dan parasit. - Malnutrisi. - Keadan umum yang buruk dan menurunnya daya tahan tubuh. - Blood dyscrasia. - Alergi dan reaksi autoimun. - Ketidak-seimbangan hormonal dan stress
5.1.1. Etiologi :
Belum jelas, akan tetapi diduga bahwa hormonal, alergi, stres, trauma & blood dyscrasia (terutama anemia) berperan sebagai etiologi.
5.1.2. Patogenesis :
- Diawali dengan suatu vesikel kecil, kemudian pecah menjadi ulkus kecil (dalam 24 jam) - Ulkus membesar dengan ukuran bervariasi, yakni dari sebesar kepala peniti s/d 2 cm (dalam 3-6 hari). - Penyembuhan dimulai hari ke 6, total 10-14 hari (kadang s/d 6 minggu}. - Sembuh tanpa jaringan parut, kecuali ulkusnya dalam dan besar. - Jika terbentuk ulkus akan menghilang dalam jangka waktu setahun.
5.1.3. Klinis
- Dapat terjadi di semua bagian rongga mulut, kecuali palatum. - Rasa nyeri hebat, tak sebanding dengan besar ulkus. - Nyeri timbul spontan atau akibat adanya rangsangan dan gerakan. - Tidak disertai demam. - Bentuk ulkus bulat atau oval dengan permukaan cekung, berwarna putih dan dikelilingi oleh area berwarna hiperemis (kemerahan). - Ulkus dapat soliter ataupun multipel.
5.1.4. Terapi :
5.1.4.1. Sistemik :
Setiap faktor yang dianggap sebagai predisposisi atau etiologi diobati.
5.1.4.2. Lokal :
- Antiseptik lokal seperti gentian violet atau zat kaustik seperti Ag nitrat dapat mempercepat penyembuhan. - Albothyl concentrate secara topikal. - Kenalog pasta secara topikal.
5.2.2. Etiologi :
- Borrelia Vincenti. - Basilus fusiformis.
5.2.3. Predisposisi :
- Turunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. - Defisiensi vitamin (Nicotinamide dan Vitamin C). - Gingivitis kronis dan trauma.
5.2.4.2. Kronis :
- Tidak ada demam dan gejala-gejala umum. - Tampak seperti gingivitis marginalis biasa; gusi membengkak, berwarna merah gelap & ujung papila membulat. - Pasien mengeluh rasa gatal, panas & tak enak di gusi serta gusi mudah berdarah. - Halitosis tak jelas & tidak ada ulkus pada mukosa berseberangan.
5.2.5. Diagnosa :
5.2.5.1. Akut :
- Secara klinis biasanya telah jelas. - Jika kurang meyakinkan dapat dilakukan pemeriksaan apus bakteri (sampel dari sulkus gingiva).
5.2.5.2. Kronis :
- Secara klinis diagnosa lebih sulit. - Permeriksaan apus bakteri sangat membantu.
5.2.6. Terapi :
- Preparat penisilin peroral/parenteral minimal 5 hari berturut-turut, karena penyakit ini memberi respon yg baik terhadap penisilin. - Perbaiki daya tahan tubuh dan kondisi umum penderita. - Perbaiki oral hygiene, berkumur-kumur dgn antiseptik & H2O2, karena selain membasmi bakteri secara lokal juga akan mempersingkat waktu yg dibutuhkan untuk penyembuhan.
5.3.2. Etiologi :
5.3.3. Insidensi :
- Bayi yg malnutrisi; akibat kontak langsung dari botol susu, atau partus melalui vagina ibu penderita kandidiasis. - Orang dewasa; akibat penurunan pH dan sekresi saliva (lokal), DM, terapi kortikosteroid serta devisiensi riboflavin (sistemik). - Penggunaan antibiotika (lozengens dan peroral) yang lama. - Umumnya menyerang mukosa lidah, bibir, bukal & dasar mulut.
5.3.4. Patogenesis :
- Candida albicans hidup dalam keseimbangan flora mulut normal sebagai mikroflora non patogen. - Patogenitasnya timbul jika keseimbangan flora mulut normal terganggu atau turunnya daya tahan tubuh jamur bermultiplikasi hyphae menembus keratin, masuk ke stratum granulosum membentuk suatu anyaman benang-benang jamur di antara sel epitel pseudomembran. - Epitel mengalami perubahan degeneratif dan stratum korneum lenyap pada bagian yang terserang jamur. - Pseudomembran terdiri dari jaringan nekrotik, keratin, fibrin, food debris, epitel yg mengalami deskuamasi, leukosit & bakteri menyatu dgn hyphae sebagai akar yg menembus ke dalam epitel.
5.3.6. Diagnosa :
Perlu dilakukan pemeriksaan apus yg akan menampakkan adanya spora dan hyphae.
5.3.7. Terapi :
- Drug of choice adalah Nystatin. - Dapat diulaskan dengan gentien violet 1 - 2% pada daerah lesi. - Perbaiki kondisi umum penderita.
5.4. Noma
5.4.1. Nama lain :
- Stomatitis gangrenosa. - Cancrum oris. - Cancer aquaticus. - Dzo-Ma-Gan (Cina). - Running horse gangren.
5.4.2. Etiologi :
- Secara pasti belum jelas. - Diduga bakteri anaerob (Bacillus Fusiformis & Spirochaetes).
5.4.4. Insidensi :
- Seringkali pada anak-anak yang kekurangan gizi. - Anak-anak yang menderita penyakit melemahkan, misalnya pneumonia, measles, tipoid dan blood dyscrasia.
5.4.7. Prognosa :
5.4.8. Terapi :
- Antibiotika, memberi respon baik dengan penisilin oral atau peroral. - Lesi senantiasa dibersihkan atau dicuci dgn natrium bikarbonat 5%. - Perbaiki kondisi umum penderita. - Bedah plastik untuk mengatasi komplikasi/cacat pada wajah dan mulut.
KELENJAR LIMFE
Kelenjar Limfe Daerah Leher :
1. Kelompok submental : Menerima aliran limfe dari daerah dagu, bibir
bawah, ujung lidah & dasar mulut.
3. Kelompok preaurikularis : Kulit kepala bagian depan dan telinga. 4. Kelompok aurikularis posterior : Telinga bagian belakang, MAE &
temporal.
5. Kelompok occipitalis : Kulit kepala bagian belakang. 6. Kelompok cervicalis superfisialis : Prosesus alveolaris, tonsil,
lateral lidah posterior, gld parotis, telinga & wajah.
7. Kelompok cervicalis profundi : Pangkal lidah, tonsil, faring & laring. 8. Kelompok supraklavikularis : Aksila & mediastinum.
1. Limfadenitis
Definisi :
Limfadenitis adalah peradangan kelenjar limphe dan biasanya terjadi akibat adanya peradangan atau infeksi pada jaringan atau organ yang mengalirkan limfe ke kelenjar tersebut.
Etiologi :
1. Infeksi lokal/regional. 2. Infeksi sistemik 3. Sepsis.
Gambaran Klinis :
1. Gejala Klinis Limfadenitis Akut :
- Kelenjar membesar dengan cepat. - Perlekatan sesama kelenjar & dgn jaringan di sekitarnya (terfiksasi). - Gejala inflamasi jelas pada kulit di atasnya (tumor, dolor, rubor & kalor}. - Bisa sembuh total, menjadi kronis & berkembang menjadi abses atau selulitis. - Pada anak-anak kelenjar mungkin tetap membesar dalam jangka waktu yg lama, meskipun sumber infeksinya telah dieliminasi. - Meskipun streptokokus lebih virulen, akan tetapi paling sering disebabkan oleh stafilokokus. - Penyebab lainnya adalah infeksi sistemik (rubella & mononukleusus infeksiosa.
Terapi :
1. Limfadenitis Akut :
1.1. Limfadenitis Akut Lokal/Regional :
- Antibiotika yang sesuai. - Jika terjadi supurasi, dilakukan insisi drainase.
2. Limfadenitis Kronis :
- Terapi lebih ditujukan pada penyakit penyebabnya. - Ekstirpasi.
Limfadenopati
Defenisi :
Pembesaran kelenjar limfe yang bukan diakibatkan peradangan/infeksi.
Etiologi :
- Metastase tumor ganas (neoplasma sekunder). - Tumor ganas limfatik (neoplasma primer).
Gambaran Klinis :
1. Neoplasma limfatik sekunder :
- Metastase akibat tumor epitel primer di daerah leher dan kepala. - Frekuensi paling tinggi dari tumor nasopharing. - Dari rongga mulut terutama tumor ganas lidah. - Seringkali tumor primernya tidak segera dapat ditemukan. - Pembesaran kelenjar cepat, konsistensi keras seperti batu, afebril & tak nyeri.
2.1.2. Limfosarkoma :
- Diawali dengan limfadenopati unilateral. - Pertumbuhannya lebih cepat dibanding penyakit Hodgkin. - Cenderung menyebabkan timbulnya ulkus pada kulit di atasnya. - Metastase secara hematogen, terutama ke hepar dan pulmonal.
2.2. Leukemia :
- Limfadenopati cervicalis, tetapi tidak sebesar pada Hodgkin & tak nyeri. - Splenomegali, anemia & perdarahan. - Secara klinis sulit membedakan limfadenopati yg besar dgn pembesaran kelenjar ludah, terutama di regio parotis & submaksilaris. - Jika diamati lebih teliti, maka limfadenopati lokasinya lebih ke ventral & superfisial dibanding kelenjar ludahnya. - Pada bimanual palpasi limfadenopati & kelenjar ludah dapat digerakkan terpisah. - Secara radiologis, jika suatu benjolan adalah limfadenopati, maka sialogram normal.
Terapi :
1. Jenis neoplasma limfatik sekunder : - Terapi tumor primernya.
- Ekstirpasi & RND.
Sialolithiasis :