Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FARMAKOLOGI MODUL REPRODUKSI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 QORY IRSAN I11110028 VIDIA ASRIYANTI I11110031 ESTERIA ROSLINA H. I11110033 JENRI SUTRISNO I11110037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

2012
Kasus 1 Ny. Ani, 25 thn, menikah 2 bulan yang lalu. Saat ini ia datang ke tempat praktik Anda dengan keluhan terlambat menstruasi sejak 2 minggu yang lalu (HPHT 4 Oktober 2012). Ia mengkonsumsi obat anti epilepsi secara teratur yaitu dilantin 3x1 sejak 10 tahun yang lalu. Sebenarnya sejak awal menikah, ia sudah menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) karena ia belum merencanakan kehamilan dalam waktu dekat. Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (test pack = positif), Anda menyatakan Ny.Ani telah hamil. Pertanyaan: 1. Jelaskan secara singkat farmakodinamik dan farmakokinetik dilantin dan kontrasepsi oral! 2. Mengapa terjadi kegagalan kontrasepsi oral? Interaksi obat apa yang terjadi dalam kasus tersebut? 3. Suplemen apa yang harus anda berikan kepada Ny.Ani untuk kehamilannya? Apa alasan anda?

Kasus 2 Ny. Ina, 29 thn, dg status gravida G2P1A0 Gravida 28-30 minggu, datang ke tempat praktik anda dengan keluhan batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Ia mempunyai riwayat alergi terhadap antibiotik golongan penisilin. Jika anda ingin memberikan obat antibiotik terhadap Ny. Ina, 1. Apa indikasi penggunaan antibiotik terhadap Ny. Ina? 2. Antibiotik golongan apa yg akan anda pilih? (Jelaskan singkat farmakokinetik, farmakodinamik dan indikasi!) 3. Sebutkan jenis antibiotik yang dapat menimbulkan efek teratogenik! Jelaskan mekanismenya!

Jawaban Kasus 1 1. Fenitoin (dilantin): - Farmakodinamiknya yakni fenitoin membatasi perangsangan potensial aksi berulang yang ditimbulkan oleh depolarisasi yang kontinu. Efek ini diperantarai oleh perlambatan kecepatan pemulihan saluran Na+ teraktivasi voltasi dari inaktivasi. Pada konsentrasi terapeutik, efek pada saluran Na+ bersifat selektif, tanpa perubahan pada aktivitas spontan atau dalam respons terhadap GABA atau glutamat. Pada konsentrasi lima atau sepuluh kali lebih tinggi, efek fenitoin lainnya mencakup penurunan aktivitas spontan dan peningkatan respons terhadap GABA yang dapat menyebabkan beberapa toksisitas yang terkait dengan kadar tinggi fenitoin. 1 - Farmakokinetiknya yakni absorpsi fenitoin oral berlangsung lambat. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 3-12 jam. Pengikatan fenitoin oleh protein, terutama oleh albumin plasma kira-kira 90%. Waktu paruh plasma fenitoin antara 6 dari 24 jam pada konsentrasi plasma <10 g/ml, tetapi meningkat dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Oksidasi pada satu gugus fenil sudah menghilangkan efek antikonvusinya. Fenitoin sebagian besar dimetabolisme oleh CYP hepatik. Interaksi obat lain terjadi akibat kapasitas fenitoin untuk menginduksi CYP dan meningkatkan degradasi obat (contohnya kontrasepsi oral) yang dimetabolisme oleh CYP3A4; terapi fenitoin dapat meningkatkan metabolisme kontrasepsi oral dan menyebabkan kehamilan yang tidak direncanakan. Sebagian besar metabolit fenitoin diekskresi bersama empedu, kemudian mengalami reabsorpsi dan biotransformasi lanjutan dan diekskresi melalui ginjal. 1,2 Kontasepsi Oral: - Farmakodinamiknya yakni kombinasi kontrasepsi oral bekerja dengan mencegah ovulasi. Kadar LH dan FSH plasma ditekan, lonjakan LH pada pertengahan siklus tidak ada, kadar steroid endogen menurun, dan ovulasi tidak terjadi. Kontrasepsi oral memiliki efek pada hipothalamus dan hipofisis. Progesteron menurunkan frekuensi pulsa GnRH, dan kontrasepsi oral juga menurunkan responsivitas hipofisis terhadap GnRH. Estrogen juga menekan pelepasan FSH dari hipofisis selama fase folikel siklus menstruasi, yang cenderung berkontribusi terhadap berkurangnya perkembangan folikel pada pengguna kontrasepsi oral. Progestin juga dapat menghambat lonjakan LH terinduksi-estrogen pada pertengahan siklus. Efek lain dapat berkontribusi pada tingkat rendah terhadap efikasi kontrasepsi oral, termasuk 3

gangguan transpor oosit pada tuba falopi. Progestin juga menyebabkan mukus yang tebal dan kental yang mengurangi penetrasi sperma menginduksi endometrium yang tidak dapat menerima implantasi. 1 - Farmakokinetiknya yakni untuk estrogen, absorpisnya cepat dan lengkap, serta mudah diabsorpsi melalui saluran cerna, mukosa atau kulit utuh. Estrogen hampir tidak larut dalam air. Etinilestradiol dan dietilstilbestrol yang aktif per oral, dimetabolisme di hepar, maka itu masa kerjanya lebih panjang. Untuk progesteron, progesteron yang diberikan secara oral akan diabsorpsi dengan cepat dan mengalami sirkulasi enterohepatik. Derivat progestin mengalami proses degradasi yang berlangsung lebih lambat. 2

2. Dilantin (fenitoin) meningkatkan degradasi obat (contohnya; kontrasepsi oral) yang dimetabolisme oleh CYP3A4; terapi fenitoin dapat meningkatkan metabolisme kontrasepsi oral dan menyebabkan kehamilan yang tidak direncanakan. Fenitoin mempercepat metabolisme estrogen dan progesteron sehingga menurunkan efek kontrasepsi. 1,4 3. Menurut kami, suplemen yang harus diberikan adalah asam folat. Obat-obat yang menghambat enzim dihidrofolat reduktase (misalnya metotreksat, trimetoprim) dan yang mengadakan interaksi pada absorpsi dan penyimpanan folat (misalnya fenitoin dan beberapa antikonvulsan lain, kontrasepsi oral) dapat menurunkan kadar folat dalam plasma dan menimbulkan anemia megaloblastik. Maka dari itu, Ny.Ani harus diberikan suplemen asam folat untuk menghindari berbagai akibat dari defisiensinya. Untuk wanita hamil atau menyusui dapat membutuhkan 500-600 g/hari ataupun lebih. Untuk mencegah neural tube defects, disarankan mengonsumsi folat setidaknya 400 g/hari dalam makanan ataupun seplemen, dimulai dari sebulan sebelum kehamilan dan dilanjutkan hingga setidaknya trimester pertama. 1

Kasus 2 1. Ditemukannya discharge nasal purulen (pilek) selama satu minggu mengindikasikan Ny. Ina menderita infeksi bakteri. Pemberian antibiotik kepada Ny.Ina diperbolehkan berdasarkan pada keluhan Ny.Ina yaitu batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu dan berdasarkan usia 4

kehamilan Ny.Ina yaitu trimester ketiga yang boleh diberikan antibiotik dengan golongan dan dosis yang tepat sesuai dengan kondisi Ny.Ina serta tidak menimbulkan efek teratogen. 1,3 2. Kami akan memilih antibiotik golongan makrolid yaitu eritromisin. Eritromisin adalah pilihan yang realistik jika ibu memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap penisilin. 5 - Farmakokinetik 5: Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas. Aktivitasnya dpaat menurun karena dirusak oleh asam lambung sehingga untuk mencegah kerusakan oleh asam lambung, eritromisin diberi selaput yang tahan asam atau digunakan dalam bentuk ester stearat atau etilsuksinat. Makanan juga menghambat penyerapan eritromisin. Eritromisin mengalami pemekatan di hati. Hanya 2 5% yang dieksresi dalam bentuk aktif di urin. Obat ini dieksresi terutama melalui hati. Masa paruh eliminasi adalah 1,5 jam. Dalam keadaan insufisiensi ginjal, tidak diperlukan modifikasi dosis. Eritromisin berdifusi dengan baik ke berbagai jaringan tubuh kecuali otak dan cairan cerebrospinal. Pada ibu hamil, kadar eritromisin dalam sirkulasi fetus adalah 5-20% dari kadar obat dalam sirkulasi darah ibu. Pada ibu hamil, pemberian eritromisin stearat dapat meningkatkan sementara kadar SGOT/SGPT. - Farmakodinamik 5: Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram positif dan spectrum kerjanya mirip penisilin G, makanya dapat digunakan oleh penderita yang alergi terhadap penisilin. Mekanisme kerjanya sama seperti tetrasiklin, yakni melalui pengikatan reversible pada ribosom kuman, sehingga sintesis protein dikurangi. Eritromisin merupakan pilihan pertama pada khususnya infeksi paru-paru Legionella pneumophila, Mycoplasma pneumonia dan infeksi usus dengan Campylobacter jejuni. Pada infeksi lain (saluran nafas, kulit) khusus digunakan sebagai pilihan kedua bilamana terjadi resistensi atau hipersensitivitas untuk penisilin. Eritromisin dapat diberikan dengan aman pada kehamilan dan laktasi, sedangkan bagi derivatnya belum pasti. Ada kemungkinan roksitromisin dapat diminum selama menyusui. Klaritromisin ternyata mengganggu perkembangan janin binatang percobaan, maka sebaiknya jangan digunakan pada trimester kehamilan pertama. - Indikasi 5: Indikasi Keterangan 5

Difteria Eritrasma Infeksi saluran napas atas Infeksi saluran napas bawah

Obat terpilih Obat terpilih Terutama oleh stafilokokus, streptokokus Khususnya community acquired pneumonia oleh

pneumokokus, mycoplasma, legionella Otitis media akut Uretritis non-spesifik Infeksi kulit dan jaringan lunak Gastroenteritis Profilaksis demam reumatik Terutama yang disebabkan S. pneumoniae Yang disebabkan Chlamydia dan Ureaplasma urealyticum Misalnya impetigo, selulitis, piodema, erisipelas, terutama untuk pasien yang alergi terhadap penisilin Yang disebabkan Campylobacter jejuni Sebagai alternatif bagi pasien yang alergi terhadap golongan penisilin

3. Antibiotik yang dapat menimbulkan efek teratogenik 1,3,5: - Aminoglikosida dapat melintasi plasenta dan merusak ginjal serta menimbulkan ketulian pada bayi. Maka tidak dianjurkan selama kehamilan. - Tetrasiklin dapat menghambat pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan kalsifikasi gigi terpengaruh secara buruk, semua tetrasiklin tidak boleh diberikan setelah bulan keempat dari kehamilan. - Kloramfenikol tidak dianjurkan khususnya selama minggu-minggu terakhir kehamilan, karena dapat mengakibatkan cyanosis dan hypothermia pada neonates akibat ketidakmampuan mengkonjugasi dan mengeksresi obat ini sehingga sangat meningkatkan kadarnya dalam darah. - Klorokuin, Griseofulvin, Nistatin, Rifampisin, Trimetoprim

DAFTAR PUSTAKA

1. Goodman dan Gilman. 2011. Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics, Twelfth Edition. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies, Inc.

2. Istiantoro, Yati Harwati, et al. 2009. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: FKUI.

3. McPhee, Steven J, et all. 2008. Current Medical Diagnosis & Treatment 47t Edition. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies, Inc.

4. Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

5. Tjay, Hoan Tan. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi 6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai