Dalam modul ini kita mengarahkan perhatian kita pada 4 (empat) variabel tingkat individual dan dampaknya pada kinerja dan kepuasan karyawan.
Karakteristik Biografis
Karakteristik pribadi, catatan pribadi yang jelas dan obyektif dari seorang karyawan seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan, dan masa kerja, yang datanya mudah diperoleh dari berkas personalia merupakan variabel-variabel yang mempunyai dampak pada produktifitas, absensi, tingkat keluarnya karyawan dan kepuasan karyawan
Usia
Hubungan antara usia dan kinerja merupakan isu yang penting dengan alasan sebagai berikut
Adanya keyakinan yang meluas bahwa kinerja akan merosot dengan meningkatnya usia, tak peduli apakah isu itu benar atau tidak
Usia
Adanya realita bahwa angkatan kerja menua, misalnya pekerja usia 55 tahun atau lebih, merupakan sektor yang berkembang paling cepat dari angkatan kerja tahun 1990 2005, peringkat mereka diharapkan melonjak 43,7% Perundang-undangan Amerika baru-baru ini menyatakan bahwa untuk segala maksud dan tujuan, menyatakan pensiunan yang bersifat perintah sebagai melanggar hukum. Kebanyakan pekerja dewasa ini tidak lagi harus pensiun pada usia 70 tahun.
adanya sejumlah kualitas positif yang dibawa karyawan usia tua ke dalam pekerjaan mereka, khususnya, pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap mutu Namun juga dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru.
pada suatu saat ketika organisasi mencari individu-individu yang dapat menyesuaikan diri dan terbuka terhadap perubahan, hal-hal negatif yang diasosiasikan dengan usia jelas mengganggu pengangkatan awal atas karyawan usia tua meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan dibiarkan pergi selama perampingan organisasi meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan dibiarkan pergi selama perampingan organisasi
Dampak apakah yang ditimbulkan oleh usia pada keluar masuknya karyawan, kemangkiran, produktifitas dan kepuasan?
Semakin tua, karyawan akan semakin kecil kemungkinan berhenti dari pekerjaan (berdasarkan kesimpulan yang sering ditarik dari studi-studi mengenai hubungan antara usia dan keluarmasuknya karyawan)
semakin tua usia karyawan, semakin sedikit kesempatan alternatif pekerjaan bagi mereka karyawan yang lebih tua kecil kemungkinan akan berhenti karena masa kerja yang lebih panjang cenderung memberikan kepada mereka upah yang lebih tinggi, liburan dengan upah yang lebih panjang, dan tunjangan pensiun yang lebih menarik
usia juga berhubungan terbalik dengan kemangkiran (usia tua tidak selalu menunjukkan komitmen yang tinggi dengan masuk kerja lebih teratur)
Pengujian penelitian menemukan bahwa hubungan usia-absensi sebagian merupakan fungsi apakah kemangkiran itu dapat dihindari atau tidak
Umumnya karyawan usia tua mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih rendah (dan dapat dihindari) daripada karyawan usia muda. Kecuali bilamana karyawan usia tua tersebut mengalami gangguan kesehatan atau cidera, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk pemulihan kesehatan.
semakin tua usia seseorang produktifitas akan semakin merosot (kecepatan, kecekatan, kekuatan, dan kemampuan berkoordinasi akan semakin menurun dengan berjalannya waktu) kebosanan pada pekerjaan yang berlarut-larut dan berkurangnya rangsangan intelektual mengakibatkan berkurangnya produktifitas.
Kesimpulan yang wajar adalah bahwa tuntutan dari pekerjaan apapun tidak cukup ekstrim untuk dapat menyebabkan kemerosotan produktifitas, dan jika ada kemerosotan keterampilan fisikpun akan diimbangi dengan pengalaman kerja.
kebanyakan studi menunjukkan suatu hubungan yang positif antara usia dan kepuasan kerja sampai usia 60 tahun Tetapi studi lain menunjukkan hubungan yang berbentuk U, dengan penjelasan bahwa, apabila para profesional dan para non-profesional dipisahkan, maka kepuasan kerja para profesional cenderung meningkat dengan bertambahnya usia mereka, tetapi kepuasan kerja para non-profesional cenderung menurun selama usia setengah baya, dan kemudian akan meningkat lagi pada tahun-tahun berikutnya.
tetapi kepuasan kerja para nonprofesional cenderung menurun selama usia setengah baya, dan kemudian akan meningkat lagi pada tahun-tahun berikutnya.
Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang konsisten pria-wanita dalam kemampuan pemecahan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan belajar. Psikologis menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki pengharapan (ekspektasi) untuk sukses, tetapi perbedaan ini kecil adanya.
Perubahan yang sangat signifikan yang berlangsung selama 25 tahun terakhir ini terhadap peningkatan kadar partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan memikirkan kembali apa yang membentuk peran pria dan wanita menghasilkan asumsi bahwa tidak ada perbedaan berarti dalam produktifitas pekerjaan antara pria dan wanita. Tidak ada bukti yang menunjukkan jenis kelamin karyawan mempengaruhi kepuasan kerja.
Bukti yang konsisten menyatakan bahwa wanita mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi daripada pria. Riset ini dilakukan di Amerika Utara dimana budayanya secara historis menempatkan tanggungjawab rumah tangga dan keluarga pada wanita. Wanitalah yang secara tradisional mengambil cuti dari kerja bila terdapat masalah dalam rumahtangga.
peran historis wanita dalam perawatan anak dan pencari nafkah sekunder dengan pasti telah berubah sejak tahun 1970an, dan sebagian besar pria dewasa ini mempunyai kepentingan yang sama seperti wanita dalam hal perawatan harian dan perawatan anak
beberapa studi menemukan wanita mempunyai tingkat keluarmasuk yang lebih tinggi, tetapi tak ada informasi untuk bisa menarik kesimpulan mengenai hal ini