Anda di halaman 1dari 11

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

Bab 9.

Undang-undang kawasan tanpa rokok, pembatasan promosi industri tembakau untuk anak dan remaja, kemasan dan pelabelan, peringatan kesehatan, dan tuntutan hukum

9.1. Undang Undang Kawasan Tanpa Rokok 9.1.1. Pembatasan merokok di tempat-tempat umum mencegah bukan perokok dari paparan asap tembakau lingkungan (perokok pasif). Tempat-tempat umum tersebut meliputi baik tempat kerja pribadi, bangunan kantor, restoran, kendaraan umum, lift, fasilitas kesehatan, tempat ibadah dan sarana rekreasi, tempat perbelanjaan, warung-warung maupun tempat-tempat lainnya dimana orang berada dalam ruangan. Sebagian besar orang dewasa dan remaja Indonesia (68,5 %) tidak merokok1. Undang-Undang kawasan tanpa rokok melindungi bukan perokok atau perokok pasif dari bahaya kesehatan asap tembakau lingkungan (ETS), yang bersifat karsinogen (penyebab kanker) bagi manusia. Wanita hamil yang terpapar pada asap tembakau lingkungan mempunyai angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) dan dampak kehamilan negatif lebih tinggi. Bayi dan anak yang terpapar pada asap tembakau lingkungan menunjukkan peningkatan angka kejadian bronchitis, pneumonia, infeksi telinga, dan penurunan pertumbuhan paru-paru. Orang dewasa bukan perokok yang sering terpapar asap tembakau lingkungan mempunyai angka kejadian kanker paru dan kanker lainnya yang lebih tinggi. (Lihat bab 2)2-3 9.1.2. Di Amerika, larangan merokok di tempat-tempat umum, termasuk klub malam, tidak memberikan dampak negatif kepada pelanggan dan kegiatan usaha. Studi tentang jumlah pendapatan hotel dan pariwisata di daerah yang melarang merokok di dalam ruangan tidak berdampak negatif pada jumlah pendapatan usaha.4 Sebaliknya, beberapa studi di Amerika Serikat menemukan bahwa pembatasan merokok justru meningkatkan usaha dan lapangan kerja di industri jasa.5 9.1.3. Larangan merokok di tempat kerja memberikan dampak kesehatan bagi perokok maupun bukan perokok. Larangan ini akan: (1) mengurangi paparan bukan perokok pada asap tembakau lingkungan, dan (2) mengurangi konsumsi rokok di antara para perokok. Penelitian dengan jelas menyimpulkan bahwa larangan atau pembatasan yang ketat terhadap merokok di tempat kerja memberikan keuntungan ekonomis. Hal ini mencegah tuntutan hukum bukan perokok/perokok pasif serta mengurangi biaya-biaya lainnya, termasuk
1 2

3 4 5

Lihat Bab 1, data tahun 2001. US National Institutes of Health 2002. National Cancer Institute. Smoking and Tobacco Control Monograph #10: Health effects of exposure to Environmental Tobacco Smoke; http://cancercontrol.cancer.gov/tcrb/monographs/10/ The World Conference on Tobacco or Health 2000. Environmental Tobacco Smoke http://tobaccofreekids.org/campaign/global/docs/ets.pdf WHO 2002. Tobacco Atlas Chapter 11. http://www5.who.int/tobacco/page.cfm?sid=84 Scollo.et al 2003. Review of the quality of studies on the economic effects of smoke-free policies on the hospitality industry, Tobacco Control 13(20); http://www.tobaccoscam.ucsf.edu/pdf/ScolloTC.pdf

109

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

diantaranya biaya untuk kebersihan, pemeliharaan peralatan dan fasilitas, disamping resiko kebakaran, absensi pekerja, dan kerusakan harta benda. Terlebih lagi, para pekerja akan mengkonsumsi rokok lebih sedikit, lebih mungkin untuk berhenti merokok, dan lebih mendorong untuk berhenti merokok dan memungkinkan mereka untuk berhenti lebih cepat daripada pekerja di tempat kerja dengan kebijakan yang lemah. Pemerintah Amerika Serikat memperkirakan bahwa setiap perokok akan membebani perusahaan sebesar US$ 2,000 - US$ 5,000 per tahun dalam bentuk peningkatan premi asuransi kesehatan, absensi, kehilangan produktifitas dan kerugian harta benda. 9.1.4. Asap tembakau mengandung 3000-4000 bahan kimia, termasuk diantaranya 60 bahan penyebab kanker.6 Beberapa tempat umum memisahkan perokok dari bukan perokok, tetapi ini tidak melindungi bukan perokok dari efek karsinogen dari orang yang merokok di ruangan yang sama. Bahkan teknologi ventilasi yang paling modern sekalipun tidak dapat menghilangkan racun berbahaya dalam asap tembakau lingkungan dari udara.7 9.2. Pembatasan Penjualan dan Promosi Tembakau pada Remaja. 9.2.1. Makin dini seseorang mulai merokok, makin besar kemungkinannya untuk mempertahankan kebiasaan tersebut selama hidup. Usia rata-rata mulai merokok di Indonesia menurun dari 18,8 tahun (1995) menjadi 18,3 tahun (2001). Industri tembakau memandang remaja sebagai target utama untuk memperluas pasarnya dan secara aktif mempromosikan penggunaan tembakau diantara anakanak dan remaja. Dalam laporan status perusahaannya di Indonesia, BAT mendiskusikan kampanye sebuah iklan BENTOEL 1987 yang secara khusus menargetkan remaja:
Sebuah kampanye iklan yang diluncurkan oleh pabrik rokok kretek BENTOEL untuk produk barunya bernama Bentoel Remaja menggambarkan kelompok remaja (murid sekolah laki-laki dan perempuan) yang mengendarai sepeda motor sambil merokok Bentoel Remaja dengan tema: Pilihan Remaja Indonesia 19878

9.2.2. Pembatasan promosi dan penjualan produk tembakau kepada anak-anak dan remaja terutama penting karena sifat ketagihan dari nikotin, dan ketidak mampuan remaja untuk memahami resiko jangka panjang. Pembatasan bagi industri tembakau untuk menjual dan mempromosikan produk tembakau pada anak dan remaja meliputi: a) larangan penjualan rokok batangan,
6 7 8

US National Institutes of Health 2002. National Cancer Institute Fact Sheet: Environmental Tobacco Smoke 2000; http://cis.nci.nih.gov/fact/3_9.htm US National Center for Tobacco Free Kids 2001; Ventilation Technology does not Protect People From Second-Hand Tobacco Smoke; http://tobaccofreekids.org/research/factsheets/pdf/0145.pdf P.T. BAT Indonesia, and Singapore Tobacco Company (PTE) LTD - June and July 1988 BAT 700324813 - 818 and 700324842 - 847. KS prepared the Indonesia report, CFC the Singapore. (Excerpts from a corporate status report on Asia.) http://www.globalink.org/tobacco/docs/secretdocs/batco1.shtml

110

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

b) larangan pemberian kupon diskon atau rokok secara cuma-cuma pada anak di bawah umur, c) larangan menyeluruh terhadap pemberian sponsor pada acara remaja; dan d) larangan menyeluruh pada media elektronik dan media cetak untuk memuat iklan produk tembakau. 9.2.3. Larangan Penjualan Rokok Batangan. Penjualan rokok batangan membuat anak dan remaja mampu membeli dan memudahkan akses bagi mereka. Departemen Keuangan (tahun 2002) telah menetapkan harga minimum satu batang rokok sebesar Rp. 125,- untuk klobot dan Rp. 400,- untuk SKM (Sigaret Kretek Mesin) dari perusahaan besar.9 Survei informal di beberapa warung di Jakarta tahun 2003 menunjukkan bahwa harga satu batang rokok di jalan berkisar antara Rp 300,- Rp 700,-. Industri rokok secara aktif mempromosikan penjualan rokok batangan. Dalam laporan kuartal pertamanya tahun 2002, Sampoerna menyatakan bahwa penjualan secara batangan mencakup 30% dari total penjualan.10 Pelaksanaan larangan penjualan rokok batangan memerlukan sanksi yang berat untuk pabrik, denda tinggi bagi pengecer yang melanggar, dan komitmen masyarakat secara keseluruhan terhadap penanggulangan rokok dan perlindungan remaja. 9.2.4. Larangan pemberian kupon diskon dan pemberian cuma-cuma produk tembakau bagi remaja. Memberikan kupon diskon untuk produk tembakau merupakan satu cara industri tembakau untuk menghindari hukum yang melarang distribusi produk tembakau secara cuma-cuma. Distribusi kupon diskon pada anak di bawah umum pada acara-acara umum, mendorong anak untuk mencoba-coba merokok, suatu bahan yang sangat adiktif dan merupakan kebiasaan jangka panjang yang cukup mahal. 9.2.5. Larangan menyeluruh pemberian sponsor produk tembakau pada acaraacara remaja. Sponsor tembakau pada konser dan kegiatan-kegiatan remaja bertujuan untuk menciptakan lingkungan dimana penggunaan tembakau dan iklan tembakau merupakan bagian kehidupan yang normal di masyarakat. Semua perusahaan tembakau besar di Indonesia mensponsori kegiatan olah raga dan kegiatan remaja. Djarum mensponsori pertunjukan konser Jazz, bulutangkis, tinju dan konser musik. BAT Indonesia mensponsori bulutangkis, balap motor dan mobil. Sampoerna mensponsori bola basket, pertandingan sepak bola, dan konser musik pop. Rothman mensponsori pertandingan sepak bola. Pemberian sponsor perusahaan rokok untuk film, konser dan acara olah raga menciptakan

10

USDA GAIN Report. Indonesia Tobacco and Tobacco Products: New Cigarette Excise and Minimum Retail Prices 2002. Decree of the Minister of Finance No. 449/KMK.04/2002 http://www.fas.usda.gov/gainfiles/200211/145784579.pdf Indoexchange.com; PT Hanjaya Mandala Sampoerna First quarter company update 2002. http://www.indoexchange.com/jsx/hmsp/etc/1qtr02-company-update.pdf

111

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

lingkungan yang mempromosikan konsumsi tembakau sebagai bagian dari norma sosial, terutama di kalangan anak dan remaja.11 9.2.6. Pelarangan Iklan Secara Menyeluruh. Iklan, promosi dan pemberian sponsor tembakau mentargetkan remaja sebagai sasaran dengan cara menciptakan citra yang keliru dari rokok sebagai sesuatu yang indah dan modern. (Lihat Bab 8). Larangan sebagian atau pembatasan iklan tembakau menghasilkan efek yang tidak berarti, atau bahkan tidak mempunyai efek sama sekali, karena industri tembakau akan mencari upaya alternatif untuk mengiklankan kepada remaja, seperti misalnya iklan komersial dalam sinetron dan film.12 9.2.7. Kegagalan Larangan Penjualan pada Anak Dibawah Umur. Pembatasan umur di lokasi penjualan rokok tidak pernah menunjukkan efektifitas yang tinggi. Pelaksanaan pelarangan demikian dapat menjadi mahal, dan tidak pernah terbukti mempunyai efek pada akses remaja kepada rokok ataupun pada prevalensi merokok.13 Banyak anak mempunyai akses kepada rokok di rumah mereka sendiri. Program-program akses remaja kepada tembakau secara luas telah didukung oleh industri tembakau, karena cara ini memperkuat satu diantara pesan pemasaran industri yaitu bahwa merokok adalah untuk orang dewasa. Akibatnya, merokok menjadi makin menarik bagi remaja.14 Dengan memfokuskan pada pesan bahwa merokok adalah kegiatan orang dewasa, maka merokok berarti dewasa atau sebagai kegiatan pemberontakan, dan dengan demikian meningkatkan daya tarik.15 9.3. Kemasan dan Pelabelan. 9.3.1. Ruangan yang terbatas untuk penempatan label pada produk tembakau mengakomodir dua kepentingan yang bersaingan. Dua kepentingan yang dapat diakomodir dalam ruang untuk pelabelan adalah: a) untuk mempromosikan merk dan pernyataan pabrik; b) menyediakan ruang bagi peringatan kesehatan, informasi konsumen, dan pita cukai. Tanpa peraturan pemerintah mengenai ukuran dan jenis peringatan kesehatan serta informasi bagi konsumen; industri tembakau lebih memilih meminimalkan
11 12 13 14 15

Catherine Reynolds 1999. Tobacco advertising in Indonesia: "the defining characteristics for success Tobacco Control 8:85-88 http://tc.bmjjournals.com/cgi/content/full/8/1/85 Smoke-Free Movies, UCSF: http://www.smokefreemovies.ucsf.edu/pdf/sfm_facts.pdf Rigotti et al 1997 NEJM 337:1044-1051. The effect of enforcing tobacco law sales on adolescent access to tobacco smoking and behavior. http://content.nejm.org/cgi/content/full/337/15/1044 WHO briefing 2003: Tobacco Industry Youth Smoking Prevention Programmes: a critique. http://www.ash.org.uk/html/conduct/pdfs/yspbriefwho.pdf Ling et al 2002. It is time to abandon youth access tobacco programmes; Tobacco Control 11: 3-6. http://tc.bmjjournals.com/cgi/content/full/11/1/3

112

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

tempat untuk pesan kesehatan dan pesan-pesan bagi konsumen sehingga lebih banyak ruang yang tersedia bagi promosi produk. Peraturan saat ini melarang merk tembakau dan pelabelan yang memberikan gambaran menyesatkan atau pernyataan yang menutupi efek kesehatan yang negatif. 9.3.2. Larangan bagi Pernyataan Produk yang Menyesatkan. Gambaran yang menyesatkan dapat meliputi kata-kata, grafik atau gambar yang menciptakan kesan salah atau palsu. Pernyataan yang menyesatkan bertujuan untuk menutupi bahaya kesehatan yang berhubungan dengan tembakau, atau mudah disalah artikan olen konsumen. Contoh jelas dari iklan menyesatkan terjadi pada tahun 2001, ketika BAT meluncurkan produk dengan label yang menggambarkan produk tersebut sebagai kurang beracun dan mengurangi efek karsinogen. 9.3.3. Larangan Pencantuman Kata mild dan low. Memposisikan merk rokok light dan low merupakan teknik pemasaran perusahaan tembakau yang bertujuan untuk meyakinkan para perokok bahwa mereka menggunakan produk yang kurang berbahaya. Pada saat ini, standar yang ada untuk mengukur kadar tar dan nikotin didasarkan pada standar industri rokok dan tidak mencerminkan dampaknya pada kesehatan. Kadar tar, nikotin dan CO (karbon monoksida) dari rokok saat ini ditetapkan dengan alat pemeriksaan yang diadopsi dari dan dipromosikan oleh industri rokok pada tahun 1967 (standar ISO).16 Metode-metode untuk menentukan kadar rokok, nikotin dan CO tidak secara nyata memprediksikan masukan (intake) dari kadar yang sebenarnya ataupun dampak kesehatan yang sesungguhnya. Hasil pengukuran mesin dari kadar tar dan nikotin tidak menggambarkan perubahan yang terjadi pada perilaku manusia. (Keterangan: kadar nikotin rendah akan menyebabkan orang mengisap lebih dalam atau lebih banyak rokok yang dikonsumsi dengan tujuan memenuhi kebutuhan tubuhnya akan kadar nikotin tertentu). Rokok dengan kadar tar yang rendah biasanya mempunyai kadar nikotin yang rendah pula. Orang merokok adalah untuk mencapai tingkat nikotin tertentu yang dapat memenuhi rasa ketagihannya. Ini berarti bahwa apabila orang beralih kepada rokok yang kadar tar dan nikotinnya rendah apabila diukur dengan mesin, yang sesungguhnya terjadi adalah orang tersebut akan merokok (dan membeli rokok) lebih banyak untuk mencapai tingkat nikotin yang diinginkan dan memuaskan rasa ketagihannya.17
16 17

US Federal Trade Commission. Up in Smoke: The truth about tar and nicotine ratings; and The 2000 report on Tar and Nicotine Ratings. http://www.ftc.gov/bcp/menu-tobac.htm US National Cancer Institute 2001. Monograph 13: Risks Associated with Smoking Cigarettes with Low Tar Machine-Measured Yields of Tar and Nicotine http://cancercontrol.cancer.gov/tcrb/monographs/13/index.html

113

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

Hasilnya adalah penjualan rokok yang lebih banyak. Lebih jauh lagi, konsumen disesatkan untuk percaya bahwa dampak bahaya kesehatannya menjadi berkurang. Komite Penasihat Ahli WHO untuk tembakau (SACTOB) menyarankan larangan penggunaan istilah: rendah tar, ultra mild, low sebagai tambahan pada nama-nama lain, merk, dan gambaran yang memberikan kesan menguntungan bagi kesehatan.18 9.3.4. Peraturan dan Penjelasan Mengenai Emisi (Asap Tembakau). Terdapat sampai dengan 1400 bahan sintetis tambahan yang dimasukkan ke dalam produk tembakau. Walaupun banyak diantaranya yang aman pada makanan, tetapi potensi efek negatifnya pada kesehatan akibat dari mengisap bahan-bahan tersebut, sebagian besar tidak diketahui. WHO merekomendasikan pemerintah untuk meminta pabrik tembakau untuk secara teratur mengumumkan semua kandungan bahan yang terdapat dalam tembakau, kertas, atau filter dan sejumlah emisi (bahan dalam asap tembakau) penting yang sesuai dengan merknya masing-masing.19 9.3.5. WHO merekomendasikan agar industri tembakau memberikan bukti empirik untuk setiap bahan tambahan, bahwa bahan tambahan tersebut tidak memberikan efek lebih lanjut yang berbahaya bagi kesehatan serta maksud penambahan bahan tersebut. Beban untuk pembuktian terletak pada industri untuk menunjukkan bahwa produknya tidak menyebabkan bahaya tambahan bagi konsumen. Lembaga yang membuat peraturan meminta instansi yang berwenang untuk mengatur/mengawasi penambahan bahan tambahan (bahan aditif) jenis apapun dan meminta agar bahan tersebut dihilangkan sampai pabrik dapat memastikan bahwa tidak terdapat bahaya tambahan bagi masyarakat sebagai hasil langsung atau tidak langsung dari penambahan bahan aditif tersebut atau terjadinya perubahan perilaku yang diakibatkannya. Beberapa bahan tambahan, seperti amonia telah dimasukkan oleh pabrik rokok untuk meningkatkan absorpsi nikotin dan juga meningkatkan ketagihan.20 9.4. Peringatan Kesehatan. 9.4.1. Pperingatan kesehatan pada bungkus rokok, produk tembakau lain dan iklan rokok membantu memberikan informasi pada konsumen tentang dampak negatif penggunaan tembakau pada kesehatan. Efektivitas peringatan kesehatan tergantung pada ukuran pesan, warna, bentuk huruf dan gambar; serta apakah pesan tersebut selalu sama atau berubah-ubah.
18 19 20

WHO SACTOB 2002. Conclusions and recommendations on health claims derived from ISO/FTC method to measuring cigarette yield; http://www5.who.int/tobacco/page.cfm?sid=82 WHO 2000. Advancing knowledge on regulating tobacco products. http://www5.who.int/tobacco/page.cfm?tld=96 WHO 2002. The Tobacco Atlas. http://www5.who.int/tobacco/page.cfm?sid=84

114

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

Peraturan perundangan yang ada di Indonesia tidak menetapkan ukuran minimum untuk tanda peringatan kesehatan, warna, atau kemudahan untuk dibaca. Ukuran pesan pada media luar ruangan (billboards) cenderung sangat kecil, dan hurufnya sulit dibaca. Pesan kesehatan hanya diminta untuk rokok dan tidak untuk produk tembakau lainnya. 9.4.2. Peringatan kesehatan harus keras, karena kebanyakan perokok memandang enteng besarnya resiko kesehatan yang dihubungkan dengan penggunaan tembakau. Peraturan yang ada sekarang hanya terdiri dari satu jenis pesan yang tidak diganti-ganti (dirotasi). Masyarakat menjadi terbiasa dengan pesan yang sama setiap kali untuk semua merk rokok, dan makna pesan kehilangan dampaknya. 9.4.3. Pada masyarakat dengan pendidikan formal yang rendah, perokok mungkin tidak mengerti sepenuhnya tentang peringatan kesehatan, sehingga pencantuman gambar akan lebih efektif. Walaupun tingkat melek huruf penduduk Indonesia cukup tinggi, sejumlah besar penduduk tidak memiliki pendidikan formal. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah mempunyai prevalensi merokok yang lebih tinggi. Data menunjukkan bahwa lakilaki tidak sekolah mempunyai prevalensi 73,0% dibandingkan dengan yang mempunyai latar belakang perguruan tinggi (44,2%) Kecenderungan penurunan prevalensi merokok konsisten dengan meningkatnya pendidikan. (Tabel 9.1)
Gambar 9.1 Prevalensi merokok menurut tingkat pendidikan
Prevalensi (%)
80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 Tidak sekolah/tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA PT 2.42 0.87 0.59 0.81 0.34 73.00 65.15 57.71 51.83 44.20

Laki-laki Perempuan

Tingkat Pendidikan

115

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

9.5.

Perilaku Industri Produk Tembakau dan Tuntutan Hukum21-22


teganya orang-orang ini yang sebenarnya mengetahui tetapi secara diam-diam sengaja menempatkan konsumen pada resiko, hanya semata-mata untuk mendapatkan keuntungan, dan menganggap bahwa penyakit dan kematian konsumen merupakan harga yang wajar dibayar untuk kenikmatan mereka!23

9.5.1. Sejak pertengahan tahun 1950-an, banyak bukti menunjukkan bahwa industri tembakau telah dan masih melakukan kegiatan untuk menghalangi perlindungan kesehatan masyarakat. Bukti menunjukkan bahwa industri tembakau memiliki fakta tersembunyi mengenai bahaya merokok bagi kesehatan, berjuang keras untuk mengacuhkan undang-undang penanggulangan tembakau di banyak negara, dan berusaha membeli pengaruh untuk menentang upaya penanggulangan tembakau. Contoh terbaik tentang hal ini adalah sebuah investigasi independen terhadap dokumen industri tembakau yang menyatakan bahwa perusahaan telah berupaya selama bertahun-tahun untuk mengalihkan upaya WHO untuk penanggulangan tembakau.24 Strateginya sangat rinci dan dibiayai dengan cukup, dan ditujukan untuk mendiskreditkan dan menghalangi WHO, mengurangi anggaran WHO, menganjurkan Badan Badan Dunia (UN) lainnya untuk melawan WHO dan menyimpangkan hasil karya ilmiah tentang dampak tembakau bagi kesehatan. Temuan penting ini menunjukkan bahwa industri tembakau terus berusaha menghalangi upaya penanggulangan tembakau di setiap langkah dan setiap kesempatan. 9.5.2. Litigasi. Litigasi mulai menjadi perhatian para pendukung penanggulangan tembakau karena besarnya dan berhasilnya tuntutan terhadap industri tembakau di Amerika Serikat baru-baru ini. Sukses dari perjuangan hukum di Amerika menunjukkan pentingnya untuk memfokuskan pada perilaku yang salah dari industri tembakau. Hubungan antara penyakit dan merokok telah diketahui sejak tahun 1950-an. Tetapi dari tahun 1954 hingga tahun 1980an, industri tembakau berhasil memenangkan ratusan kasus hukum. Pertama, industri tembakau menyangkal bahwa tembakau menyebabkan penyakit dan kematian. Kemudian mereka juga berargumentasi bahwa, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa rokok menyebabkan penyakit dan karena itu para perokok tahu resiko kesehatan.
21

22 23 24

The World Conference on Tobacco or Health 2000; Litigation http://tobaccofreekids.org/campaign/global/docs/litigation.pdf http://www5.who.int/tobacco/repository/stp69/final_jordan_report.pdf WHO 2002. Towards Health with Justice: Litigation and public inquiries as tools for tobacco control.http://www5.who.int/tobacco/repository/stp69/final_jordan_report.pdf ibid. From lawsuit: Haines v. Liggett Group, Inc ., 140 F.R.D. 681, 683 (D.N.J. 1992); Haines v. Liggett Group, Inc ., 975 F. 2d 81 (3rd Cir. 1992). Report of the Committee on Experts of Tobacco Industry Documents July 2000; Tobacco Company Strategies to Undermine Tobacco Control at the World Health Organization http://tobacco.who.int/repository/stp58/who_inquiry.pdf

116

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

Kenyataannya, keberhasilan industri disebabkan karena kebijakan yang tidak membatasi sumber daya, bahkan untuk kasus terkecil sekalipun, untuk berargumentasi tentang hal-hal yang rinci, yang secara umum mengakibatkan kelambatan dan kekacauan. Keberhasilan pertama di Amerika Serikat tahun 1983 membuahkan sebuah strategi penting: merubah persepsi masyarakat tentang industri tembakau dengan memusatkan pada perilaku yang salah dari industri dan bukan menyalahkan individu perokok. 9.5.3. Industri produk tembakau telah lama menggantungkan pada menyalahkan korban, dan menyatakan bahwa perokok bebas untuk menerima resiko mereka. Bukti menunjukkan bahwa nikotin adalah sama adiktifnya dengan heroin dan kokain; dan bahwa industri tembakau meningkatkan sifat adiktif dari nikotin dengan pemberian bahan tambahan atau melalui proses pengolahan. Data lebih lanjut menunjukkan bahwa hampir semua perokok menjadi ketagihan sebelum mereka mencapai usia dewasa, dan bahwa pabrik rokok secara sungguh-sungguh mentargetkan anak di bawah umur sebagai sasarannnya. 9.5.4. Contoh Kasus Litigasi yang Dilakukan di Beberapa Negara. 9.5.4.1 Tuntutan Jaksa Agung di Negara-Negara Bagian di Amerika Serikat. Pada tahun 1998, Jaksa Agung di setiap negara bagian Amerika Serikat memenangkan perkara melawan industri tembakau senilai US$ 246 milyar US dolar dimana sebagian digunakan untuk menutup biaya pelayanan kesehatan dan untuk mengobati penyakit pada perokok. Keberhasilan dari kasus ini adalah karena perhatian dipusatkan pada biaya dan trauma yang ditanggung oleh pemerintah dan pihak ketiga lainnya untuk pengobatan penyakit pada perokok. Sebagai tambahan, tuntutan hukum mengharuskan pemaparan sejumlah 35 juta halaman dokumen industri pabrik tembakau oleh Negara Bagian Minnesota. Bagian-bagian dari dokumen ini dapat diakses oleh umum di internet.25 9.5.4.2 Kasus Engle: Sebuah US Class Action. Tuntutan class action Engle diajukan pada tahun 1994 atas nama 40.000 - 50.000 penduduk Florida yang menjadi sakit karena merokok. Pada tahun 1999, hakim menetapkan pabrik tembakau telah bersalah membuat produk yang membuat ketagihan dan kecacatan, berkonspirasi untuk menyembunyikan bahaya merokok, dan bertanggung jawab atas kerusakan yang dapat terkena hukuman (punitive damages). Hakim memberikan US$ 12,7 juta kepada tiga korban kanker paru dan janda-janda mereka, diikuti dengan sejumlah US$ 145 juta untuk kerusakan dapat terkena hukuman (punitive damages) kepada kelompok penggugat. Kasus ini diajukan ke pengadilan banding.
25

Lihat the Tobacco Control Archives: University of California San Francisco http://www.library.ucsf.edu/tobacco/

117

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

9.5.4.3 Tuntutan Terhadap Pesan yang Menyesatkan: Kasus di Amerika Serikat Pada bulan Maret 2002, seorang hakim di Portland, Oregon meminta Philip Morris untuk membayar US$ 168.000 sebagai ganti rugi untuk kerusakan yang mendapat kompensasi (compensatory damages) dan US$ 150 juta untuk ganti rugi kerusakan yang dapat terkena hukuman (punitive damages) yang diberikan kepada seorang wanita yang telah merokok sigaret rendah tar dari perusahaan tersebut dengan merk Merit. Hakim membuktikan bahwa Philip Morris telah membuat pernyataan palsu bahwa seakan-akan rokok ringan (light) adalah kurang berbahaya daripada rokok biasa. Hakim juga membuktikan bahwa perusahaan rokok Merit ternyata merusak dan berbahaya.26 9.5.4.4 Tuntutan di Berbagai Negara Lain. Tuntutan hukum menyangkut tembakau telah dilakukan di 30 negara lain. Ada dua jenis tuntutan hukum utama: 1) individu dan kelompok. Individu yang menuntut ganti rugi untuk kerusakan kesehatan akibat merokok pasif dan aktif; dan 2) pemerintah atau perusahaan asuransi kesehatan menuntut ganti rugi untuk biaya pengobatan penyakit yang berhubungan dengan merokok. Tuntutan hukum yang berkaitan dengan tembakau telah diajukan ke pengadilan Australia, Bangladesh, Brasil, Kanada, Cina, Finlandia, Perancis, Jerman, India, Irlandia, Israel, Kepulauan Marshall, Pakistan, Jepang, Norwegia, Oman, Peru, Polandia, Korea Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swiss, Uganda dan Inggris. Sebanyak delapan puluh kasus lainnya saat ini sedang menunggu di sebelas negara. 9.5.4.5 Penyelundupan Rokok. Beberapa negara (termasuk Kanada dan Uni Eropa) telah mencoba menuntut pabrik tembakau karena peran konspirasi mereka untuk menyelundupkan rokok dan menghindari pajak (lihat Bab 6)27 9.5.4.6 Asap Tembakau Lingkungan: Kasus di Australia. Pada tahun 1991, organisasi konsumen Australia (the Australian Federation of Consumer Organization) berhasil mengajukan tuntutan bahwa iklan industri tembakau tentang efek berbahaya perokok pasif adalah menyesatkan dan memperdayai. 9.5.4.7 Tuntutan Hukum di India. Tuntutan hukum untuk kepentingan umum telah mengambil manfaat dari hak masyarakat India untuk mengajukan petisi kepada Mahkamah Agung untuk menerapkan hak individu atas hukum (constitutional rights). Petisi pertama yang diajukan oleh Murli Deora menegaskan tidak adanya
26 27

ASH UK. See Litigation. http://www.ash.org.uk/ Tacking the illicit trade in tobacco, ASEAN inter-sessional meeting, 4-7 March 2002. http://www.ash.org.uk/html/international/html/as_smuggling.html ; BAT and smuggling; ASH UK http://www.ash.org.uk/index.php?navState=&getPage=http://www.ash.org.uk/html/./smuggling/html/smug glingbat.html; Merriman et al 2002, How big is the worldwide cigarette smuggling problem? In Tobacco Control in Developing Countries, Oxford University Press. http://www1.worldbank.org/tobacco/tcdc.asp

118

Maret 2004

Bab 9 Undang-undang Kawasan Tanpa Rokok, Pembatasan Promosi Industri Tembakau untuk Anak dan Remaja, Kemasan dan Pelabelan, Peringatan Kesehatan dan Tuntutan Hukum

upaya pemerintah untuk menaggulangi penggunaan tembakau, telah mengabaikan hak masyarakat atas hukum (constitutional rights of citizens) sehubungan dengan hidup dan kesehatan. Pada tahun 2001, sebagai jawaban terhadap petisi Deora, Mahkamah Agung India menginstruksikan negara-negara bagian India untuk menerbitkan peraturan larangan merokok di rumah sakit, institusi pendidikan, kereta api dan transportasi umum, pengadilan dan kantor pemerintah, perpustakaan dan auditorium di seluruh India. 9.5.4.8 Pengadilan Syariah di Saudi Arabia. Pada tahun 2001, rumah sakit kanker terkemuka di kerajaan Saudi Arabia mengajukan tuntutan ke Pengadilan Tinggi Syariah di Riyadh terhadap sepuluh perusahaan tembakau internasional dan para distributor lokalnya. Tuntutan sebesar US$ 2,9 miliar tersebut adalah untuk membiayai pengobatan sekitar tiga juta perokok yang sakit selama 25 tahun. Kasus ini didasarkan pada ajaran Islam bahwa merokok adalah haram karena merusak tubuh dan merendahkan nilai kemanusiaan. 9.5.4.9 Tuntutan Terhadap Pelanggaran Jam Tayang Iklan di TV Indonesia 2002. Sebuah tuntutan hukum telah diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Yayasan Jantung Indonesia, Wanita Indonesia Tanpa Tembakau, Yayasan Kanker Indonesia dan Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok terhadap dua pabrik rokok (Djarum dan Sampoerna), dua stasiun televisi swasta (RCTI, SCTV), dua media cetak dan tiga biro iklan (Bisnis Indonesia, Gatra, PT Perada Swara Production, PT Citra Lintas Indonesia dan PT Metro Perdana Indonesia) karena menyiarkan iklan komersial rokok pada pagi dan sore hari, dengan melanggar peraturan pemerintah yang melarang iklan rokok di televisi pada siang hari setelah jam 05.00 pagi dan sebelum jam 9.30 malam. Tuntutan tersebut meminta tertuduh untuk membayar 500 miliar rupiah (US$ 5,5 juta) sebagai ganti rugi untuk membiayai promosi kesehatan dan membentuk sebuah lembaga pengelola. Tuntutan tersebut ditolak dan para penuntut diminta membuat pernyataan maaf secara terbuka. Respons terhadap keputusan ini adalah pengajuan Legal Standing.

119

Anda mungkin juga menyukai