Anda di halaman 1dari 12

TUGAS HANDOUT UAS ILBA NON DESTRUCTIVE TEST (NDT) DAN DESTRUCTIVE TEST (DT)

OLEH: Muhammad Tsani ( 4211 100 058)

JURUSAN TEKNIK SYSTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUTE TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER SURABAYA 2012

DAFTAR ISI DESTRUCTIVE TEST


1. Pengujian Tarik 1 2. Pengujian Tekan..3 3. Pengujian Lengkung..3

NON DESTRUCTIVE TEST


1. Visual Inspection ( VT....)6 2. Liquid Penetrant Test ( PT )...6 3. Magnetic Particle Inspection ( MT.)8

ii

PENGUJIAN LOGAM DENGAN CARA MERUSAK (DESTRUCTIVE TEST)

Destructive test adalah sebuah pengujian logam dengan merusak logam tersebut karena bertujuan untuk mengetahui kelemahan dari suatu logam atau material tersebut. Dengan kata lain destructive test ini adalah suatu aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatubenda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain dengan merusak benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan memiliki mutu yang baik sesuai dengan standar yang berlaku. Diantara contoh destructive test antara lain :

1. Pengujian Tarik
Pada uji tarik, benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji. Kurva tegangan regangan rekayasa diperoleh dari pengukuran perpanjangan benda uji. Tegangan yang dipergunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari pengujian tarik yang diperoleh dengan membagi beban dengan luas awal penampang melintang benda uji.
=

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan regangan rekayasa adalah regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan membagi perpanjangan panjang ukur (gage length) benda uji, L, dengan panjang awalnya, L0.
= =

000

Gambar 1.1 Benda kerja bertambah panjang L ketika diberibeban P.


1

Pada waktu menetapkan regangan harus diperhatikan: - Pada baja yang lunak sebelum patah terjadi pengerutan (pengecilan penampang) yang besar. - Regangan terbesar terjadi pada tempat patahan tersebut, sedang pada kedua ujung benda uji paling sedikit meregang.

Gambar 1.2 Kurva umum tegangan - regangan hasil uji tarik. Kurva tegangan regangan hasil pengujian tarik umumnya tampak seperti pada gambar B. Dari gambar tersebut dapat dilihat:

4.
= =

AR garis lurus. Pada bagian ini pertambahan panjang sebanding dengan pertambahan beban yang diberikan. Pada bagian ini, berlaku hukum Hooke

2. Y disebut titik luluh (yield point) atas. 3. Y disebut titik luluh bawah. 4. Pada daerah YY benda kerja seolah-olah mencair dan beban naik turun disebut daerah luluh. 5. Pada titik B beban mencapai maksimum dan titik ini biasa disebut tegangan tarik maksimum atau kekuatan tarik bahan ( B). Pada titik ini terlihat jelas benda kerja mengalami pengecilan penampang (necking). 6. Setelah titik B, beban mulai turun dan akhirnya patah di titik F (failure) 2

7. Titik R disebut batas proporsional, yaitu batas daerah elastidan daerah AR disebut daerah elastis. Regangan yang diperoleh pada daerah ini disebut regangan elastis. 8. Melewati batas proporsional sampai dengan benda kerja putus, biasa dikenal dengan daerah plastis dan regangannya disebut regangan plastis. 9. Jika setelah benda kerja putus dan disambungkan lagi (dijajarkan) kemudian diukur pertambahan panjangnya (L), maka regangan yang diperoleh dari hasil pengukuran ini adalah regangan plastis (AF).

5. Pengujian Tekan
Pengujian tekan merupakan kebalikan dari pengujian tarik. Namun pada dasarnya teori dari pengujian tekan ini sama dengan penguian tarik, hanya saja pada pengujian tarik benda yang diuji menjadi lebih panjang, sedangkan pada pengujian tekan benda yang diuji menjadi lebih pendek. pada mesin penguji gaya tekan yang akan semakin bertambah besar akhirnya menekan pada benda kerja tersebut, maka benda kerja tersebut akan menjadi pendek dan akhirnya rusak dan pecah.

6. Pengujian Lengkung
Pengujian lengkung merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang dilakukan terhadap speciment dari bahan baik bahan yang akan digunakan sebagai konstruksi atau komponen yang akan menerima pembebanan lengkung maupun proses pelengkungan dalam pembentukan. Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersmaan. Gambar dibawah ini memperlihatkan prilaku bahan uji selama pembebanan lengkung.

Gambar 3.1 pembebanan lengkung pada pengujian lengkung

Gambar 3.2 pengaruh pembebanan lengkung terhadap bahan uji sebagaimana prilaku bahan terhadap pembebanan, semua bahan akan mengalami perubahan bentuk (deformasi) secara bertahap dari elastis menjadi plastis hingga akhirnya mengalami kerusakan (patah). Dalam proses pembebanan lengkung dimana dua gaya bekerja dengan jarak tertentu (1/2L) serta arah yang berlawanan bekerja secara beramaan (lihat gambar 3.2), maka Momen lengkung (Mb) itu akan bekerja dan ditahan oleh sumbu batang tersebut atau sebagai momen tahanan lengkung (Wb). Dalam proses pengujian lengkung yang dilakukan terhadap material sebagai bahan teknik memilki tujuan pengujian yang berbeda tergantung kebutuhannya. Berdasarkan kepada kebutuhan tersebut makan pengujian lengkung dibedakan menjadi 2, yakitu : a. Pengujian lengkung beban dan b. Pengujian lengkung perubahan bentuk. Pengujian lengkung beban ialah pengujian lengkung yang bertujuan untuk mengetahui aspekaspek kemampuan bahan uji dalam dalam menerima pembebanan lengung, yakni : Kekuatan atau tegangan lengkung (b) Lenturan atau defleksi (f)Sudut yang terbentuk oleh lenturan atau sudut defleksi dan Elastisitas (E)

Uji lengkung dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan mekanis dari material las. Seperti tampak pada Gb. Uji Lengkung 1, adadua jenis uji lengkung, yaitu: uji lengkung kendali dan uji lengkung gulungan. Pada tiap-tiap jenis uji lengkung itu, sebuah spesimen dalambentuk dan ukuran tertentu dilengkungkan sampai radius bagian dalam tertentu dan sudut lengkung tertentu, kemudian diperiksa keretakan dan kerusakannya. Uji lengkung pada rigi-rigi las dilakukan untuk menentukan pipa saluran pada daerah pemanasan dan menilai keutuhan mekanis pada daerah pengelasan, dan seringkali digunakan sebagai bagian dari uji kualifikasi juru las. Tabel Uji Lengkung 1 menunjukkanjenis-jenis spesimen yang digunakan untuk uji lengkung dan arah percontohan dari tiap-tiapspesimen. Uji lengkung dapat digolongkan menjadi uji lengkung depan, uji lengkung bawah dan uji lengkung sisi sesuai dengan arah pemberian tekanan pada spesimen, seperti terlihat pada Gb. Uji Lengkung 2

Jenis-jenis specimen Specimen lengkung depan Specimen lengkung bawah Specimen lengkung sisi Specimen lengkung bawah membujur Spesimen lengkung depan membujur

Arah percontohan Arah membujur specimen harus berada pada sudut kanan dan garis las

keterangan Specimen lengkung sisi digunakan sebagai penggaris apabila plat atau pipa yang akan diuji ketebalannya 19 mm atau lebih Specimen-spesimen ini digunakan apabila logam dasar dan logam las dari plat yang akan diuji tingkat pemanjangan yang berbeda

Arah membujur specimen harus pararel dengan garis pengelasan

Gambar 3.3 uji lengkung 1

Gambar 3.4 uji lengkung 2


5

PENGUJIAN LOGAM DENGAN CARA TIDAK MERUSAK (NONDESTRUCTIVE TEST)


Pengujian logam dengan cara tidak merusak atau non destrtructive testing (NDT) memiliki lingkup bidang yang sangat luas, cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peran yang sangat penting guna memberikan jaminan bahwa srtuktur dan system komponen berfungsi dengan baik serta efisien biaya. Non destructive testing adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan memiliki mutu yang baik sesuai dengan standar yang berlaku. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen dalam proses produksi terutama unuk industri fabrikasi.
Dalam aplikasinya NDT menggunakan bermacam-macam metode yang sekarang terus berkembangkan untuk memperoleh cara yang lebih baik. Beberapa metode Non Destructive Testing meliputi :

1. Visual Inspection ( VT )
Sering kali metode ini merupakan langkah yang pertama kali diambil dalam melaksanaknan NDT. Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan korosi pada material. Dalam hal ini tentu saja adalah retak, cacat yang dapat terlihat oleh mata telanjang atau dengan bantuan alat seperti kaca pembesar, kaca atau borescopes.

2. Liquid Penetrant Test ( PT )


Liquid Penetrant Test atau biasa disebut Dye penetrant test merupakan salah satu metode NDT. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan dari suatu maerial, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini,atcacpada permukaan material akan terlihat. Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna terang pada permukaan material yang diinspeksi, biasanya warna merah. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa di permukaan material disingkirkan dengan cairan pembersih. Cacat akan nampak jika ada cairan penetrant yang tertinggal dicelah permukaan material setelah developer disemprotkan. Untuk menentukan cacat atau tidaknya suatu mmaterial tergantung standar apa yang digunakan serta pengalaman dari non Destructive technician itu sendiri, sebab butuh ketelitian tinggi walaupun metode ini terlihat sederhana.

Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas, misalnya :

1. Keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika keretakan tersebut merembathingga ke permukaan benda. Sedangkan keretakan yang ada dibawah permukaan benda,tidak akan terdeteksi dengan menggunakan metoda pengujian ini. 2. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat mengakibatkan indikasipalsu. 3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda hasil hasilmetallurgy yang kurang padat.

Penggunaan uji liquid penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan non ferrous saja, tetapi juga pada keramik, plastic, gelas danbenda-benda hasil powder metallurgy. Metoda pengujianliquid penetran ini diklasifikasikan sesuai dengan cara pembersihannya, yaitu :

1. Water Washable Penetrant System Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent. Proses pengerjaannya cepat danefisien. Pembilasan harus dilakukan secara hati-hati, karena liquid penetran dapatterhapus habis dari permukaan yang discontinuity.

2. Post Emulsifible System Biasa digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil, menggunakan penetrantyang tidak dapat dibasuh dengan air. Penetrant jenis ini dilarutkan dengan oli danmembutuhkan langkah tambahan pada saat penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifieryang dibiarkan pada permukaan spesimen.

3. Solvent Removable System Solvent removable sistem digunakan pada saat pre cleaning dan pembasuhan penetrant.Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan penetrant secara optimum dapat dicapaidengan cara mengelap permukaan benda kerja dengan lap yang telah dilembabkandengan solvent. Tahap akahir dari pengelapan dilakukan dengan menggunakan kainkering.

Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya :

1. Visible Penetrant Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan padapenampilannya uang contrast terhadap latar belakang warna developernya. Proses initidak membutuhkan pencahayaan ultra violet, tetapi membutuhkan cahaya putih yangcukup untuk pengamatan.

2. Fluorescent PenetrantLiquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disensivitas fluorescent penetrantbergantung pada kemampuannya untuk menampilkan diri terhadap cahaya ultra violetyang lemah pada ruangan yang gelap.

3. Dual Sensitivity PenetrantPada system ini, specimen yang telah mengalami pengujian, untuk mengetahui cacat dipermukaannya dengan cara dilihat melalui bantuan cahaya lampu dengan kekuatanminimal 100 Fc. Tetapi apabila dengan cara itu tidak ditemukan cacat permukaan makadilihat di dalam ruang gelap dengan bantuan sinar ultraviolet.

3. Magnetic Particle Inspection ( MT )


Metode Magnetic Particle Inspection(MPI) yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahuicacat permukaan (Surface)dan permukaan bawah (Subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik.Dengan menggunakan prinsip memagnetisasi bahan yang akan diuji yaitu dengan caramengalirkan arus listrik dalam bahan yang diinspeksi. Adanya cacat yang tegak lurus arah medanmagnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikanadanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk mendeteksi cacat adanya kebocoran medanmagnet adalah dengan menaburkan partikel magnetik permukaandi. Partikel-parikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet atau arah medan magnet akan berbelok sehinggaterjadi kebocoran fluks magnetikBocoran. fluks magnetik akanmenarik butirbutirferromagnetikdi permukaan sehingga lokasi cacat dapat ditunjukkan.

Gambar 3.1 aliran magnet dan partikel magnet 8

Untuk menciptakan medan magnet pada Magnetic Particle Inspectiondigunakan arus listrilk. Ada beberapa jenis arus listrik yang digunakan di MPI yaitu alternating current(AC) dan direct current. Alternating current (AC) digunakan untuk mendeteksi diskontinuitas permukaan.Sedangkan kemampuannya untuk mendeteksi diskontinuita bawah permukaan terbatas. Untuk itudigunakan direct current (DC) yang berfungsi untuk mendeteksi diskontinuitasbagian bawah permukaan yang tidak mampu ditembus oleh arus AC. Jumlah penetrasi magnet tergantung pada jumlah arus melewatibagian DC juga terbatas pada bagianbagian yang sangat besar cross sectionalseberapa efektifakan menarik bagian.

3.1 Magnetisasi dan demagnetisasi pada magnetic particle inspection


Dalam proses pengujian magnetic particle inspection ini, ada yang disebut dengan magnetisasi dandemagnetisasi. Magnetisasi adalah proses yang dilakukan untuk membangkitkan medan magnet pada benda yang akan di inspeksi.Ada beberapa metode dalam magnetisasisuatu benda kerja yang akan diuji, yaitu : 1. Magnetisasi Longitudinal yang dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan dalam koil. 2. Magnetisasi Yoke, dengan cara ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi. 3. Magnetisasi Siskular yang terdiri dari:

a. Magnetik Tak Langsung, dilakukan dengan mengalirkan arus listrik ke konduktor sentral.Medan magnet mengenai bahan dan benda yang dilingkupinya. b. Magnetisasi Langsung, dilakukan dengan mengalirkan arus listrik padabahan yang akan dimagnetisasi. c. Prod, magnetisasi dengan cara material ferromagnetik dililiti dengan logam tembagakemudian dialiri listrik. Setelah benda memiliki medan magnet, benda itu harus di demagnetisasiuntuk membalikkan kekeadaan benda semula, yaitu tidak mengandung medan magnet. Demagnetisasi adalah proses penghilangan magnet sisa pada benda uji setelah dilakukan pengujian. Tujuan dilakukannya prosesdemagnetisasi adalah agar setelah pengujian benda yang diuji tidak mengganggu atau mempengaruhi proses yang berikutnya dilakukan. Demagnetisasi dapat dilakukan menggunakan arus AC atau DC.Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil yang dialiri arus AC kemudianditurunkan dengan perlahan-lahan. Jika menggunakan arus DC maka dengan step down bolak-balik berulang.

Anda mungkin juga menyukai