MJ102 111066 667 10
MJ102 111066 667 10
Ns.Andy Armyanto,S.Kep
KEPEMIMPINAN VS MANAJEMEN
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang untuk mencapai tujuan organisasional Kekuasaan adalah kemampuan yang berpotensi untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
KEPEMIMPINAN VS MANAJEMEN
Karakteristik pemimpin dan manajer
JIWA
Visioner Penuh gairah Kreatif Fleksible Rasional Berkonsultasi Persisten Menyelesaikan masalah
PIKIRAN
Penuh Inspirasi
Inovatif Berani Imaginatif Suka mencoba Mencetuskan perubahan Kekuatan pribadi
Berwatak keras
Analitikal Terstruktur Tenang Berkuasa Menstabilkan Kekuasaan Posisi
KEPEMIMPINAN VS MANAJEMEN
Kekuasaan Posisi
Kekuasaan manajer tradisional datang dari organisasi. Posisi manajer memberinya kekuasaan untuk memberikan penghargaan atau hukuman. 1. Kekuasaan sah 2. Kekuasaan penghargaan 3. Kekuasaan koersif
Kekuasaan Pribadi
Kekuasaan pribadi berasal dari sumber-sumber internal seperti pengetahuan khusus, karakteristik kepribadian.
KEPEMIMPINAN VS MANAJEMEN
Dua tipe kekuasaan pribadi adalah : 1. kekuasaan ahli : kekuasaan yg berasal dari pengetahuan khusus atau ketrampilan dalam tugas-tugas yang dikerjakan oleh para bawahan. 2. Kekuasaan pengacu : kekuasaan yang berasal dari karakteristik karakteristik yang membangkitkan pengenalan, rasa hormat dan kekaguman para bawahan.
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN :
Karakteristik (traits) : karakteristik pribadi yang istimewa, seperti intelijensi,nilai-nilai dan penampilan.
Karakteritik-karakteristik fisik Kepribadian Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan
Kepercayaan diri Kejujuran dan integritas Dorongan keberhasilan,keinginan untuk unggul Sifat berhati-hati dalam mengejar tujuan-tujuan Tekun menghadapi rintanganrintangan,keuletan
Antusiasme Keinginan untuk memimpin Kemandirian Intelejensi dan kemampuan Intelejensi,kemampuan kognitif Pengetahuan Penilaian, ketegasan Karakteristik sosial Keramahan,ketrampilan antarpersonal Kemauan untuk berkooperatif Kemmapuan untuk bekerjasana Kebijaksanaan,diplomasi
Univ. Ohio melakukan survey untuk memahami perilaku pemimpin dalam mempengaruhi bawahan. Hasil survey mengemukakan 2 kategori luas dari demensi perilaku pemimpin, yaitu :
yang menggambarkan perilaku pemimpin yang empati & sensitif terhadap bawahan, menghormati ide & perasaan mereka, berusaha menciptakan kepercayaan timbal balik dengan bawahan.
menggambarkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada penyelesaian tugas, mengarahkan aktivitas org secara ketat untuk mencapai tujuan tertinggi
Peneliti UNIV MICHIGAN meneliti demensi perilaku pemimpin melalui produktivitas kelompok atau bawahan, sehingga secara langsung membandingkan mana perilaku pemimpin yg efektif dan mana perilaku pemimpin yg tdk efektif, hasilnya adalah dua demensi perilaku pemimpin, yaitu : berpusat pd bawahan (employee centered) dan berpusat pd tugas (job centered)
Keyakinan dasar pendekatan kontigensi adalah perilaku pemimpin yang efektif pada situasi tertentu belum tentu efektif dalam situasi lainnya.
FIEDLER cs mencari hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi organisasional. Pokok t. Fiedler berfokus pada apakah seorang pemimpin menekankan pada gaya orientasi hubungan atau tugas. Untuk menentukan apakah seorang pemimpin berorientasi pada tugas atau hubungan. Jika orientasi hubungan, pemimpin menekankan pada terciptanya kepercayaan & penghormatan timbal balik, mendengar kebutuhan bawahan & komunikasi 2 arah. Jika orientasi tugas, pemimpin menekankan pada penyelesaian tugas dan prestasi tinggi dari bawahan.
1. Kualitas hubungan pemimpin - bawahan 2. Struktur tugas, yaitu apakah tugas yang dikerjakan bawahan terdefinisi, melibatkan prosedur yang spesifik, jelas, mempunyai tujuan pasti 3. Kedudukan kekuasaan, berhubungan dengan apakah pemimpin memiliki wewenang formal yang kuat pada bawahan. Dari 3 elemen di atas menghasilkan 8 situasi kepemimpinan, yang dibedakan menjadi situasi yang favorable dan non favorable, seperti berikut :
1. Pemimpin dengan gaya berorientasi tugas lebih efektif ketika situasi yang dihadapi sangat favorable atau unfavorable 2. Pemimpin dengan gaya berorientasi hubungan akan efektif jika situasi yang dihadapi menengah.
1.
Pemimpin harus memahami orientasi seperti apa yang sedang diperankannya dan Pemimpin harus mendiagnosa situasi dan menentukan gaya yang sesuai dengan situasinya
2.
Teori ini berfokus pada karakteristik kematangan bawahan sebagai kunci pokok situasi yang menentukan keefektifan perilaku pemimpin
3. Berpartisipasi (partisipating)
4. Mendelegasikan (delegating)
Ditandai dengan komunikasi satu arah, bersifat instruksi yang mengarahkan bawahan, secara ketat dalam menyelesaikan tugas.
Ditandai dengan komunikasi dua arah dari pemimpin, walaupun masih memberikan pengarahan, tetapi pemimpin masih meminta masukan dari bawahan sebelum mengambil keputusan.
4. GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL @ Gaya berpartisipasi, ditandai dengan kerjasama antara pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan melalui komunikasi 2 arah dan memberikan kemudahan akses informasi penting @ Gaya mendelegasikan, ditandai dengan kebebasan dan pendelegasian tugas serta wewenang yang luas kepada bawahan. Pemimpin hanya memberikan sedikit pengarahan dan pengawasan, karena bawahan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya dengan efektif dan efisien.
TINGGI
ORIENTASI HUBUNGAN
S3
S2
S4
RENDAH
S1
TINGGI
TINGGI
R4 R4= MAMPU & MAU
MENENGAH
R3 R2
RENDAH
R1 R1= TDK MAMPU &
TDK MAU
TEORI PATH GOAL Klarifikasi jalan, artinya pemimpin bekerja dengan bawahan utk menolong mereka mengidentifikasi dan belajar tentang perilaku apa saja yang membawa penyelesaian tugas yang efektif serta mencapai reward organisasi. Meningkatkan reward, artinya pemimpin berbicara kepada bawahan untuk belajar memahami hadiah seperti apa yang diinginkan bawahan, apakah mereka menginginkan hadiah intrinsik atau lebih menginginkan hadiah ekstrinsik, seperti gaji dan promosi.
Pemimpin harus menolong bawahan mengklarifikasikan harapannya, agar bawahan tidak mempunyai harapan yang terlalu tinggi.
5. Pemimpin harus berusaha mengurangi hambatan yang menimbulkan frustasi bagi proses pencapaian tujuan kinerja bawahan. 6. Pemimpin harus berusaha meningkatkan kesempatan pada bawahan untuk merasakan kepuasan pribadi melalui pencapaian kinerja yang efektif.