Anda di halaman 1dari 3

Latar belakang Tiga desa pakraman di Kecamatan Sawan yakni Desa Pakraman Kerobokan, Desa Pakraman Kloncing, dan

Desa Pakraman Sinabun, masih memelihara dengan baik tradisi nyekar yang dilakukan dengan makemit atau menginap di tepi Pantai Segara Kerobokan. Tradisi itu merupakan semacam variasi dari upacara pakelem yang dilaksanakan di laut. Tradisi menginap di pantai bukan hanya dilakukan oleh prajuru desa pakraman atau kepala keluarga, namun biasanya dilakukan bersama-sama dengan keluarga. Kegiatan nyekar ini dilaksanakan di pantai segara desa Kerobokan yang menjadi bagian dari desa pakraman Kerobokan. Ketiga desa ini melakukan upacara nyekah sehari setelah Purnama Kapat. Biasanya pada hari yang ditentukan, jalan kawasan Pantai Kerobokan sudah padat sejak pagi hari. Warga desa pakraman yang menggelar acara makemit itu sejak pagi membawa bambu berbagai ukuran. Bambu itu digunakan untuk membangunan semacam gubuk kecil di tepi pantai, yang digunakan selain sebagai tempat beristirahat juga digunakan untuk menaruh sesajen yang nantinya akan di pakai dalam prosesi persembahyangan sebelum atau sesudah digunakan. Biasanya bangunan sederhana itu dibuat dengan kain sukla atau kain yang belum dipakai. Setelah lewat pukul 00.00 wita, warga mulai sibuk mempersiapkan prosesi upacara puncak atau yang disebut nyekar atau pakelem. Upacara pakelem biasanya berlangsung sekitar pukul 03.00 wita atau sebelum matahari terbit. Upacara ini diisi dengan kegiatan menghanyutkan sekah ke tengah laut Atau menghayutkan persembahan berupa sesajen dan canang sari dan dupa dengan memakai pelepah pisang yang dibuat persegi seperti rumpon. Namun dengan berkembangnya zaman nilai dan tujuan di adakan upacara ini sudah mulai pudar khususnya bagi remaja dan orangorang yang kurang mengerti tentang tujuan dari upacara ini.

tidak jarang beberapa remaja terlihat bersama pasangan mereka hanya duduk dan bercengkrama tanpa mengikuti posesi upacara keagamaan ini secara sepenuh hati, bahkan upacara yang seharusnya berjalan dengan hikmat kerap terganggu dengan aktivitas perjudian dan hiruk pikuk pedagang yang berjualan disekitar area persembahyangan. Atas dasar ini kami mencoba untuk membuat laporan yang terkait dengan upacara keagamaan nyekah yang menjadi tradisi leluhur yang harus dipertahankan melawan perkembangan zaman diera globalisasi ini. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas kami menyusun beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas di pembahasan nanti yaitu: 1. Apa yang menjadi pedoman atau dasar pemikiran kegiatan upacara keagamaan nyekah ini dilakukan? 2. Apa yang menjadi tujuan dari upacara keagamaan nyekah ini? 3. Adakah kendala yang timbul dalam melakukan upacara nyekah ini? 4. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? 5. Adakah pengaruh dan akibat dari perkembangan zaman terhadap runtutan upacara, mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan penutup acara nyekah?

*n/b: ini perlu wawancara dek, coba tanyain guru, kpala desa, atau jero kelian adatnya, Untuk pertanyaan yg pertama ada ngak buku ato lontar atau hanya awig-awig yang mengharuskan melaksanakan kegiatan nyekah?

Yg kedua: tujuannya selain untuk mempererat sikap kekeluargaan dan persaudaraan juga bisa ditambah dengan ini, upacara nyekar merupakan ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi karena upacara yang digelar di wewidangan desa pakraman berlangsung baik selain itu upacara ini digelar juga sebagi ungkapan permakluman atas kekurangan-kekurangan atau kesalahan-kesalahan selama melaksanakan upacara di desa pakraman tersebut. Sekaligus setelah itu menjadi titik awal untuk menjalani kehidupan di desa pakraman. Tapi wt tambahan n kepastiannya Tanya lg. Yg ke 3: ada ngk kesulitan yng timbul contohnya dari menentukan hari, mengkordinasi, atau menentukan siapa yang terlibat didalamnya dan kalo dilihat pantai kerobokan semakin sempit akibat abrasi pantai, itu menjadi kendala ngak? Tyus pas hbis acara bekas gubuknya gk dirapiin/dibersihin itu khn kendala juga dalam penutupan acara. Yg ke 4: caranya mengatasi hal itu gimana? Yg ke 5 : khn sekarang banyak yg bw mbil, motor, kain yg dipake wt bikin gubuk kadang pake bekas, trus ada bnyk mong-mongan, ceki yang mengganggu kehikmatan dari upacara ini bahkan ada yg pacaran lg.. (koe dah). Ada ngk pengaruhnya? Ato malah ngak berpengaruh sama kegiatan ini? BACA LAGI DAN TAMBAH-TAMBAHIN KALO ADA YG SALAH GANTI LATAR BELAKANGNYA.

Anda mungkin juga menyukai