Anda di halaman 1dari 30

Kota Palembang

Kinanthi Ayu Pangestika X-AP I

Daftar Isi 1
2 3 4
Pendahuluan Letak Geografis
Asal-usul Nama Palembang

5
6 7 8

Pemerintahan Objek Wisata Seni dan Budaya Makanan Khas

Sejarah Kota Palembang

Pendahuluan
Kota Palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang juga merupakan ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya, sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Bukit Siguntang, di Palembang Barat, hingga sekarang masih dikeramatkan banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di masa lalu. Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan dari prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 Masehi. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang. Kota ini diserang beberapa kali oleh kekuatan asing, dimana kerusakan terparah terjadi saat penyerangan pasukan Jawa tahun 990 dan invasi kerajaan Chola tahun 1025.

Letak Geografis

Secara geografis, Palembang terletak pada 25927.99LS 1044524.24BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 102,47 Km dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Selain itu di Palembang juga terdapat Sungai Musi yang dilintasi Jembatan Ampera dan berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah.

Asal-usul Nama Palembang


Sebutan kota palembang, berasal dari kata sangsekerta wanus artinya negeri atau kota, bahasa asli masyarakat menyebutnya lembeng bermakna genangan air : ditambah awalan pa yang menunjukkan tempat, kemudian dirangkai menjadi kata palembang artinya kota yang selalu digenangi air, karena secara geografis terletak di daerah rendah penuh rawa-rawa 37,36% wilayahnya tergenang air.

Sejarah Kota Palembang

Fase Kerajaan Sriwijaya


Prasasti Kedukan Bukit berangka 682 Masehi merupakan prasasti tertua yang ditemukan di Palembang. Prasasti

ini menceritakan adanya pasukan besar yang datang dari Minanga Tamwan dengan perasaan suka cita. Sejarawan merujuk angka pada prasasti ini sebagai hari lahir Sriwijaya, walaupun kemungkinan Palembang telah menjadi ibukota kerajaan sebelum tahun tersebut. Pada periode 850 1025 Masehi, Palembang merupakan kota terkaya di Asia Tenggara, hal ini seiring dengan kemakmuran perdagangan Kerajaan Sriwijaya. Selain menjadi pusat perdagangan Timur Jauh, pada masa ini Palembang juga menjadi pusat pengajaran agama Buddha. Para pelajar dari Tiongkok banyak singgah di kota ini untuk mempelajari agama Buddha sebelum melanjutkannya di India. Pada tahun 990, Dharmawangsa dari Kerajaan Medang menyerang Palembang. Pada penyerangan ini istana kerajaan diserbu dan Palembang luluh lantak. Namun Culamanivarmadeva, raja yang berkuasa ketika itu, dapat menguasai keadaan dan memukul balik pasukan Jawa untuk kembali ke Medang. Palembang yang makmur itu kembali mendapat

serangan dari pihak asing. Rajendra Chola dari Kerajaan Chola menjarah Palembang pada tahun 1025. Setelah
menghancurkan Palembang dan menawan rajanya, pasukan Chola menjarah harta kerajaan yang melimpah ruah sebagai rampasan perang. Dengan penyerangan ini situasi kerajaan tidak terkendali yang berakibat pindahnya ibukota Sriwijaya ke Jambi. Sejak kepindahan ini Palembang hanya menjadi kota pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing.

Fase Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya


Setelah keruntuhan Sriwijaya, tidak ada satupun kekuasaan besar yang mengendalikan kota. Pada masa

itu di Palembang dan sekitarnya bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus Kuning di hilir Sungai Musi, Si Gentar Alam di daerah Perbukitan, Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai Komering, Panglima Gumay di sepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Selain itu beberapa pedagang Tiongkok menjadikan kota ini sebagai pangkalan perdagangan mereka. Orang Laut juga menjadikan Palembang sebagai markas mereka untuk melakukan aktifitas bajak laut.

Pada fase inilah muncul pangeran Sriwijaya yang terakhir, Parameswara. Setelah penyerangan
Majapahit ke Palembang, Parameswara bersama Sang Nila Utama pergi melarikan diri ke Tumasik. Disana dia membunuh gubernur Tumasik yang berkebangsaan Thai. Sewaktu pasukan Thai akan menyerang Tumasik, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka di semenanjung Malaysia, dan mendirikan Kerajaan Malaka. Setelah menikahi putri Samudera Pasai, Parameswara memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah. Kejayaan Malaka pada abad ke-15, menjadikannya sebagai penguasa tunggal Selat Malaka, dan pada masa itu Palembang juga berada di bawah kekuasaannya.

Fase Kesultanan Palembang Darussalam


Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari

Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting di balik hancurnya Majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar), dan Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah Kesultanan Demak yang merupakan pengganti Majapahit di Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula Kesultanan Palembang Darussalam dengan Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman sebagai raja pertamanya. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu raja yang paling terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris).

Fase Kolonialisme
Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II

pada pertempuran besar yang melibatkan Jendral de Kock, Palembang nyaris menjadi kerajaan bawahan. Beberapa sultan setelah Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyatakan menyerah kepada Belanda, berusaha untuk memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan pembumihangusan bangunan kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar, dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.

Sekarang
Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai

Kota Wisata Air pada tanggal 27 September 2005. Presiden mengungkapkan bahwa Palembang dapat dijadikan kota wisata air seperti Bangkok di Thailand dan Phnom Penh di Kamboja. Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama Visit Musi 2008.

Pemerintahan
Kota Palembang dibagi ke dalam 16 Kecamatan dan 107 Kelurahan, kecamatankecamatan tersebut yaitu:
Pakjo Ilir Timur I Bukit Kecil Kemuning

Ilir Timur II
Ilir Barat I Ilir Barat II Seberang Ulu I Seberang Ulu II Sukarame

Kertapati
Plaju Gandus Kalidoni Alang-alang lebar Sematang Borang Sako

Gubernur
Alex Noerdin (lahir di Palembang,

Sumatera Selatan, 9 September 1950; umur 62 tahun) adalah Gubernur Sumatera Selatan sejak 7 November 2008. Sebelumnya ia menjabat Bupati Musi Banyuasin selama 2 periode berturut-turut (2001-2006 dan 2007-2012). Pada tanggal 14 Juni 2008, dalam periode kedua masa jabatannya, ia mengundurkan diri terkait dengan pencalonan dirinya sebagai Gubernur Sumatera Sumatera Selatan dalam Pilkada Sumatera Selatan periode 2008-2013.

Wakil Gubernur
Eddy Yusuf lahir di Baturaja pada 4

Desember 1955. Ia anak ke-6 dari 10 bersaudara pasangan Abdullah Mandjan dan Yus Chairani.

Ayahnya mantan Asisten Wedana dan ibunya


guru Sekolah Rakyat (SR). Meskipun ayahnya Asisten Wedana kala itu, Eddy Yusuf tidak serta merta merasakan enaknya menjadi anak pejabat. Sejak kecil, ia dipaksahidup mandiri oleh

ayahnya.

Objek Wisata

Sungai Musi
Sungai Musi, sungai

sepanjang sekitar 750km yang membelah Kota Palembang menjadi dua bagian yaitu Seberang Ulu dan seberang Ilir ini merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sejak dahulu Sungai Musi telah menjadi urat nadi perekonomian di Kota

Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan.

Jembatan Ampera
Jembatan Ampera, sebuah

jembatan megah sepanjang 1.177 meter yang


melintas di atas Sungai Musi yang

menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir ini merupakan ikon Kota Palembang. Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 dan dibangun dengan

menggunakan harta rampasan Jepang serta tenaga ahli dari Jepang.

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I


Masjid Agung Sultan Mahmud

Badaruddin I Palembang, terletak di pusat Kota Palembang, masjid ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Selatan dengan kapasitas 15.000 jemaah

Benteng Kuto Besak


Benteng Kuto Besak, terletak di tepian

Sungai Musi dan berdekatan dengan Jembatan Ampera, Benteng ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam. Di bagian dalam

benteng terdapat kantor kesehatan Kodam II Sriwijaya dan


rumah sakit. Benteng ini merupakan satu-satunya benteng di Indonesia yang berdinding batu dan memenuhi syarat perbentengan / pertahanan yang dibangun atas biaya sendiri untuk keperluan pertahanan dari serangan musuh bangsa Eropa dan tidak diberi nama pahlawan Eropa.

Gedung Kantor Walikota


Gedung Kantor Walikota, terletak di

pusat kota, pada awalnya bangunan ini berfungsi sebagai menara air karena berfungsi untuk mengalirkan air keseluruh kota sehingga juga

dikenal juga sebagai Kantor Ledeng. Saat ini


gedung ini berfungsi sebagai Kantor Walikota Palembang dan terdapat lampu sorot di puncak gedung yang mempercantik wajah kota di malam

hari.

Kambang Iwak Family Park


Kambang Iwak Family Park, sebuah

danau wisata yang terletak di tengah kota, dekat dengan tempat tinggal wali kota Palembang. Di tepian danau ini terdapat banyak arena rekreasi

keluarga dan ramai dikunjungi pada hari libur.


Selain itu di tengah danau ini terdapat air mancur yang tampak cantik di waktu malam.

Seni dan Budaya


Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa. Selain itu Kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan di antara keluarga kain tenun tangan kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat ini kain songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan alat tenun tradisional. Sejak zaman dahulu kain songket telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan. Warna yang lazim digunakan kain songket adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini melambangkan zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan pengaruh China pada masa lampau. Material yang dipakai untuk menghasilkan warna emas ini adalah benang emas yang didatangkan langsung dari China, Jepang dan Thailand. Benang emas inilah yang membuat harga kain songket melambung tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.

Rumah Limas
Rumah limas adalah rumah tradisional Palembang

yang dibangun untuk para penguasa, pejabat ataupun orang-orang tertentu. Beberapa ciri-ciri Rumah Limas adalah: Atap berbentuk limas (atap joglo yang terpotong) Badan rumah berdinding papan, dengan pembagian ruangan yang telah ditetapkan (standar) dan bertingkat-tingkat (kijing). Keseluruhan atap dan dinding serta lantai bertopang atas tiangtiang yang tertanam di tanah Mempunyai ornamen dan ukiran yang menampilkan karisma dan identitas rumah tersebut

Rumah Rakit
Rumah Rakit merupakan sebutan untuk

rumah yang mengapung di atas Sungai Musi. Rumah ini dibangun di atas rakit bambu sebagai pengapungnya dan menggunakan kayu sebagai dinding. Semestara atap rumah pada awalnya terbuat dari kajang (daun nipah), namun saat ini juga dibuat dari bahan yang lebih ringan seperti

seng.

Pakaian Adat : Songket


Songket tradisional dibuat dengan keterampilan

masyarakat

yang

memahami

cara

untuk

membuat

kain

bermutu.serta diserasikan dengan design. Dan Kemampuan ini diwariskan secara turun menurun. Sewet Songket atau kain Songket adalah kain yang biasanya dipakai atau dikenakan sebagai pembalut bagian bawah pakaian wanita. Biasanya sewet ini berteman dengan kemban atau selendang. Kain tenun songket Palembang ini, sangat menarik, ditelusuri sejarahnya, maknanya, dan teknik pembuatannya. Kalau kita menilik warnanya yang khas, dan motif hiasnya yang indah, pastilah kita berkesimpulan bahwa songket ini dibuat dengan keterampilan, ketelatenan, kesabaran,dan daya kreasi yang tinggi.

Makanan Khas Palembang

Pempek

Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).

Tekwan
Tekwan, makanan khas

Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil

mirip bakso ikan yang kemudian


ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.

Model
Model, mirip tekwan tetapi

bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).

Martabak HAR
Martabak HAR,adalah

makanan Khas dari India yang dibawah oleh Haji Abdul Razak. Berbahan dasar tepung terigu, yang diberi telor bebek dan telor kari ayam,kuahnya berbahan

kambing yang dicampur kentang.

Kue Maksubah
Kue Maksubah, kue khas Palembang

yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu


kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai

salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang


seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya.

Kue Srikayo

Kue Srikayo, berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan memiliki rasa manis dan legit.

Thanks For Watching.

Anda mungkin juga menyukai