Anda di halaman 1dari 5

PORTOFOLIO

Kasus-1 Topik: Rabies Tanggal (Kasus) : 10 Agustus 2012 Presenter : dr. Frida R Astaris Tanggal Presentasi : 12 September 2012 Pendamping : dr. Pipin Andriyani Tempat Presentasi : Ruang Rapat RSUD Sultan Sulaiman Serdang Bedagai Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Perempuan; 16 tahun; Gelisah, takut terhadap air, cahaya, suara, dan angin; Rabies. Tujuan : Mengetahui gejala klinis rabies. Penanganan luka gigitan hewan menular rabies. Pemberian Vaksin Anti Rabies dan Serum Anti Rabies. Edukasi kepada keluarga. Bahan Bahasan : Tinjauan Riset Kasus Audit Pustaka Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Pos Email Data Pasien : Nama : M Umur : 16 tahun Pekerjaan : No. RM : 02.49.80 Alamat : DSN I Kp. Makmur, Kec. Sei Rampah. Agama : Kristen Bangsa : Indonesia Nama RS: RSUD Sultan Telp : Terdaftar sejak : 2012 Sulaiman Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Rabies. Gelisah. Takut terhadap air, cahaya, suara, angin. 2. Riwayat Pengobatan : Sebelumnya pasien sudah berobat ke mantri dekat rumah. 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : 4. Riwayat Keluarga : 5. Riwayat Pekerjaan : -

Daftar Pustaka: a. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs099/en/ , 2011 b.http://www.health.gov.on.ca/english/providers/program/pubhealth/oph_standar


ds/ophs/progstds/protocols/guide_rabies.pdf , 2010 c. http://emedicine.medscape.com/article/785543-overview , 2011

Hasil Pembelajaran 1. Mendiagnosa rabies 2. Patogenesis dan prognosis rabies


1

3. Penatalaksanaan rabies (penanganan luka gigitan hewan menular rabies, Vaksin Anti Rabies, Serum Anti Rabies) 4. Pencegahan rabies

1. Subjektif : Pasien dibawa keluarga dengan keadaan gelisah, takut terhadap air, cahaya, suara dan angin sejak beberapa hari SMRS. 2. Objektif : Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis Rabies. o Gejala Klinis (gelisah, takut dengan air, sensitif dengan cahaya, sensitif dengan angin, sensitif dengan suara) o Riwayat digigit anjing 3 bulan yang lalu, dan diketahui bahwasannya anjing tersebut sudah menggigit 3 orang sebelumnya o Pemeriksaan Fisik : Tanda Vital: SP : Compos Mentis TD : 130 / 80 mmHg HR : 84x/i RR : 24x/i T : 37 oC Status lokalisata: Kepala : Mata : Anemis(-/-), Ikterik (-/-), pupil isokor ka/ki= 2mm/2mm Leher : Dalam batas normal Thoraks : Inspeksi: simetris, tidak dijumpai penggunaan otot tambahan pernafasan. Palpasi: stem fremitus kanan=kiri. Perkusi: sonor di seluruh lapangan paru. Auskultasi: SP: vesikuler, ST: (-) Abdomen: Dalam batas normal Ekstrimitas: Dijumpai bekas gigitan pada kaki kanan o Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : Darah rutin: Hb 11 gr%; Leukosit: 8600 ; Trombosit: 210.000 . KGD ad random: 117 mg/dl. 3. Assessment : Dari anamnesa yang telah dilakukan, pasien mengalami ketakutan terhadap air, dan sangat terganggu dengan terpaparnya cahaya, angin, dan suara, hal ini merupakan gejala klinis dari rabies. Gejala klinis yang dialami pasien ini berada pada stadium eksitasi, yang mana pada gejala klinis rabies diketahui terdapat 4 stadium, yakni (1) stadium prodromal yaitu gejalagejala awal yang ditandai dengan demam, mual, rasa nyeri di tenggorokan, (2) stadium sensoris, pada fase ini pasien merasakan panas, nyeri dan kesemutan di daerah luka, (3) stadium eksitasi, yang khas pada stadium ini ialah munculnya bermacam-macam fobi, yang sangat terkenal ialah hidrofobi, dan timbulnya reaksi yang berlebihan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara ke muka penderita, atau terpaparnya sinar ke mata, ataupun dengan menepuk tangan ke dekat telinga penderita, seperti yang terjadi pada pasien ini. Gejala ini dapat berlangsung sampai pasien meninggal, (4) stadium paralisis, kebanyakan pasien rabies meninggal pada stadium eksitasi, dan terkadang dijumpai juga kasus rabies tanpa gejala eksitasi melainkan dijumpainya gejala paresis otot-otot yang bersifat progresif akibat gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan paresis otot-otot pernafasan yang
2

kemudian menyebabkan kematian pada pasien rabies. Virus rabies yang berada pada air liur hewan masuk melalui luka gigitan ataupun jilatan pada kulit yang luka, kemudian virus akan melanjutkan perjalanannya ke susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan peradangan di seluruh otak dan sumsum tulang belakang. Virus rabies ini tidak hanya ditemukan pada susunan saraf pusat, tetapi juga ditemukan pada kelenjar air liur, kelenjar air mata, kelenjar suprarenalis dan pankreas. Rata-rata masa inkubasi virus ini 2 8 minggu, tergantung dari tempat gigitan. Dari hasil anamnesa dan gejala klinis yang muncul serta riwayat digigit anjing 3 bulan yang lalu, pasien ini dapat didiagnosa menderita rabies. 4. Plan : Diagnosis : Rabies. Penatalaksanaan : Penanganan awal kasus gigitan hewan rabies, untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan, yang paling efektif adalah langsung mencuci luka gigitan dengan air mengalir, kemudian membilasnya dengan sabun atau deterjen selama 10-15 menit, kemudian berikan antiseptik seperti alkohol 70% ataupun betadin, kemudian segera penderita dibawa Puskesmas atau Rumah Sakit untuk mendapatkan VAR dan SAR. POST EXPOSURE IMMUNIZATION Untuk post exposure, sebaiknya dengan pemberian VAR dan SAR. Vaksin Anti Rabies (VAR): Serum Anti Rabies (SAR): - Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV) - Serum Heterolog - Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV) - Serum Homolog A. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR): a. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV) Vaksin kering dalam vial dan pelarut 0.5 ml dalam syringe. I. VAR saja (luka risiko rendah) - IM, deltoid kanan dan kiri. - Dosis anak dan dewasa = 0.5 ml. - 4x pemberian, yaitu pada hari ke 0 (langsung 2x pemberian, pada deltoid kanan dan kiri), hari ke 7, dan hari ke 21. II. VAR bersamaan SAR (luka risiko tinggi) - Dasar 0.5 ml, 4x pemberian, yaitu pada hari ke 0 (langsung 2x pemberian, pada deltoid kanan dan kiri), hari ke 7, dan hari ke 21 - Ulangan diulang pada hari ke 90. b. Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV) Ada 2 kemasan dus: Dus I berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml. Dus II berisi 5 ampul @ 1 dosis dan 5 ampul pelarut @ 0.4 ml. I. VAR saja (luka risiko rendah) - Dasar : - Subcutan, di sekitar pusar. - Anak (1 ml), dewasa (2 ml), diberikan 7x pemberian setiap hari. - Ulangan : - Intrakutan, fleksor lengan bawah. - Anak (0.1 ml), dewasa (0.25 ml), hari ke 11, 15, 30, 90. II. VAR bersamaan SAR (luka risiko tinggi) - Dasar : - Subcutan, di sekitar pusar. - Anak (1 ml), dewasa (2 ml), diberikan 7x pemberian setiap hari. - Ulangan : - Intrakutan, fleksor lengan bawah. - Anak (0.1 ml), dewasa (0.25 ml), hari ke 11, 15, 25, 35 dan 90.
3

B. Dosis dan Cara Pemberian Serum Anti Rabies (SAR): a. Serum Heterolog - Kemasan vial 20 ml (1 ml = 100 IU) - Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, kemudian sisanya IM - Dosis 40 IU / Kg BB - Diberikan bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0, dengan didahului skin test b. Serum Homolog - Kemasan vial 2 ml (1 ml = 150 IU) - Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, kemudian sisanya IM - Dosis 20 IU / KgBB - Diberikan bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0, dengan didahului skin test PRE EXPOSURE IMMUNIZATION, dengan cara pemberian VAR seperti berikut: A. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV) Cara Pemberian I : (IM, di daerah deltoid) a. Dosis Dasar Pada hari 0, sebanyak 0.5 ml pada kedua deltoid, kemudian hari ke 28 dengan dosis 0,5 ml saja (pada 1 deltoid saja). b. Dosis Ulangan Diberikan ulangan pada 1 tahun setelah pemberian I dengan dosis 0.5 ml dan ulangan selanjutnya 0.5 ml setiap tiga tahun. Cara Pemberian II : (IC, di fleksor lengan bawah) a. Dosis Dasar 0.1 ml hari ke 0, hari ke 7, dan hari ke 28. b. Dosis Ulangan Setiap 6 bulan 1 tahun dengan dosis 0.1 ml. B. Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV) Cara pemberian disuntikkan secara IC di bagian fleksor lengan bawah. a. Dosis Dasar = - anak (0.1 ml), dewasa (0.25 ml), - pemberian hari ke 0, hari ke 21 dan hari ke 42. b. Dosis Ulangan = - anak (0.1 ml), dewasa (0.25 ml), - dosis ulangan setiap 1 tahun Pencegahan rabies Adapun langkah-langkah pencegahan rabies seperti berikut: - Tidak memberikan izin untuk memasukkan anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies. - Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin ke daerah bebas rabies. - Dilarang melakukan vaksin atau memasukkan vaksin ke daerah bebas rabies. - Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera yang ada dalam jarak minimum 10 km di sekitar lokasi kasus. - Pemberian tanda bukti terhadap setiap anjing, kucing, kera yang telah divaksinasi. - Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka rabies selama 10-14 hari. Jika hewan tersebut mati maka harus diambil spesimen untuk diperiksa di lab. - Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kera, kucing dan hewan sebangsanya yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka rabies. - Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies sekurang-kurangnya 1 m.
4

Anda mungkin juga menyukai