Dasar Tekhnik Foto Grafi
Dasar Tekhnik Foto Grafi
dan akhirnya menjadi elemen yang menarik perhatian dari subyek utama foto, atau malah bisa terkesan ada terlalu banyak Point of Interest di dalam foto tersebut.
Tip kali ini yang bisa diberikan oleh InFotografi adalah, cobalah pada saat memotret untuk sedikit menganalisa sebelum menekan tombol shutter. Lihat pada gambar dan tanyakan pada diri kalian sendiri apakah ada framing alternatif lain yang bisa digunakan sehingga mampu untuk menghilangkan beberapa elemen yang berpotensi menjadi pemecah perhatian atau distraction dan mampu untuk memperbesar efek dari subyek utama bagi penikmat foto. Sobat bisa menggunakan framing ketat, atau memotret dari angle berbeda pada kebanyakan kondisi bisa membantu mendapatkan kesederhanaan dalam sebuah foto. berikut ini adalah beberapa contoh foto yang 'simple' atau 'minimalis'. Coba ambil foto sederhana dan minimalis kalian dan share dengan kami baik melalui twitter ataupun facebook fan page.
Framing merupakan teknik bagaimana mengarahkan perhatian seseorang kepada subyek foto dengan membatasi elemen-elemen foto yang lain menggunakan sesuatu yang mengelilingi elemen Focal Point. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dengan melakukan framing yaitu: 1. Memberikan konteks pada foto, karena framing akan memberikan kesan sebuah pembatasan dan pemahaman terhadap lingkungkan yang Sobat potret. 2. Memberikan kedalaman pada foto, karena framing biasanya akan menempatkan sesuatu benda atau obyek pada foreground yang bisa memberikan dimensi pada foto. 3. Menuntun mata menuju ke Focal Point, karena framing berarti menutup ruang kosong dan memaksa mata menuju ke arah Point of Interest yang kita pilih. 4. Menggugah rasa keingin tahuan Seseorang, terkadang ketertarikan pada apa yang tidak terlihat bisa jadi sama besarnya dengan apa yang terlihat. Penggunaan framing yang tepat bisa membuat penikmat foto berpikir, bahkan berimajinasi apa yang ada di belakang frame tersebut.
Framing untuk sebuah foto bisa diaplikasikan dengan beragam bentuk serta ukuran, termasuk memotret melalui cabang-cabang pohon, jendela, terowongan, jembatan atau pintu.Framing tidak harus menutupi sekeliling Focal Point, bisa jadi hanya satu atau dua sisi pada foto. Tanyakan pada diri Sobat, apakah dengan framing yang akan kalian ambil bisa menonjolkan focal point atau malah sebaliknya? Terkadang aplikasi framing yang salah bisa menjadi sebuah pengalih perhatian bagi sebuah foto.
Pertimbangkan juga apakah framing yang akan diaplikasikan terfokus atau tidak, dalam beberapa kasus frame yang blur bisa membangkitkan mood serta kedalaman pada sebuah foto (gunakan Aperture lebar). Frame yang terfokus dengan baik bisa membantu menambahkan konteks dalam foto (gunakan aperture kecil/sempit).
Sobat termasuk kategori diatas dalam belajar fotografi?dan belum mempertimbangkan perihal komposisi? maka berikut ini adalah beberapa aturan yang layak untuk dilakukan untuk memulai memasukkan komposisi dalam setiap jepretan kalian. Aturan secara alami memang dibuat untuk dilanggar, tetapi Sobat tidak bisa melanggarnya sebelum kalian menguasai aturan-aturan tersebut. Rule of Thirds - Infotografi sempat mengulas dalam artikel sebelumnya, dan kami percaya aturan ini sudah banyak diketahui oleh fotografer di dunia. Kamera DSLr bahkan kebanyakan sudah dilengkapi dengan visual grid dalam viewfinder.Aturan ini menyatakan bahwa untuk membuat sebuah gambar yang menarik, fokuskan Focal Point di salah satu garis atau titik di sepertiga bagian frame. Sebagai contoh tempatkan horizon sebuah foto landscape pada sepertiga bawah dan jangan tepat di tengah-tengah frame, sebuah pohon yang ada di sebuah tempat terbuka hendaknya tempatkan sejajar dengan salah satu dari dua garis vertikal.
Rule of Thirds menuntun mata penikmat foto ke arah titik Point of Interest atau Focal Point secara alami, dan bukan pada bagaian tengah frame. Aturan tersebut mengidentifikasikan Point of Interest (POI) dan menganjurkan bahwa jika Sobat menempatkan Point of Interest subyek di titik yang tepat dan berkolaborasi dengan bagaimana mata menelusuri gambar secara alami, maka Sobat kemungkinan besar telah menciptakan sebuah hasil foto yang memiliki keseimbangan serta menarik bagi para penikmat foto.
Empat Garis beserta titik antara mereka diidentifikasikan merupakan bagian atau tempat dari Point of Interest dan tentunya itu adalah diamana Sobat seharusnya menempatkan subyek (disepanjang garis atau di titik persimpangan) untuk menciptakan foto-foto yang memiliki keseimbangan. Sebuah cara mudah untuk mengingatnya adalah: Rule of Thirds menghindari penempatan subyek di persegi bagian TENGAH.
Selalu selaraskan subyek utama dengan garis panduan serta titik persimpangan, hindari penempatan horizon yang membagi frame menjadi 2 bagian yang sama, lebih baik tempatkan horison di sepertiga bawah atau atas, elemen-elemen linear dalam foto setidaknya harus mengalir dari bagian ke bagian lain. Beberapa fotografer hebat mungkin mendapatkan komposisi bagus secara alami, tetapi pada umumnya mereka tidak mendapatkannya dalam waktu singkat serta membutuhkan banyak sekali latihan dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Ajukan pada diri Sobat 2 pertanyaan ini sebelum menekan tombol Shutter:
1. Apa yang akan menjadi pusat perhatian dari foto Saya? 2. Dibagian persegi yang manakah akan saya tempatkan POI tersebut? (Tentunya bukan di bagian tengah)
Jawab terlebih dahulu 2 pertanyaan diatas, dan kemudian lakukan framing, dalam waktu dekat Sobat akan menyadari telah menemukan satu bentuk peningkatan dalam dunia fotografi kalian. Di era fotografi digital, Rule of Thirds merupakan fitur yang telah menjadi satu di banyak kamera.Sobat bisa menghidupkan fitur ini dengan menggunakan pengaturan sederhana dan bisa langsung kalian lihat lewat LCD atau viewfinder (baca buku manual kamera kalian).Layar fokus pada kamera DSLR bisa digantikan dengan layar khusus seperti Rule of Third guna memandu kalian melakukan komposisi.
Keseimbangan komposisi tidak seperti Rule of Thirds dimana Sobat bisa mengidentifikasikan titik kunci dari sebuah foto hanya dengan membayangkan garis-garis didalamnya.Keseimbangan atau Balance merupakan salah satu faktor komposisi yang layak untuk dipertimbangkan ketika memotret. Cara efektif ketika memulai mempelajar keseimbangan dalam komposisi adalah dengan melihat foto-foto yang tidak kita miliki, hampir dari kita semua selalu memotret dengan satu Point of Interest di salah satu sisi frame foto dan "kekosongan" di area lainnya (Rule of Thirds). Keseimbangan juga tidak mengenai simetri, gambar tidak selalu harus sama di setiap sisinya, tetapi terkadang sebuah gambar bisa lebih bagus dengan memiliki Point of Interest kedua guna memberikan keseimbangan pada Focal Point utama. Mendapatkan keseimbangan dalam sebuah foto adalah sebuah hal yang harus dipelajari oleh seorang fotografer.Cara terbaik adalah dengan melihat kembali foto-foto kalian, cari diantara mereka yang memiliki keseimbangan menurut kalian.
Setiap situasi dan kondisi tentu akan berbeda, dan untuk mendapatkan keseimbangan dalam foto kalian bisa dicapai dengan beragam teknik seperti:
Cropping (menggunakan perangkat lunak editing gambar) Merubah Point of View (memotret dari atas atau bawah) Zooming (menggunakan cropping ketat atau wide-angle) Memindahkan elemen2 subyek atau benda yang akan kita potret.
Rule of Odds - atau dalam bahasa kita adalah aturan ganjil. Aturan ini menyatakan bahwa sebuah gambar akan tampak lebih menarik secara visual ketika subyek berjumlah ganjil, sebagai contoh jika Sobat memotret di sebuah tempat dan ada lebih dari satu orang, maka jangan memotret 2 orang, ambil foto 3, 5, atau 7 orang dalam kelompok. Sobat mungkin akan merasa geli ketika mendengar aturan ini bukan? Tentu aturan ini kurang berlaku ketika memotret sebuah acara pernikahan atau foto keluarga dengan jumlah genap, tetapi gunakan aturan sebisa mungkin ketika tidak memotret 'real life' atau sebuah event (still life, kelompok orang, bunga dan lainlain). Penelitan menunjukkan bahwa seseorang akan lebih mudah dan nyaman ketika melihat gambar dengan subyek yang berjumlah ganjil.
Rule of Space - Aturan ruang kosong ini erat hubungannya dengan Rule of Thirds. Rule of Space biasanya sudah ada dalam otak kita, dan kita tidak sadar sejatinya itu adalah sebuah aturan dasar komposisi fotografi. Aturan ini menyatakan bahwa untuk menggambarkan sebuah pergerakan, konteks serta ruang yang lebih besar maka Sobat perlu memasukkan ruang kosong yang bebas dari 'clutter' atau pemecah perhatian. Sebagai contoh, jika sobat memotret seorang yang sedang berlari, maka berikan ruang kosong untuk tujuan lari, jangan memberikan ruang kosong di belakang pelari karena tidak membantu penikmat foto untuk melihat kedepan arah pelari.Contoh lainnya adalah ketika memotret wanita yang sedang tertawa, maka berikan ruang kearah dimana dia tertawa. Hal ini akan mengakibatkan penikmat foto kita berpikir apa yang sedang dituju oleh pelari atau apa yang sedang ditertawakan oleh wanita tersebut. Ini adalah alasan kenapa Rule of Space erat kaitannya dengan Rule of Thirds, ketika memberikan ruang kosong pada frame, maka akan otomatis juga akan mengaplikasikan Rule of Thirds.
View Point - Dalam dunia fotografi aturan ini juga dikenal dengan POV atau Point of View, dan ini adalah aturan paling dasar dari komposisi fotografi.Sangat sederhana dan mudah diaplikasikan semudah menekan tombol shutter. Sobat adalah penikmat foto, Mata sobat adalah mata mereka, jika Sobat memotret seekor kucing pada eye level yang sama, penikmat foto kalian juga akan melihat pada eye level yang sama dengan kucing tersebut (memberikan kesan kesetaraan), jika Sobat memotret kucing dari bawah, maka penikmat foto akan melihat kucing dari bawah juga (memberikan kesan dominasi) dan jika Sobat memotret kucing dari atas, maka kalian berarti menyampaikan perasaan superioritas dari penikmat foto terhadap kucing tersebut. Anda mungkin juga meminati:
Dimana seharusnya Saya menempatkan subyek foto dalam gambar agar tampak bagus?di sisi sebelah kiri atau kanan?
Jawaban terbaik bagi pertanyaan diatas adalah "Tidak ada masalah dengan penempatan di sisi sebelah kiri ataupun kanan", tetapi ada satu hal yang bisa dijadikan pertimbangan ketika melakukan komposisi.Aturan pakemnya adalah jika seseorang (bisa juga hewan) yang Sobat potret melihat atau bahkan menoleh ke satu arah, maka tempatkan subyek di sisi bersebrangan dengan arah yang mereka tunjuk. Gambar dalam artikel ini, Kami harap bisa mengilustrasikan bagaimana menempatkan subyek saat memotret dengan kondisi diatas.Kepala dari subyek dalam foto tersebut mengarah ke satu arah ke kiri atau kanan, dan fotografer yang memotretnya memberikan ruang kosong (space) di sisi dimana mereka melihat atau menoleh. Alasannya untuk ini adalah, ketika penikmat melihat sebuah hasil jepretan yang menggambarkan seseorang sedang melihat ke satu arah, maka mata penikmat foto juga akan terbawa ke arah tersebut.
Aturan dalam fotografi tentunya juga bisa dilanggar bukan?dan tentu jika dilakukan dengan pertimbangan yang tepat akan menghasilkan foto yang menarik. Aturan tersebut secara estetika mungkin tidak selamanya akan berlaku. Melanggar aturan tersebut bisa meninggalkan sedikit misteri dan keingintahuan penikmat foto terhadap cerita yang tersirat, dan tentunya perasaan tersebut bisa menguatkan reaksi terhadap foto kalian bukan?
Permasalahannya adalah: ketika Anda mulai mencoba mendalami dan menguasai kamera, lensa, Photoshop serta seluk beluk komputer, Anda TIDAK akan pernah selesai dan TIDAK akan pernah berakhir. Berusaha itu bagus, tetapi jika ingin menguasai semuanya sebelum terjun langsung memotret akan menjauhkan Anda dari waktu belajar fotografi itu sendiri. Jangankan belajar fotografi, Anda akan menghabiskan banyak sekali waktu hanya sekedar untuk mempelajari tentang kamera serta komputer, dan parahnya hal ini akan semakin memperkaya sales-sales yang menjual perangkat fotografi dan komputer yang Anda pikir PERLU untuk Anda miliki, tetapi tidak akan pernah membuat Anda bisa untuk menghasilkan foto dengan bagus. Waktu berputar sangat cepat dalam dunia perangkat fotografi seperti bodi kamera, lensa serta aksesoris pendukungnya.Salah satu alasan kenapa kebanyakan orang tidak pernah berkembang dalam dunia fotografi adalah karena mereka mencoba menguasai semuanya tanpa mempertimbangkan mengapa mereka menempatkan hal tersebut sebagai prioritas utama. Terlepas dari berapa banyak kamera yang Anda miliki, atau Photoshop serta printer kelas atas yang Anda pakai, satu-satu nya cara untuk belajar fotografi adalah memberi perhatian penuh dalam memotret, dan BUKAN pada perangkat fotografi. Anda mungkin bertanya-tanya "Bagaimana mungkin mempelajari kamera tanpa membeli kamera terlebih dahulu?" sedikit mengulas sejarah fotografi, pada sekitar tahun 50an, semua kamera adalah manual. Butuh waktu yang lama sekali untuk seseorang mempelajari bagaimana menggunakan kamera-kamera tersebut dan setiap tidak setiap pemotretan akan menghasilkan foto yang bagus kecuali mereka benar-benar tahu secara teknis. Kamera digital sekarang ini semuanya dilengkapi dengan mode otomatis. Untuk belajar fotografi, Anda harus MENJAUHI apa yang dinamakan mode otomatis! Cara yang paling ampuh dalam belajar fotografi adalah fokus pada hasil jepretan Anda.Ambil gambar sebanyak-banyak nya dan sempatkan bertanya dan belajar kenapa hasil foto Anda tidak
seperti yang Anda harapkan. Alasan utama kenapa memotret dan fokus kepada subyek foto membuat Anda berkembang lebih cepat adalah karena hal tersebut akan merubah dan mengembangkan teknik fotografi Anda secara alami dan mungkin tidak disadari, Anda telah memperoleh foto-foto yang benar-benar Anda inginkan selama ini. Jika kita tahu apa yang kita inginkan, maka secara naluri akan terus bertanya dan terus mencoba sampai apa yang kita inginkan terwujud. Tidak ada sumber edukasi tentang fotografi yang bisa menuntun Anda tentang apa saja yang kita perlukan dalam menciptakan sebuah karakter style fotografi. Setiap seniman yang hebat selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan mengguanakan setiap peralatan yang mereka pakai. Mereka menggunakan peralatan hanya karena orientasi kepada kemudahan pemakaian serta hasil, bahkan dengan peralatan yang salah, hasil akan selalu sama dengan apa yang mereka inginkan karena seniman bergerak berdasarkan apa yang dia imajinasikan dan menuangkannya ke dalam bentuk media. Hasil karya yang tercipta oleh para seniman selalu sesuai dengan tujuan karena mereka selalu bekerja sampai visi serta imajinasi mereka terwujud. Ilustrasi diatas jika dihubungkan dengan dunia fotografi, maka apapun kamera yang Anda miliki, jika anda fokus kepada hasil akhir, Anda akan mengerti bagaimana cara sampai kesana dengan sendirinya. Biarkan visi menuntun Anda. Anda akan menyiakan waktu dengan mempelajari ratusan hal yang mungkin tidak terlalu penting untuk diaplikasikan di dalam fotografi, jika Anda ingin mempelajari semuanya terlebih dahulu. Hal terpenting adalah jika pengembangan Anda dalam fotografi tidak tergerak oleh visi pribadi, maka tidak mungkin akan menemukan aspekaspek penting serta teknik yang berlaku dalam aktifitas fotografi Anda. Anda akan terus memotret dengan passion atau gairah, jika Anda melakukannya dengan tergerak oleh rasa cinta dalam memotret. Anda akan berhenti untuk bertanya ketika Anda ingin hasil yang lebih baik lagi, dan tidak akan pernah merasa jenuh atau bosan di sisa hidup Anda.
Wanita bisa dikatakan adalah fotografer yang lebih bagus daripada lelaki, karena sering kali merasa khawatir tentang hasil foto mereka. Laki-laki di lain sisi kebanyakan malah sebaliknya, menghabiskan banyak waktu melakukan riset dan berbicara tentang kamera, dimana TIDAK akan mengembangkan kemampuan fotografi secara signifikan. Perempuan dan anak-anak memotret dengan alasan mereka memang menyukainya, bukan karena mereka senang bermainmain dengan kamera.Naluri keingin-tahuan mereka lah yang menuntun mereka pada foto-foto yang lebih baik. Untuk menghasilkan foto yang lebih baik, gunakan apapun yang Anda miliki, meskipun itu hanya kamera handphone, dan yang terpenting adalah Anda harus menikmatinya.Berhenti sejenak dan bertanya kepada para fotografer secara langsung sebagai sarana masukan bagi Anda, tapi ingat pertanyaan seputar model kamera beserta pengoperasian teknisnya tidak relefan dengan kemampuan fotografi. Sebelum anda meminta saran atau nasihat kepada orang lain, pastikan mereka telah memiliki portofolio serta foto-foto yang memang Anda ingin hasilkan, jika mereka tidak memilikinya, mereka bisa dipastikan hanya akan berbicara tentang teknologi kamera, dan internet juga penuh dengan model orang seperti ini.
Anda sebaiknya tetap berkembang dan terarah berdasarkan passion Anda sendiri, maka kemampuan teknis secara otomatis akan mengikuti. Berhenti sejenak dan meminta pertolongan ketika Anda membutuhkan, tetapi jangan pernah memiliki ketergantungan pada teknologi kamera dan komputer. Eksplore teknologi HANYA jika Anda benar-benar membutuhkannya, jika tidak peraltan tersebut hanya akan menjadi penghambat. Jangan pernah bertanya kepada orang lain pertanyaan semacam ini: "Apa yang harus saya beli, agar foto saya bisa seperti yang saya inginkan?" akan lebih baik dan bermanfaat jika Anda mengajukan pertanyaan: "Bagaimana cara menggunakan kamera ini, agar bisa mewujudkan hasil yang Saya inginkan?". Tanamkan dalam benak Anda, jika Anda tidak bisa menjawab pertanyaan ini: "Bagaimana saya bisa melakukannya hanya dengan menggunakan apa yang Saya miliki?" maka apapun kamera atau peralatan yang Anda beli tidak akan menghasilkan foto yang Anda inginkan. Pengalaman membuktikan bahwa fotografer profesional menyelesaikan pekerjaan mereka hanya dengan menggunakan kamera sederhana yang mereka miliki, namun terkadang banyak fotografer terpecah pemikiran mereka dengang membeli dan mencoba peralatan yang lain, dan bisa dipastikan perkembangan kemampuan fotografi akan terhambat. Selalu bertanya bagaimana melakukan sesuatu dengan apa yang Anda miliki. Jangan pernah berbicara atau berkonsultasi dengan toko kamera atau pehobi foto, dimana jawaban mereka ujung-ujungnya akan berakhir pada belilah ini dan itu. Bagi orang-orang seperti itu, hal termudah membeli peraltan dengan teknologi yang mutakhir merupakan cara paling mudah untuk menyelesaikan masalah foto jelek mereka, tidak pernah mencoba mengetahui apa yang sebenarnya menjadi masalah tentang bagaimanan menghasilkan foto yang berkualitas. Fokus pada subyek, foto serta style fotografi Anda sendiri, maka kemampuan teknis akan mengikuti. Fokus pada kamera, lensa serta perangkat lunak, bisa dipastikan Anda akan membeli banyak kamera serta perangkat fotografi lainnya.
dan akan merubah tampilan-nya berdasarkan elemen apa yang Anda rubah. Sebagai contoh: Penggunaan Shutter Speed yang lama atau slow speed akan mengakibatkan motion-blur pada foto tetapi akan membuat foto bertambah terang (peningkatan exposure) dikarenakan jumlah cahaya lebih yang masuk ke dalam sensor. Coba perhatikan gambar diatas ini untuk memudahkan Anda mengerti tentang exposure:
Anda berada di sebuah acara pernikahan, dan acara tersebut di dalam ruangan yang kurang cahaya (remang-remang). Anda diharuskan untuk memegang kamera dengan solid karena tidak membawa tripod. Anda telah men-setting shutter speed pada 1/60s, itu adalah ukuran minimal agar hasil foto tidak terpengaruh akan shake kamera. Anda menginginkan aperture kecil untuk depth-of-field yang lebar agar seluruh tempat acara tampak fokus, dan Anda memilih f8. Anda memotret dan tampaknya terlalu gelap. Dengan menggunakan Exposure Triangle Anda bisa menganalisa bahwa untuk mendapatkan cahaya lebih bisa dengan meninggikan setting ISO pada kamera Anda. Hal ini akan memberikan dampak adanya noise pada foto, tetapi Anda masih bisa mendapatkan Depth-of-Field dan ketajaman yang Anda inginkan. Jika Anda menganggap noise terlalu banyak, maka Anda bisa menggunakan aperture besar tetapi ini akan mempersempit bidang fokus pada frame Anda. Anda berada pada air terjun di sebuah hutan. Anda ingin memotret aliran air dengan motion-blur. Anda memasang kamera pada Tripod, dan untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera maka Anda menggunakan aperture kecil f/22 dan ISO paling rendah yaitu 100. Dengan melihat pada Exposure Triangle kita dapat melihat bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan cukup cahaya yang masuk ke dalam kamera adalah dengan menggunakan shutter speed yang lama. Pada kondisi tersebut penggunaan Shutter selama 1/2s, sempurna untuk mendapatkan nuansa blur pada air.
Aperture secara sederhana diartikan sebagai ukuran dari bukaan lensa ketika pengambilan gambar (diafragma). Ketika menekan tombol shutter kamera, sebuah lubang dalam kamera Anda akan terbuka dan membuat sensor kamera menangkap gambar dari obyek yang akan dipotret. Pengaturan Aperture lebih cenderung pada ukuran lubang di dalam kamera.Semakin besar lubang maka semakin banyak jumlah cahaya yang masuk, begitu juga sebaliknya semakin kecil lubang maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Aperture diukur dengan 'f-stops'. Dalam artikel-artikel selanjutnya kemungkinan besar Anda akan sering menjumpai format penulisan tersebut, sebagai contoh f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/22 dan seterusnya. Menambah satu stop atau 1/2 stop brarti merubah ukuran bukaan lensa dan pastinya juga jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera. Ingat juga bahwa merubah Shutter-Speed dengan menambah satu atau 1/2 stop maka akan merubah jumlah cahaya yang masuk ke dalama kamera. Hal ini berarti bahwa jika Anda menambah satu stop dan mengurangi satu stop elemen yang lain maka Anda akan mendapatkan jumlah cahaya yang sama. Salah satu hal yang menyebabkan kebingungan pada fotografer pemula adalah bukaan besar di lambangkan f/stop dengan nomor atau bilangan lebih kecil dan aperture (bukaan) kecil memiliki bilangan f-stop yang lebih besar.Jadi f2/8 memiliki bukaan jauh lebih besar dari f/22. Mungkin bagi Anda fotografer pemula akan sedikit Aneh, tetapi cepat atau lambat Anda akan terbiasa.
Cara terbaik bagaimana mengerti konsep dari Aperture hanya dengan menggunakan kamera, dan melakukan beberapa eksperimen.Pergilah keluar dan carilah tempat dimana Anda sebuah obyek foto yang dekat dan juga jauh, ambillah beberapa foto dengan setting Aperture yang berbeda, dari terkecil sampai yang terbesar. Anda dengan cepat akan mengetahui dampaknya pada foto Anda, dan kegunaan jika Anda mampu mengontrol aperture.
Pada bidang fotografi landscape (lanskap) Anda akan menemui fotografer yang menggunakan pengaturan aperture kecil (bilangan besar). Pengaturan ini mengakibatkan foreground sampai horizon masih tampak fokus. Dilain sisi dalam bidang fotografi portrait biasanya lebih mengutamakan fokus pada subyek serta background yang blur/tidak fokus. Fotografi portrait biasanya memang ingin menonjolkan subyek sebagai focal-point dan tidak menginginkan elemen foto yang lain bisa menarik perhatian, untuk mendapatkan hasil foto seperti ini harus menggunakan bukaan besar (bilangan kecil).
Fotografer makro merupakan pengguna terbesar dari aperture atau bukaan besar. Aperture besar bagi mereka adalah untuk memastikan bahwa subyek mereka benar-benar menarik perhatian bagi mereka yang melihat, dan sisa elemen foto pasti akan tampak tidak fokus