Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

Doketr ahli kandungan merupakan orang yang berperan membantu proses persalinan atau kelahiran bayi. Keberadaan dokter ahli kandungan sangat dibutuhkan di tengah-tengah orang hamil. Untuk menanti seorang bayi dibutuhkan waktu lebih kurang sembilan bulan. Selama lebih kurang sembilan bulan tersebut sang ibu harus melakukan pemeriksaan kepada dokter ahli kandungan laki-laki bahkan sampai proses kelahiran. Pada dasarnya yang lebih cocok jadi dokter ahli kandungan adalah perempuan bukan laki-laki. Berbicara tentang persalinan berarti berbicara tentang aurat besar perempuan. Sangat tidak layak jika setiap kelahiran bayi selalu dokter ahli kandungan laki-laki yang selalu berperan aktif. Tapi, sangat disayangkan, realita sekarang membuktikan bahwa dokter ahli kandungan lebih didominasi oleh kaum lelaki. Dalam Islam, lelaki haram menyentuh perempuan yang bukan mahram apalagi sampai menyentuh aurat besarnya, begitu juga sebaliknya. Dalam penelitian ini, penulis mengambil beberapa rumusan masalah yang akan dikaji diantaranya yaitu, pertama, bagaimana keberadaan dokter ahli kandungan

laki-laki dalam tinjauan hukum Islam. Kedua, bagaimana keberadaan dokter ahli kandungan laki-laki dalam tinjauan konsep Maqashid Syariah. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), dengan menggunakan jenis penelitian analisis induktif yaitu dengan membaca, menganalisa, menelaah dan menguraikan data yang didapat dari berbagai buku lalu mengambil kesimpulannya, serta pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif. Sumber data yang digunakan ada dua, pertama sumber data primer yaitu mengambil data dari buku-buku yang berkenaan dengan judul penelitian, hadits, tafsir, serta kitab-kitab fikih. Kedua, sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Dari hasil penelitian yang telah penulis kaji bahwa, keberadaan dokter ahli kandungan laki-laki dalam perspektif hukum Islam adalah tidak boleh atau haram karena dalam pengobatannya melihat aurat vital dari perempuan. Hal ini bila ditinjau dari sisi hukum azimah. Dokter laki-laki itu tidak boleh berhadapan sendiri dengan pasien perempuan tanpa adanya mahram atau perempuan lain yang terpercaya. Oleh karena itu, pasien perempuan harus menutupi seluruh bagian tubuh yang tidak butuh dilihat, hingga dokter laki-laki hanya dapat melihat bagian yang perlu diobati. Kebutuhan untuk pengobatan harus mendesak. Keberadaan dokter ahli kandungan laki-laki dalam konsep Maqashid Syariah harus ditinjau dari segi dharurat, yang mana dinamakan kedharuratan itu adalah hal yang dapat mengancam eksistensi konsep Maqashid Syariah yaitu memelihara jiwa dan keturunan.

viii

Anda mungkin juga menyukai