Anda di halaman 1dari 16

RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DESA JATIMULYO TAHUN 20112016

FORUM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DESA JATIMULYO KECAMATAN DLINGO KABUPATEN BANTUL
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan desa telah melewati berbagai pola dan bentuk dalam perjalanan sejarah sistem penyelenggaaan negara kita. Walaupun demikian pada dasarnya setiap rezim pemerintahan selalu mencanangkan orientasi dasar dari semua pengaturan itu adalah untuk mencapai kesejathteraan masyarakat. Seiring dengan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai bagian dari reformasi sistem politik, maka penyelenggaraan pemerintahan desa juga mengalami perubahan. Perubahan tersebut menyangkut prinsip dasar penyelenggaraan pemerinatah desa yang terdiri dari; Pertama ; keanekaragaman, yang mengandung makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa harus menghormati sistem nilai yang berlaku pada masyarakat setempat namun harus tetap mengindahkan sistem nilai nasional dalam berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI. Kedua; partisipasi, artinya bhawa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa menghargai partisipasi dari masyarakat. Ketiga; otonomi asli, kbahwa kewenangan desa didasarkan pada hak asal usul dan nilai sosial budaya namun harus demikian harus memperhatikan dinamika zaman sehingga penyelenggaraan pemerintahan desa dilaksanakan secara modern dan visioner. Keempat; demokratisasi, yang mengandung makna bahwa dalam menyelenggarakan aspirasi Desa rakyat dan pemerintahan yang desa senantiasa melalui Desa. harus Badan Kelima; mengakomodir Permusyawaratan diartikulasikan Kemasyarakatan

Lembaga

pemberdayaan masyarakat, oleh karena itu pembangunan senantiasa ditujukan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan dan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Atas dasar prinsip tersebut diatas maka pembangunan desa direncanakan dan dilaksanakan dengan melibatkan semua potensi yang dimiliki desa yang tercermin

dalam sinergi tiga komponen yaitu pemerintah desa, masyarakat dan lembaga kemasyarakatan, serta dunia usaha sebagai penggerak perekonomian desa. Penerapan otonomi desa diharapkan membawa semangat perubahan dalam mewujudkan tujuan pembangunan yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang mengandalkan pada kekuatan swadaya dan kerjasama kemitraan dengan berbagai pihak. Oleh karena itu, agar pengembangan ekonomi desa mengikuti skema paradigma tersebut, maka diperlukan visi, misi, dan program bersama seluruh elemen di desa, sehingga bisa menjadi jalan keluar bersama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk memperkuat peran masing-masing, para pelaku usaha menghimpun diri dalam Forum Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) untuk bersama-sama pemerintah mendorong pertiumbuhan ekonomi yang berbasis pada potensi lokal. Forum ini menjadi salah satu bentuk LKD berkedudukan sebagai lembaga yang membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat, serta menjadi wadah partisipasi dalam pengelolaan pembangunan dalam bentuk demokratisasi dan transparansi pembangunan. Dengan kedudukan seperti itu maka forum PEL mempunyai fungsi untuk; Partisipasi dalam penyusunan rencana pembangunan desa, Pengawasan pelaksanaan pembangunan desa, Mendinamisasi potensi masyarakat, kegotong royongan dan keswadayaan Mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik khususnya yang terkait dengan kegiatan perekonomian desa, Pemberdayaan hak politik masyarakat dalam bidang ekonomi sosial.

Untuk menjalankan peran srategis tersebut maka Forum PEL Desa perlu menyusun Rencana Strategis yang merupakan dokumen prioritas perencanaan kurun waktu dalam lima pengembangan ekonomi lokal Desa Jatimulyo didalamnya memuat visi, misi, strategi kebijakan dan program-program tahun selama (2011-2016). Dalam menyusun Renstra Forum PEL mengambil dasar pada yang tumbuh dan berkembang. Renstra pengembangan

kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan nyata daerah serta aspirasi masyarakat ekonomi lokal Desa Jatimulyo pada hakekatnya merupakan perwujudan dari kehendak bersama antara pemerintah desa, swasta dan masyarakat dalam mengelola sumber daya desa, untuk mendorong berkembangnya proses kemitraan baru antara ketiga pihak tersebut sehingg akan memacu pertumbuhan kegiatan ekonomi desa. Dengan demikian maka tujuan penatapan Renstra Forum PEL desa Jatimulyoi adalah ;

Mendukung koordinasi antar pihak, untuk membantu terciptanya integrasi sinkronisasi dan sinergi antar pihak, Menjamin konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, Mengoptimalkan partisipasi masyarakat, Menjamin penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

BAB II PROFIL DESA JATIMULYO


A. Kondisi Umum Desa Desa Jatimulyo terletak di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Jatimulyo terletak pada arah timur dari pusat kota Kabupaten Bantul. Jarak Desa Jatimulyo dengan pusat Kabupaten Bantul kurang lebih 25 km. Letak Desa Jatimulyo 3 km ke arah timur laut dari pusat Kecamatan Dlingo. Desa Jatimulyo terdiri dari 54 wilayah RT yang terbagi dalam 10 pedusunan. Berikut rincian jumlah penduduk desa Jatimulyo : Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Jatimulyo No 1. 2. 3. 4. 5. 6 7 8 9 Pedukuhan Banyuurip Kedungdayak Rejosari Dodogan Loputih Semuten Badean Gayam Maladan Luas wilayah (Ha) 89 98 106,7 130,5 170 173 59 36,2 18 Jumlah KK 218 81 131 329 341 226 121 89 88

10

Tegalawas Jumlah

76 683

187 1811

(Sumber: Dokumen RPP,2009) Dari jumlah penduduk di atas sebagian besar (32%) ada pada struktur umur 25-49 tahun, 24% pada umur 0-14 tahun dan terendah (21%) ada pada umur 50 ke atas. Untuk tingkat pendidikannya mayoritas (26%) adalah lulus SMP dan terendah (1%) pada posisi pendidikan tinggi/akademi. Perbedaan jumlah penduduk ini bila dilihat dari untuk masing-masing mencukupi dusun menujukkan kesehatan variasi penduduk, yang beragam dengan giat memperhatikan kebutuhan hidup penduduk sesuai kondisi alamnya. Dalam hal ini kebutuhan pemerintah desa mengadakan kegiatan posyandu baik untuk balita dan lansia di masing-masing dusun. termasuk bila ada kondisi darurat untuk penanganan penyakit misalnya Cikungunya yang pernah terjadi di Dusun Rejosari mampu ditanggulangi dengan segera. Adanya informasi ini menjadi acuan untuk melihat lebih jauh aspek kerentanan yaitu kondisi ketidakmampuan warga dalam menghadapi ancaman/bahaya yang dapat muncul karena faktor lingkungan maupun ekonomi. Selain itu juga dapat menjadi acuan melihat aspek kapasitas penduduk baik dalam PRB maupun untuk memunculkan strategi penghidupan (lifelihood strategy) yang memperhatikan komposisi penduduk di masing-masing dusun. Untuk fasilitas jalan yang ada di Desa Jatimulyo (RPP,2009) berupa Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Desa dan Jalan Lingkungan di Pedukuhan.Jalan kabupaten membujur dari arah Barat ke Timur sepanjang 1 km, dengan kondisi 75% masih baik. Pemenuhan kebutuhan air bersih sebagian penduduk Desa Jatimulyo diperoleh dari sumber mata air yang dipergunakan untuk Pedukuhan Banyuurip, Rejosari, Kedungdayak, Dodogan, Loputih, Semuten, Badean, Gayam, Maladan meski ada yang sebagian dari sumur gali, PDAM dan sungai. Jaringan listrik secara keseluruhan telah masuk sampai ke semua Pedukuhan yang ada di Desa Jatimulyo, namun demikian belum semua warga masyarakat dapat menyambung aliran listrik secara mandiri dengan meteran listrik sendiri. B. Sosial Ekonomi Untuk mata pencaharan masyarakat Jatimulyo banyak tergantung pada sektor pertanian yaitu kurang lebih 90% penduduk terserap pada sektor ini. Sedangkan lainnya terserap pada buruh bangunan, industri kecil/rumah tangga mayoritas kerajinan kayu (mebeler) dan perdagangan. Berikut tabel mata pencaharian masyarakat Jatimulyo:

Tabel 5. Mata Pencaharian Desa Jatimulyo


Dukuh Banyuurip Kdgdayak Rejosari Dodogan Loputih Semuten Badean Gayam Maladan Tegalawas Jumlah Prosentase Tani 52 33 78 196 102 163 127 45 104 151 1051 15.3 Buruh tani 277 11 25 159 192 73 21 72 15 845 12.3 Buruh banguna n 34 27 50 79 75 104 67 15 10 166 627 9.1 Pedagang 38 10 58 52 41 61 10 14 6 5 295 4.3 PN S 4 1 20 1 10 1 2 10 9 58 0.8 Peg. swasta 14 4 3 2 23 1 2 4 23 76 1.2 Industri RT 1 215 267 42 12 3 21 561 8.2 Lainlain 384 229 349 619 665 326 201 215 124 229 3341 48.7 Jml 804 310 565 1343 1345 802 440 296 330 619 6854 1000

(Sumber : Hasil Pemetaan Swadaya, 2009) Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas warga Jaitmulyo adalah petani dan buruh tani kemudian diikuti buruh bangunan, industri rumah tangga dan untuk prosentase terendah (4,3%) sebagai PNS dan pegawai swasta. Untuk industri rumah tangga mayoritas bergerak di usaha kerajinan kayu/mebel. Untuk kehidupan sosial masyarakat Jatimulyo masih erat dengan budaya gotong royong. Status Sosial masyarakat dilihat dari pendidikan dan ekonomi, lebih banyak pada status sosial sedang sampai rendah. Kepedulian sosial antar masyarakat masih terjaga dengan baik. Kegiatan sosial yang ada di Desa Jatimulyo antara lain PKK, Pertemuan Dusun, Sholawatan, Pengajian, Kerja bakti, Posyandu, Olahraga. Desa Jatimulyo memeliki aneka ragam kebudayaan yang sampai saat ini tetap masih dilestarikan, Jenis seni budaya tersebut antara lain Seni Ketoprak, Jathilan, seni qasidah, seni gamelan, rasulan dan merti dusun. C. Potensi Sumber Daya Alam Desa Desa Jatimulyo ditinjau dari aspek sumber daya alamnya dapat ditunjukkan dari komposisi penggunaan lahannya (RPP,2009) yaitu sawah 1,64 % (18 Ha), tegal/ladang 18,64 % (205 Ha), pekarangan dan perkebunan 7,18 % (79 Ha), hutan 63.64 % (700 Ha) merupakan penggunaan lahan terluas, sedangkan sisanya sekitar 8,91 % (98 Ha) yaitu dipergunakan untuk permukiman dan sarana jaringan. Selain itu sumber daya alam lain berupa potensi batu gamping dan kayu keras meskipun besarnya potensi gamping belum terukur. Untuk jenis-jenis kayu keras yang ada diantaranya adalah kayu Jati, Mahoni, Akasia, Sonokeling dan kayu

nangka. Potensi kayu lainnya yang tidak tergolong kayu keras adalah kayu Sengon/albasia. Untuk sumber daya air yang ada di Jatimulyo terdapat pada air dari sumber air berupa telaga dan sebagian sumur. Meskipun untuk air ini pada musim kemarau atau mangsa ketiga, volume airnya sangat sedikit dan tidak bisa memenuhi kebutuhan air penduduk.

D. Ancaman dan Risiko Bencana Hasil penelusuran lapangan yang telah dilakukan oleh masyarakat peserta kajian, mengidentifikasi beberapa ancaman. Di Desa Jatimulyo terdapat ancaman dengan intensitas maupun bobot yang menurut masyarakat dianggap serius. Ancaman tersebut antara lain: kekeringan lahan, tanah longsor dan gempa bumi. Ada ancaman yang terjadi pada skala yang luas; misalnya gempa bumi yang terjadi 26 Mei 2006. Gempa ini terjadi hampir di seluruh wilayah kabupaten Bantul karena letaknya yang berada di sekitar patahan/ sesar opak yang sangat labil. Tetapi ada ancaman yang berupa titik-titik pada tempat tertentu; misalnya tanah longsor dan kekeringan.

Gempa Bumi Gempa bumi merupakan ancaman yang mutlak karena pengaruh alam. Ancaman ini karena pergerakan lempeng bumi dan lepas dari intervensi manusia. Untuk wilayah Di Desa Jatimulyo masuk dalam patahan/ sesar Sungai Opak. Sesar Opak termasuk lempeng yang selalu bergerak sehingga potensi ancaman di wilayah ini termasuk tinggi. Secara karakteristik yang digunakan dalam menentukan kawasan rawan terhadap bencana gempa adalah wilayahnya merupakan wilayah perbukitan dengan litologi batuan yang keras dan kompak, kelas lereng diatas 15% serrta beberapa sesar memotong. Gempa dapat mengakibatkan longsoran terutama di daerah patahan. Desa Jatimulyo termasuk daerah yang berwarna merah atau dikatagorikan ancamannya tinggi. Berdasarkan kajian pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam penghidupan berkelanjutan semua Dusun di Desa Jatimulyo termasuk tinggi. Longsor Penilaian ancaman longsor dapat dilihat dengan beberapa indikator antara lain kemiringan lahan dan intensitas terjadinya longsor yang terungkap dari sejarah kebencanaan longsor . Sifat tanah yang gembur (tingkat kohesifitas rendah) pada

saat kering memungkinkan tanah di kemiringan mulai dari 20 -40 sangat mudah terlepas atau bergeser.Di Desa Jatimulyo banyak terdapat tempat dengan kelerengan yang curam dan memiliki kemiringan lebih dari 40 . Dusun yang berisiko tinggi untuk ancaman longsor adalah Dusun Semuten, Gayam, dan Dusun Tegal lawas. Kekeringan Ancaman yang terakhir ini sebenarnya sangat sering terjadi bahkan menjadi ikon di Desa jatimulyo dan selalu datang apabila curah hujan kurang dari 6 bulan tiap tahunnya. Sebagian besar dusun memiliki ancaman kekeringan lahan dalam kategori tinggi karena curah hujan di Dlingo tergolong rendah, menurut data tahun 2009 dari BMKG menunjukkan bahwa di kedua desa mempunyai CH sekitar 1895 mml pertahun. Kawasan Desa Jatimulyo juga merupakan kawasan karst yang mempunyai sifat posoporus sehingga tidak mampu manahan air permukaaan. Akibat tidak mampu mengikat air permukaan maka kapasitas air permukaan sangat terbatas karena sebagian besar air permukaan masuk ke jaringan sungai bawah tanah atau luweng. Dusun yang berisiko tinggi untuk ancaman kekeringan adalah adalah Lo Putih, Tegallawas, Banyuurip, dan Kedungdayak. Hanya ada 3 dusun yang kapasitas air permukaannya sedang yang bersumber dari Sungai Oyo, yakni Dusun Gayam, Maladan dan Dodogan. Namun demikian ketika musim kemarau panjang terjadi tetap ketiga dusun tersebut tetap kekurangan air.

E. Kesetaraan Gender Permasalahan kesenjangan gender di Desa Jatimulyo tidak jauh berbeda dengan karakteristik permasalahan yang terjadi di beberapa Desa lainnya di Kabupaten Bantul. Sumber utama permasalahannya sebagaian besar berakar dari budaya yang cenderung masih mendistorsi terhadap kesetaraan gender di berbagai aspek kehidupan. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, masih adanya bentuk diskriminasi terhadap perempuan, kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan, rendahnya kualitas hidup perempuan dan anak, terhadap perempuan merupakan permasalahan yang perempuan. Terhadap sumberdaya ekonomi, permasalahan gender terfokus pada kesetaraan akses, kontrol dan partisipasi perempuan dan laki-laki ekonomi dan kesempatan kerja. Pengembangan terhadap sumberdaya tidak sekadar ekonomi tindak kekerasan masih melingkupi

meningkatkan perbaikan hidup dan kesejahteraan yang lebih baik melainkan berupaya menciptakan hubungan antar manusia yang lebih harmonis, Malalui pengembangan perekonomian lokal diharapkan memperbaiki berbagai permasalahan sosial, menjaga dan melindungi hak-hak terhadap kaum perempuan, anak-anak dan kelompok rentan lainnya di Desa Jatimulyo. Potensi perempuan untuk berperanserta dalam pembangunan perlu didorong dan ditumbuhkembangkan, sebab dengan peranserta perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan pengetahuan pembangunan. pembangunan akan dapat meningkatkan akuntabilitas. Melalui dan ketrampilan serta serta peran aktif perempuan dalam pengembangan ekonomi lokal diharapan dapat meningkatkan kemandirian,

BAB III VISI, MISI, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PROGRAM


A. VISI Mengembangkan perekonomian desa berbasis pertanian dan indutri kerajinan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. B. MISI Misi Pengembangan Ekonomi Lokal Desa Jatimulyo adalah sebagai berikut: 1. Memperkuat sektor pertanian dengan peningkatan produk pertanian dan pengembangkan industri pertanian, 2. Mengembangkan pemasaran, mutu industri kerajinan dan memperluas jaringan

3. Menjaga kelestarian lingkungan hidup dan mengurangi resiko bencana agar kegiatan perekonomian tetap berjalan, berkembang dan berkelanjutan. C. STRATEGI Pembangunan desa yang selama ini dilakukan secara dominan oleh pemerintah desa sebagai motor penggerak telah bergeser seiring dengan perubahan paradigma pembangunan yang sentralistis kearah yang lebih desentralistik dengan memberikan ruang yang lebih besar pada partisipasi masyarakat dan sektor swasta. Paradigma pembangunan yang lama telah menciptakan kergantungan yang besar pada pemerintah seningga mematikan inisiatif dan dan keswadayaan masyarakat. Sementara itu pada saat ini peran sektor swasta dan masyaarakat diharapkan lebih besar dengan sikap dan semangat kewirausahaan. Masyarakat mempunyai potensi besar untuk mengembangkan kemampuan

ekonomi untuk mencapai kesejahteraan bersama. Untuk itu sudah semestinya kemajuan ekonomi masyarakat harus ditumpukan pada keswadayaan masayrakat itu sendiri melalui serangkan strategi pemberdayaan dengan pendekatan manajemen yang berbasis kebutuhan masyarakat untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam mencukupi kebutuhannya sendiri secara mandiri. Dengan pendekatan dan strategi ini peran pemerintah akan bergeser sebagai fasilitator pembangunan dan masyarakat serta dunia usaha sebagai pelaku utama pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor penting yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan desa melalui program pengembangan ekonomi lokal Desa Jatimulyo yaitu: a. Kemitraan antara Pemerintah Desa, Badan Permusyawartan Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa, Pelaku Usaha dan masyarakat. b. Sikap dan semangat keswadayaan, kegotongroyongan dan prakarsa yang kuat dari masyarakat dan pelaku usaha untuk berani memanfaatkan peluang, c. Sistem tata kelola pemerintahan yang baik yang ditandai dengan peningkatan kualitas aparatur dan pelayanan publik yang transparan, akuntabel , efektif dan efisien. 1. Strategi Dasar Pengembangan Ekonomi Lokal Visi dan misi pengembangan ekonomi lokal memerlukan serangkaian langkahlangkah strategis sebagai strategi dasar untuk mewujudkan pencapaian kesejahteraan masayrakat melaui program dan kegiatan. Strategi dasar tersebut iarahkan untuk;

10

Membangun sinergi antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk pengembangan ekonomi lokal, Membangkitkan semangat keswadayaan masyarakat atas dasar semangat gotong royong, Memanfaatkan semua peluang usaha dalam rangka pengembangan ekonomi lokal, Mendorong tercapainya persamaan kesempatan antara perempuan dan lakilaki untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi lokal. Memanfaatkan semua potensi alam yang tersedia dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta membangun sikap hidup berwawasan pengurangan resiko bencana, Membantu upaya-upaya penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik dengan mengedepankan partisipasi dalam peningkatan pelayanan publik khususnya yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi lokal. Membangun kesadaran masyarakat terhadap pengurangan risiko bencana terkait mata pencharian dan sumber penghidupan Dari strategi dasar tersebut kemudian dijabarkan dalam strategi

pengembangan ekonomi lokal menurut bidang tertentu meliputi bidang pertanian, indutri kerajian, pariwisata, pelestarian lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana.

2. Strategi Pengembangan Bidang Pertanian Pengembagan ekonomi lokal pada bidang bertanian dan peternakan ditempuh melalui beberapa langkah strategis; Mengembangkan pola-pola rembug desa dalam mendorong terciptanya kerja sama antarwarga dan antarkelompok warga untuk mengembangkan ekonomi desa. Mengembangkan lumbung desa sebagai penyangga ketahanan pangan, Mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan berkelanjutan, Mengembangkan keanekaragaman pangan lokal dan industri pengolahan pangan yang bernilai ekonomi tinggi, Meningkatkan teknologi produksi pertanian,

11

Mengembangkan pusat informasi pasar, Mengembangkan pembiayaan khusus pertanian, Mengembangkan perilaku petani yang berwawasan lingkungan dan sadar pada pengurangan resiko bencana, Meningkatkan kemandirian petani, Penguatan kelembagaan pertanian dan memantapkan sinergi antara

kelembagaan petani dengan pemerintah, Perguruan Tinggi, lembaga riset, pihak swasta,

3. Strategi Pengembangan Bidang Industri dan Kerajinan Pengembagan ekonomi lokal pada bidang industri dan kerajinan ditempuh melalui beberapa langkah strategis ; Meningkatkan usaha, Mengembangkan ketrampilan pengrajin berbasis budaya lokal dan memiliki kepedulian terhadap pengurangan risiko bencana. Mengembangkan mutu kerajinan berkulitas ekspor melalui inkubasi terkonologi dan manajemen. Mengembangkan organisasi dan asosiasi atau kelompok-kelompok UMK, termasuk kelompok perempuan UMK. Membangun jejaring pemasaran produk industri kerajinan berbasis asosiasi pengrajin, Melindungi hak kekayaan intelektual pengrajin termasuk hak cipta. Mengembangkan sikap dan wawasan kewirausahaan. Mengembangkan aksesibilitas terhadap permodalan. Meningkatkan sinergi kegiatan masyarakat, program pemerintah dan modernisasi usaha mikro dan kecil dan kapasitas pelaku

program lembaga-lembaga kemasyarakatan. Mengembangkan etika bisnis untuk menjalankan usaha yang bermartabat.

12

4. Strategi Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengurangan Resiko Bencana Pengembagan ekonomi lokal pada sektor Pelestarian lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana ditempuh melalui beberapa langkah strategis; Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup atas semua pemanfaatkan potensi desa bagi kegiatan industri pertanian dan kerajinan, Menyadarkan masyarakat atas resiko dan ancaman bencana serta menawarkan alternatif kegiatan untuk mengurangi resiko bencana

D. KEBIJAKAN DAN PROGRAM Kebijakan pengembangan ekonomi lokal pada dasarnya merupakan arah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan yaitu mewujudkan visi dalam kuruan waktu tertentu. 1. Kebijakan dan Program Bidang Pertanian dan Perikanan Pengembangan pertanian yang dilakukan melalui pendekatan agroindustri dan agribisnis yang pada hakekatnya menekankan kepada tiga hal, yaitu: Pendekatan pendekatan pembangunan produksi pertanian dan perikanan ditingkatkan bisnis, dengan demikian dari aspek ke pendekatan dan

usaha dan pendapatan menjadi dasar pertimbangan utama. Pembangunan pertanian perikanan bukan semata pembangunan sektoral, namun juga terkait dengan sektor lain seperti industri kerajinan dan pelestarian lingkungan hidup, Pembangunan pertanian harus selalu mengingat akan resiko bencana yang mungkin terjadi. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut makan disusun program untuk bidang Pertanian dan perikanan, yaitu; Pengembangan potensi makanan olahan berbahan dasar lokal, Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam industry makanan olahan, Peningkatan produktifitas pertanian yang mampu beradaptasi dengan

dampak perubahan iklim. Peningkatan kapasitas peternakan ayam buras, bebek, kambing dan sapi baik dalam kuantitas dan ketrampilan,

13

Peningkatan kapasitas budidaya ikan lele, gurami dan nilai dan pembuatan pembuatan pakan alternatif 2. Kebijakan dan Program Bidang Industri Kerajinan Pengembangan bidang industri kerajinan dilakukan dengan orientasi pada; Meningkatkan modernisasi usaha, Mewujudkan stabilisasi usaha, mampu membuat rencana produksi dan pemasaran serta memiliki akses terhadap modal/perkreditan. meningkatkan kerjasama dan sinergi antar lembaga swadaya masyarakat dan lembaga keuangan. Mengembangan kebijakan industri sesuai dengan kondisi riil perajin dan dinamika pasar. Mengembangkan organisasi dan asosiasi atau kelompok-kelompok UMK Untuk mewujudkan kebijakan diatas maka ditetapkan program bidang Industri Kerajinan berupa; Pengembangan industri kerajinan yang potensial Meningkatkan keanekaragaman dan kualitas produk kerajinan kayu yang ramah lingkungan, penguatan manajemen usaha yang meliputi pemasaran, administrasi dan keuangan peningkatkan permodalan melalui kredit mikro Perintisan kelompok pengrajin untuk memperkuat diri Penyuluhan tentang penting etika bisnis, 3. Kebijakan dan Program Sektor Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengurangan Resiko Bencana Kebjikan sektor pelestraian lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana berorientasi pada pemberdayaan masyarakat tetap ; Menjaga kelestarian lingkungan desa atas semua potensi alam sebagai sumber penghidupan, Mengurangi resiko bencana untuk meminimalisir dampak ekonomi yang dapat menghambat pengembangan perekonomian lokal. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut maka ditetapkan program bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengurangan Resiko Bencana yaitu; usaha mikro dan kecil, dan kapasitas pelaku

14

Inisiasi pembentukan tim relawan bencana, mitigasi bencana bagi kelompok dan masyarakat, Inisiasi pembentukan peraturan desa tentang penanggulangan bencana.

BAB IV PENUTUP
Pelaksanaan pembangunanekonomi perdesaan yang berbasis pada pengembangan ekonomi lokal yang tertuang dalam Renstra tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak mendapatkan dukungan dari segenap pelaku usaha, apartur pemerintah desa, dan masayrakat. Semua yang terkait dengan pelaksanaan rentra ini berkentingan dan diharapkan menjadikan nya sebagai dasar dalam melakukan peran dan fungsinya. Rencana strategis pengembangan ekonomi lokal Desa Jatimulyo selanjutnya akan

menjadi pedoman dan arah bagi semua pihak yang berkepentingan secara langsung maupun tidak langsung dengan program pengembangan ekonomi lokal di Desa Muntuk. Oleh karena itu masing-masing pihak dapat bersikap proposional dengan menjadikannya sebagai; 1. Acuan atau alternatif model bagi pemerintah desa dalam melaksanakan pembangunan desa sesuai dengan RPJM Desa, 2. Pedoman normatif dan landasan operasional dalam menjalankan kegiatan usaha bagi pelaku usaha, 3. Pedoman bagi lembaga dan pemangku kepentingan lainnya dalam kontribusi pada pengembangan ekonomi lokal di Desa Jatimulyo 4. Standar pengawasan bagi masyarakat dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Jatimulyo.

15

Jatimulyo, Desember 2010 PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DESA JATIMULYO

16

Anda mungkin juga menyukai