Anda di halaman 1dari 5

Makanan Penunda Lapar Yang Mulai Menjamur

Coach : Ir. Lantip Trisunarno, MT.


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Pendekatan coaching untuk membantu pengembangan bisnis mahasiswa ini cukup sistematis dan praktis. Melalui pendekatan ini saya sebagai dosen pendamping semakin memahami pentingnya membangun kepercayaan (building trust) antara pelatih (coach) dengan yang dilatih/klien (coachee), keterampilan mendengarkan secara aktif (active learning), proses klarifikasi (clarifying), mengajukan pertanyaan yang berkualitas (quality question), dan memberikan umpan balik kepada coachee (feedback). Dengan berpedoman pada lima hal ini, pembimbing semakin trampil melakukan proses coaching dan solusi terhadap permasalahan coachee menjadi relatif mudah ditemukan oleh coachee sendiri

Mahendra Ega, mahasiswa semester 5 Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) ini sejak tujuh bulan yang lalu telah memulai sebuah usaha. Bersama beberapa teman kuliahnya ia merintis usaha kuliner. Ega dan kawan-kawannya

menamakan produknya Sego Njamoer. Masih terngiang jelas ditelinga Ega tentang pesan-pesan orangtuanya Nak sekolah yang pintar ya, biar cepat lulus dan segera mendapat pekerjaan . Begitulah, seperti orangtuaorangtua pada umumnya, orangtua Ega pun tidak berharap anaknya menjadi wirausaha. Mereka lebih berharap anaknya menjadi pegawai kantoran yang jelas pendapatannya setiap bulan, syukur-syukur jadi pegawai negeri yang kelak mendapatkan tunjangan pensiun. Bukan bermaksud untuk tidak mengindahkan pesan-pesan orang tua, Ega dan kawankawan diam-diam membuat usaha Sego Njamoer. Pemikirannya sederhana, ia ingin membantu orangtuanya. Dengan membangun usaha ia berharap bisa menanggung biaya kuliah dan menghidupi sendiri dirinya. Dengan begitu beban orangtuanya menjadi lebih ringan. Selain itu ia tidak ingin sekedar menjadi mahasiswa 3D (datang, duduk, diam) dalam proses belajar di kampus. Ia ingin memiliki nilai tambah. Bukan sekedar menguasai ilmu dan pengetahuan akademik sesuai dengan jurusan yang ia pilih, tetapi juga ingin belajar berbisnis, yang ia yakini

kelak akan bermanfaat ketika sudah tiba saatnya keluar dari dunia kampus dan kembali ke masyarakat. Tentu saja itu tidak mudah. Tantangan terbesar adalah ketika ia harus membagi waktu antara kewajiban-kewajiban akademik dan meluangkan waktu untuk menjalankan usahanya. Tetapi ternyata yang tadinya terlihat sulit, menjadi tidak terlalu merepotkan ketika sudah dijalani. Bukankah begitu juga ketika kita dulu waktu ingin bisa naik sepeda saat masih kanakkanak? Kita merasa bahwa naik sepeda itu tidak mudah, lalu kita belajar. Mungkin beberapa kali kita terjatuh dan luka. Tetapi setelah keseimbangan kita mulai terlatih, kepekaan kita mulai terasah, dan kita mulai dapat feel-nya. Lalu seolah badan, pikiran dan perasaan kita membuat penyesuaian-penyesuaian. Akhirnya bersepedapun bukan hal yang sulit untuk dilakukan meski kita masih kanak-kanak. Tantangan membagi waktu untuk akademik dan usaha, mampu diatasi oleh Ega. Apalagi ia bermitra dengan beberapa kawan, sehingga bisa berbagi tugas dan tanggungjawab. Selama 7 bulan sejak usaha ini dijalankan, Ega dan kawan-kawan hampir tidak pernah terkendala oleh keharusan menunaikan kewajiban-kewajiban akademik dan meluangkan waktu untuk menjalankan usahanya. Ide Sego Njamoer ini terinspirasi oleh makanan Onigiri dari Jepang. Onigiri adalah nasi kepal, nasi yang dipadatkan. Bisa berbentuk bulat atau segitiga. Onigiri Jepang yang sederhana biasanya berisi daging ikan salmon panggang, ada juga onigiri yang di bakar setelah di lumuri kecap asin (miso). Nah, pada Sego Njamoer, Ega dan kawan-kawan menggunakan produk lokal Jamur Tiram. Jamur dipilih sebagai menu utama karena memiliki rasa yang lezat dan

mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi seperti asam amino essensial, vitamin, dan mineral lain yang sangat diperlukan oleh tubuh. Selain itu, hal yang paling penting ialah harganya terjangkau. Hasil studi di Massachusett University menyimpulkan bahwa riboflavin, asam Nicotinat, Pantothenat, dan biotin (Vitamin B) masih terpelihara dengan baik meskipun jamur telah dimasak. Hasil penelitian dari Beta Glucan Health Center menyebutkan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mengandung senyawa Pleuran (di Jepang, jamur tiram disebut Hiratake sebagai jamur obat), mengandung protein (19-30 persen), karbohidrat (50-60 persen), asam amino, vit B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niacin), B5 (asam panthotenat), B7

(biotin), Vit C dan mineral Calsium, Besi, Mg, Fosfor, K, P, S, Zn. Dapat juga sebagai antitumor, menurunkan kolesterol, dan antioksidan. Hal ini merupakan nilai tambah dari produk dengan memberikan solusi konkrit bagi kebutuhan konsumen akan produk yang praktis dan bergizi tinggi. Nama Sego Njamoer dipilih karena produk ini berupa nasi (jawa : sego) dan jamur. Nama produk yang dipilih terasa cukup kontroversial. Ketika disebutkan Sego Njamoer mungkin yang muncul dipikiran kita adalah nasi yang sudah berjamur, artinya nasi yang sudah basi. Awalnya muncul kecemasan bahwa produk ini tidak akan diminati pasar karena namanya yang dirasa kurang marketable itu. Karena dipandang nama itu tidak mencerminkan daya tarik, malah dirasa justru bisa merusak selera calon penikmatnya. Masa orang disuruh beli nasi yang sudah jamuran? Tetapi ternyata realita berkata sebaliknya, pada awal launching produk Sego Njamoer 7 bulan yang lalu, pembeli harus rela mengantri. Nama Sego Njamoer yang tadinya dirasa kurang pas sebagai nama sebuah produk, justru membuat calon pembeli penasaran. Usaha Sego Njamoer ini di mulai dengan modal awal Rp. 5 juta. Mula-mula, Ega dan kawan-kawan berjualan dengan meja biasa. Setelah usaha berjalan sebulan, Ega dan kawankawan membuat booth Sego Njamur dengan disain khusus. Untuk sebuah outlet beserta perangkatnya dibutuhkan biaya sebesar Rp. 10 juta. Dengan asumsi penjualan rata-rata 200 porsi per-hari, maka dalam waktu 3 sampai dengan 4 bulan sudah BEP (break even point). Pada saat program pendampingan (coaching) Perwira Mandiri mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2011, rata-rata penjualan Sego Njamoer mencapai 300 porsi per-hari dengan harga Rp. 2.500,- per-porsi. Jika sebulan rata-rata berjualan selama 25 hari, maka omset perbulan mencapai angka Rp.18 jutaan. Dan saat ini (setelah 6 bulan coaching) rata-rata penjualan per-hari sudah mencapai 1200 porsi, itu artinya omset per-bulannya sudah mencapai Rp. 75 juta. Itu artinya ada pertumbuhan (growth) penjualan sebesar 400% dan menaikkan perolehan omset sebesar 240%. Fantastik! Dan sekarang Sego Njamoer sudah memiliki 3 outlet di beberapa kampus yang ada di Surabaya, setiap outlet mempekerjakan rata-rata sebanyak 3 orang.

Keberhasilan Ega dan kawan-kawan tentu karena tekad dan niat untuk menjalankan usaha dengan sungguh-sungguh. Disamping itu, program pendampingan (coaching) Perwira Mandiri yang di selenggarakan oleh PT. Bank Mandiri, Tbk., ini memberikan pengaruh bagi mahasiswa wirausaha untuk dapat lebih mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya. Dengan di dampingi oleh Coach dari FBI (Formula Bisnis Indonesia) dengan metodologi yang cukup sistematis dan aplikable menjadi kekuatan tersendiri bagi mahasiswa untuk menentukan dan menjalankan langkah-langkah praktis dalam berbisnis. Ega dan Sego Njamoer-nya telah membuktikan betapa teknik dan metodologi coaching sangatlah efektif dalam menumbuhkan usahanya. Berikut ini adalah petikan kesan-kesan Ega selama mengikuti proses coaching :
Pada awal coaching,, saya baru mengetahui perbedaan mendasar antara training dan coaching. Selama ini,, saya seringkali mengikuti seminar dan training mengenai bisnis. Akan tetapi entah mengapa masih saja merasa ada yang kurang. Ketika menjalani proses coaching setiap 2 minggu sekali ini, saya merasakan bahwa inilah yang be narbenar dibutuhkan dalam merintis sebuah bisnis. Saya juga mulai bisa menjalani bisnis dengan lebih terkontrol dan terstruktur setelah saya mengenal tahap-tahap formula bisnis ideal dari FBI yang meliputi fundamentalproductivity-simplicity-multiply-freedom. Terlebih pada saat materi fundamental, saya baru menyadari bahwa visi dan misi, komitmen bersama di awal usaha sangatlah penting dalam menentukan langkah berikutnya. Bagaimana menganalisa untuk bisa lebih menguasai pengelolaan waktu, pengelolaan keuangan, proses, serta outcome yang diinginkan. Dan selama 6 bulan coaching ini, saya merasakan kemajuan yang signifikan bagi bisnis sego njamoer, baik dari segi kualitas pengelolaan maupun dari segi perluasan pemasaran dan pengembangan usaha

Dalam menjalankan usahanya, Ega dan kawan-kawan menetapkan beberapa langkah strategis jangka pendek dalam mengembangkan Sego Njamoer ini, antara lain : Pertama, Penetapan dan Pemeliharaan Konsumen. Konsumen yang dibidik pada mulanya adalah dari kalangan mahasiswa, maka pemeliharaan dan pendekatan konsumen akan lebih mudah karena mereka terkumpul dalam satu lokasi-lokasi tertentu di daerah kampus. Kedua, strategi Penetapan Harga Produk. Harga produk yang ditetapkan adalah Rp 2.500,- per porsi. Dengan harga yang murah dan tanggung tersebut, maka konsumen akan

lebih terdorong untuk membeli lebih dari 1 produk dengan kelipatan genap (2,4,6,8, dan seterusnya). Hal ini juga merupakan salah satu strategi pemasaran produk ini. Ketiga, Penetapan Posisi Produk. Positioning Sego Njamoer difokuskan sebagai produk makanan penunda lapar. Selain itu merupakan kuliner yang memenuhi kebutuhan gizi bagi konsumen sibuk dengan kondisi finansial terbatas. Sudah menjadi tradisi orang Indonesia, apabila tidak makan nasi mereka belum merasa sudah makan, produk Sego Njamoer menjadi solusi tidak teraturnya pola makan konsumen. Berdasarkan karakteristik produk yang ada dapat diidentifikasi bahwa Sego Njamoer juga berpeluang melakukan positioning sebagai produk jajanan lezat pilihan kebanyakan mahasiswa yang sekaligus menjadi penunjang program diet. Masih perlu dikaji lebih lanjut mengenai positioning mana yang paling bisa memberi pengaruh pada sales performance produk Sego Njamoer. Keempat, Rencana Penjualan dan Distribusi. Rencana penjualan sego njamoer adalah melalui 2 macam cara, yaitu direct sellingdengan membuka gerai/outlet pada lokasi yang strategis di daerah kampus dan juga dengan undirect selling yaitu melakukan konsinyasi dengan ormawa (organisasi mahasiswa) untuk dapat nitip menjual produk di kampus. Target hingga akhir tahun 2011 ini, Ega dan kawan-kawan menargetkan memiliki 5 outlet Sego Njamoer di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai