Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Setiap waktu orang dapat melihat perkembangan teknologi dari hari ke hari dan teknologi tersebut dapat digunakan sebagai alat bantu manusia untuk menyelesaikan beberapa aktifitas dengan secepat dan setepat mungkin. Saat ini teknologi komputer mudah digunakan dari semua kalangan dan semua bidang. Tidak terkecuali bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, pada awalnya TIK hanya berperan untuk menunjang bidang administrasi. Saat ini komputer tidak hanya digunakan untuk menunjang bidang administrasi saja tetapi bisa juga digunakan sebagai sarana kerja, evaluasi, penilaian, penyampaian informasi, menunjang proses pembelajaran dan untuk mengembangkan pengetahuan siswa. Di dalam dunia pendidikan, komputer dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik yaitu menjadi alat peraga atau media pembelajaran. Sebagai media tutorial, komputer memiliki keunggulan dalam hal interaksi, menumbuhkan minat belajar mandiri serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Yang perlu dijadikan perhatian bagi orangtua dan guru adalah bagaimana cara memperkenalkan komputer kepada anak atau anak didiknya. Biasanya penyajian multimedia untuk pembelajaran lebih mudah diserap dan dimengerti dengan baik oleh siswa sehingga akan sangat membantu dalam proses penyampaian dan pemahaman terhadap materi yang disampaikan. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat memberi manfaat dan pengetahuan bagi siswa tentang pengenalan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak bersifat menoton karena terdapat interface yang diolah semenarik mungkin sehingga menjadikan siswa tidak mudah jenuh dan terus semangat dalam belajar. Dalam perkembangan TIK telah memunculkan ide-ide baru dalam membuat mesinmesin belajar berbasis komputer dan internet, sehingga dalam perkembangannya kita dapat mengenal istilah-istilah seperti e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library, CD Interaktif, games education, dan sebagainya.

B. Rumusan dan Pertanyaan 1. Apa yang dimaksud dengan Teknologi ? 2. Apa yang dimaksud dengan Informasi ? 3. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi ? 4. Apa yang dimaksud dengan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi ? 5. Bagaimana pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran di SD ?

C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan Adapun tujuan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Teknologi 2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Informasi 3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Komunikasi 4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi 5. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran di SD

D. Metode Pembahasan
Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi literatur.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Teknologi Sebelum kita mengkaji apa itu teknologi, sebaiknya kita harus mengetahui bagaimana konsep teknologi tersebut. Dalam konsep teknologi ada 3 bentuk yang bisa dipahami, yaitu : Teknologi sebagai ide, yaitu teknologi yang ada dalam pikiran dalam bentuk ide-ide ketika memikirkan, merasakan akan melakukan sesuatu. Teknologi sebagai Proses Rancang Bangun, yaitu teknologi yang terlihat ketika kita melakukan sesuatu atau mengerjakan sesuatu proses yang dipikirkan sebelumnya. Teknologi sebagai Produk Rancang Bangun, yaitu teknologi sebagai hasil dari proses pengerjaan sesuatu, bisanya dikelompokkan menjadi perangkat keras dan perangkat lunak. Menurut David L. Goetch teknologi adalah "upaya" untuk mendapatkan suatu "produk" yang dilakukan oleh manusia dengan memanfaatkan peralatan (tools), proses dan sumber daya (resources). Pengertian yang lain, telah diberikan oleh Arnold Pacey. Bahwa teknologi tetap terkait pada pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaannya, karena itulah teknologi tidak bebas organisasi, tidak bebas budaya dan sosial, ekonomi dan politik. Definisi teknologi yang lain diberikan oleh Rias Van Wyk. Dari definisi tersebut, ada beberapa esiensi yang terkandung yaitu : 1. Teknologi terkait dengan ide atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir, keberadaan teknologi bersama dengan keberadaan budaya umat manusia. 2. Teknologi merupakan kreasi dari manusia, sehingga tidak alami dan bersifat artificial. 3. Teknologi merupakan himpunan dari pikiran (set of means), sehingga teknologi dapat dibatasi atau bersifat universal, tergantung dari sudut pandang analisis 4. Teknologi bertujuan untuk memfasilitasi human endeavor (ikhtiar manusia). Sehingga teknologi harus mampu merungkatkan performansi (kinerja) kemampuan manusia. Dari definisi di atas, ada 3 (tiga) entitas yang terkandung dalam teknologi yaitu, Skill (Keterampilan), Algorithnia (Logika berfikir) dan hardware (Perangkat Keras). Dalam pandangan Management of Technology, Teknologi dapat digambarkan dalam beragam cara, diantaranya:

1. Teknologi sebagai makna untuk memenuhi suatu maksud didalamnya terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk merubah (mengkonversikan) sumberdaya (resources) ke suatu produk atau jasa. 2. Teknologi tidak ubahnya sebagai pengetahuan, sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan (objective). 3. Teknologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa (Engineering) yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk dan atau proses atau pada penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru.

2.2 Pengertian Informasi Informasi adalah fakta atau apapun yang dapat digunakan sebagai input dalam menghasilkan informasi, Data sebagai bahan mentah, data merupakan input yang setelah diolah berubah bentuk menjadi output yang disebut informasi. Informasi merupakan hasil dari pengolahan data. Komponen komponen Informasi: 1. Absolute Information, yaitu jenis informasi yang disajikan dengan suatu jaminan dan tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut. 2. Subtitusional information, yaitu jenis informasi yang merujuk pada kasus dimana konsep informasi digunakan untuk sejumlah informasi. 3. Philosophic information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan konsep-konsep yang menghubungkan informasi pada pengetahuan dan kebijakan. 1. Subjective information, yaitu informasi yang berkaitan dengan perasaan dan emosi manusia. 4. Objective information, yaitu informasi yang merujuk pada pada karakter logis dari informasi-informasi tertentu. 5. Cultural information, yaitu informasi yang memberikan tekanan pada dimensi cultural.

2.3 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan, baik yang dilakukan oleh satu orang, atau antara satu seseorang dengan orang lain dengan menggunakan media atau tanpa menggunakan media.

2.4 Teknologi Informasi dan Komunikasi Menurut Wawan Wardiana (2000:34) mengemukakan bahwa teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi, data berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pemerintah, pribadi, dan sebagainya. Teknologi komunikasi adalah perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari hardware, software, proses dan system, yang digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi berhasil. Teknologi Informasi dan teknologi Komunikasi (TIK) adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.

2.5 Pengertian TIK dalam bidang pendidikan Pemanfaatan TIK dalam pendidikan di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan sebagai upaya melakukan penyebaran informasi kesatuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara, merupakan wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pendidikan masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya interaksi imbal balik yang seketika. Siaran bersifat searah, dari nara sumber belajar atau fasilitator kepada pembelajar. Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan movie) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih lebih bila materi tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed). Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan berdasar teknologi Internet, memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer. Selain aplikasi puncak seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK.
5

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pendidikan Revolusi teknologi informasi dan massifnya intensitas komunikasi tingkat global memungkinkan manusia sekarang ini untuk melangsungkan model interaksi yang lambat laun berubah. Intensifikasi hubungan tingkat dunia ini selanjutnya akan melahirkan pola-pola relasi baru dalam bidang ekonomi, sosial, politik, komunikasi, pola perilaku sehari-hari, dan termasuk relasi antar-individu. Meminjam cara penggambaran yang dibuat oleh Jean-Francois Lyotard, globalisasi dapat digambarkan demikian: seorang pemuda kampung di pedalaman Madura sedang mengobrol dengan saudaranya yang bekerja di sebuah hotel Amerika di Arab Saudi dengan menggunakan telepon genggam produk Finlandia, simcard yang dimodali oleh perusahaan Malaysia, dengan jasa piranti lunak buatan Australia. Dia sedang memesan jam tangan Swiss, dan sedang dipertimbangkan apa akan dikirim dengan jasa pengiriman perusahaan Belanda atau lewat tetangganya yang akan pulang ke kampung halaman. Riwayat globalisasi sebagai efek lebih jauh dari berbagai produk teknologi dan sains dapat ditelusuri jauh ke belakang. Adalah filsuf Inggris Francis Bacon (1561-1626) yang mula-mula meneguhkan metodologi ilmiah yang menjadi motor penggerak perkembangan sains, yakni dengan memperkenalkan metode (penalaran) induktif. Dalam paham Bacon, arah kerja filsafat dibalik: daripada mempersoalkan final causes (teleologi), filsafat sebaiknya mulai menyibukkan diri dengan efficient causes (kausalitas). Dari sini, eksprimentasi dan observasi kemudian didaulat sebagai ruh sains. Dan filsafat pun kemudian diberi basis praktis untuk kehidupan sehari-hari, sehingga dari situlah muncul diktum: knowledge is power (pengetahuan adalah kekuasaan). Sains atau pengetahuan ilmiah bekerja dengan prinsip keterukuran. Cita-cita sains adalah kehendak untuk memegang kendali kehidupan dengan lebih besar, atau, dalam bahasa Giddens, untuk membentuk sejarah menurut tujuan kita sendiri. Dengan pencapaian sains dan teknologi, dunia diharapkan dapat lebih stabil dan tertata. Akan tetapi, kenyataannya, dunia yang hadir saat ini tak seperti yang diperkirakan oleh para pemikir itu. Bukannya menjadi lebih terkendali, dunia saat ini tampaknya menjadi tak terkontrol, menjadi dunia yang lari tunggang langgang (runaway world). Proses globalisasi membentuk corak masyarakat yang penuh risiko. Capaian-capaian ilmu pengetahuan dan teknologi manusia memang telah sanggup mengantarkan manusia pada status ontologis keserbapastian (ontological security). Namun, di sisi lain, berkat iptek pula, manusia dewasa ini terjebak dalam situasi keserbatakpastian, yang merupakan konsekuensi logis yang inheren dari sistem relasi yang diciptakan manusia sendiri (manufactured uncertainties). Relasi manusia dengan
6

alam dan lingkungan, dengan dukungan teknologi industri yang eksploitatif, ternyata melahirkan efek-efek destruktif seperti pemanasan bumi, perusakan lapisan ozon, polusi, dan semacamnya. Risiko yang lahir dari pola-pola relasi itu akan menjadi ancaman bagi keberadaan hidup manusia itu sendiri. Pembicaraan mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan pembelajaran yang belakangan ini marak dilakukan dalam konteks uraian di atas seperti dimaksudkan untuk mengarahkan produk teknologi agar dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan pengembangan pendidikan. Maksudnya, pembicaraan tentang pemanfaatan teknologi informasi untuk pembelajaran sebenarnya berlangsung di atas kesadaran bahwa bagaimanapun fungsi produk teknologi itu dapat saja lepas kendali dan justru bergerak di wilayah yang dipandang negatif.

Keterbatasan Kuantitas Sumber Daya Pendidikan Di negara dengan populasi sekitar 250 juta ini aspek keterbatasan sumber daya pendidikan menjadi isu penting yang tak berkesudahan. Terbatasnya jumlah guru dan dosen dengan kualifikasi pendidikan tertentu, terbatasnya jumlah referensi pendidikan yang dapat dipergunakan siswa, terbatasnya jumlah sekolah bermutu yang dapat diandalkan, terbatasnya jumlah perpustakaan pendidikan yang dapat diakses, dan terbatasnya jumlah laboratorium untuk praktek, hanyalah merupakan sejumlah contoh keterbatasan yang dimaksud. Dengan membangun jejaring kerjasama antar sekolah melalui pemanfaatan TIK seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah keterbatasan ini dapat teratasi melalui konsep berbagi pakai sumber daya (baca: shared resources). Misalnya adalah lima buah sekolah yang bersepakat untuk bersama-sama urunan mendirikan sebuah laboratorium internet yang dapat dipergunakan bergantian secara fisik maupun simultan secara non-fisik (baca: logika). Dengan adanya kapabilitas TIK yang dapat menembus batas ruang dan waktu semacam ini, maka hal yang sama dapat diberlakukan bagi tenaga pengajar yang secara fisik hanya dapat berada di satu lokasi dalam satu waktu, tetapi secara non-fisik dapat berada di beberapa tempat sekaligus untuk melayani berbagai kebutuhan pembelajaran secara simultan.

Kesenjangan Kualitas Sumber Daya Pendidikan Selain kuantitas, isu kualitas terkait dengan sumber daya pendidikan Indonesia juga kerap mengemuka belakangan ini. Baru sedikit terdapat program studi dengan nilai akreditasi A, belum banyak institusi pendidikan dasar yang dikategorikan sebagai sekolah nasional plus,
7

masih dapat dihitung dengan jari sekolah-sekolah yang berstandar internasional, tidak banyak perpustakaan dengan koleksi jurnal ilmiah internasional yang lengkap, hanya satu dua perguruan tinggi yang memiliki super komputer hanyalah beberapa contoh bagaimana kualitas masih belum merata dimiliki oleh institusi-institusi pendidikan nasional. Dengan diimplementasikannya TIK secara benar, maka niscahya terdapat kesempatan yang sama bagi institusi-institusi pendidikan untuk dapat menghubungkan dirinya dengan pusat-pusat pembelajaran yang dikategorikan unggul secara kualitas, tidak saja di dalam negeri, namun dapat mencakup wilayah regional bahkan internasional. Sebuah sekolah tinggi dengan akreditasi C dapat meningkatkan kualitasnya dengan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi terbaik di Singapura misalnya, atau guru di sebuah sekolah kejuruan dapat dengan leluasa belajar dari rekan sejawatnya yang berada di sebuah perusahaan terkemuka. Dengan demikian, maka diharapkan terjadinya penularan kualitas secara cepat dari sumber daya pendidikan yang dikategorikan unggul ke sekolah-sekolah, kampus-kampus, dosen-dosen, guru-guru, perpustakaan-perpustakaan, laboratorium-laboratorium yang masih dalam tahap berkembang.

Ketidakmerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan Secara tidak langsung, melalui manfaat peningkatan kuantitas dan kualitas yang telah disampaikan di atas, permasalahan klasik terkait dengan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bermutu bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kecerdasan bangsa dengan sendirinya dapat segera terwujud. Konsep Universitas Terbuka yang telah mampu menjangkau seluruh masyarakat hingga ke daerah terpencil dapat segera diikuti dengan penerapan konsep sekolah terbuka atau perpustakaan terbuka. Tidak ada alasan lagi bagi siapapun di republik ini untuk dapat memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan, sejauh yang bersangkutan hidup di lokasi yang telah terjangkau listrik dan telepon atau paling tidak berada cukup dekat dengan warung internet. Sejauh peserta didik yang bersangkutan bersemangat untuk belajar keras, dan institusi pendidikan yang ada mau merubah paradigma penyelenggaraan model pendidikannya, maka dengan bantuan TIK, segala keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat diatasi permasalahannya. Rintangan terbesar dalam menerapkan pendekatan ini biasanya terdapat pada keinginan untuk berbagi ilmu, pengetahuan, dan konten pendidikan terutama dari pemilik HAKI terhadap mereka yang membutuhkannya. Oleh karena itu perlu dipikirkan lebih lanjut model pengelolaan HAKI yang tepat agar seluruh pihak bersemangat untuk melakukan proses pemerataan ini.
8

Model dan Pendekatan Pendidikan yang Kurang Relevan Semakin cepatnya perkembangan ilmu dan perubahan di dunia ini menuntut setiap manusia dan institusi pendidikan untuk selalu memperbaharui dirinya dengan cara-cara pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan perubahan itu sendiri. Dan seperti diketahui, tidak mudah untuk melakukan perubahan secara internal maupun eksternal dalam sebuah institusi pendidikan, tanpa dihadapkan pada berbagai isu rintangan dan resiko yang tidak kecil. Jika diamati secara sungguh-sungguh, TIK sebenarnya berpotensi menawarkan berbagai kemungkinan perubahan paradigma penyelenggaraan kegiatan mengajar-belajar dengan pendekatan operasional yang dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan. Bagaimana TIK dapat dimanfaatkan untuk dapat secara evolusioner maupun revolusioner mengubah model pendidikan yang ada sepenuhnya sangat tergantung dari situasi dan kondisi masing-masing institusi yang bersangkutan. Bahkan berkaca dari negara-negara maju yang telah berhasil melakukannya, cukup banyak lembaga yang menerapkan secara perlahan-lahan namun pasti sebelum pada akhirnya menemui satu titik dimana transformasi yang sebenarnya dilakukan. Melalui penerapan TIK untuk membantu melakukan proses pendidikan berbasis kasus, mempelajari suatu teori melalui model simulasi, menggambarkan suatu ilustrasi proses dengan animasi, dan menyelenggarakan pra ujian evaluasi secara mandiri, maka model pendidikan yang dilakukann akan semakin relevan dengan kebutuhan dunia industri atau dunia nyata.

Keterbatasan Biaya Pengembangan Institusi Ada hal yang menarik untuk dipelajari jika melihat bagaimana negara-negara berkembang lainnya - yang dulu tertinggal jauh dari Indonesia namun saat ini telah begitu tinggi tingkat daya saingnya menempatkan TIK dalam konteks pendidikan nasionalnya. Mereka menilai bahwa ukuran kesiapan dan/atau keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak semata-mata terlihat dari aspek aset fisik semata, namun lebih jauh lagi ditinjau dari segi seberapa efektifnya komunitas manusia pembelajar di lingkungan terkait melakukan proses akuisisi ilmu dan kompetensi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidupnya, dan bagaimana aktivitas pengumpulan dan pengorganisasian modal intelektual (baca: intellectual capital) yang dihasilkan mereka dikelola secara baik.

BAB III ANALISIS

3.1 Analisis Teoritis Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Gerak-gerik manusia yang selalu disibukkan oleh berbagai hal dapat dimudahkan dengan adanya teknologi. Berbicara mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi, sangat erat kaitannya dengan komputer dan jaringan internet. Komputer memudahkan segala kerja manusia yang membutuhkan efektivitas dan efisiensi yang tinggi. Orang yang terpisahkan jarak saja dapat berkomunikasi dengan baik melalui internet. Dalam bidang pendidikan, TIK telah banyak membantu memudahkan segala aktivitas di sekolah. Baik itu untuk murid, maupun untuk gurunya sendiri. Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan berdasar teknologi Internet, memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer. Selain aplikasi puncak seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK. Dengan diimplementasikannya TIK secara benar, maka niscahya terdapat kesempatan yang sama bagi institusi-institusi pendidikan untuk dapat menghubungkan dirinya dengan pusat-pusat pembelajaran yang dikategorikan unggul secara kualitas, tidak saja di dalam negeri, namun dapat mencakup wilayah regional bahkan internasional. Secara tidak langsung, melalui manfaat peningkatan kuantitas dan kualitas yang telah disampaikan di atas, permasalahan klasik terkait dengan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bermutu bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kecerdasan bangsa dengan sendirinya dapat segera terwujud. Melalui penerapan TIK untuk membantu melakukan proses pendidikan berbasis kasus, mempelajari suatu teori melalui model simulasi, menggambarkan suatu ilustrasi proses dengan animasi, dan menyelenggarakan pra ujian evaluasi secara mandiri, maka model pendidikan yang dilakukann akan semakin relevan dengan kebutuhan dunia industri atau dunia nyata.

10

3.2 Analisis Praktis Pembelajaran TIK di sekolah dasar belum diterapkan pada semua sekolah di Indonesia. Pada dasarnya semua guru sudah mempunyai dasar pengajaran TIK, tetapi system sekolahnya belum mendukung penerapan pembelajaran TIK dengan berbagai alasan, seperti : 1. Lingkungan dan budaya. Lingkungan yang berada jauh dari perkotaan sulit untuk menerima kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, dikarenakan budaya di lingkungan itu sendirir maupun belum terjangkaunya jaringan internet. Oleh karena itu, sekolah-sekolah yang berada di pinggiran kota masih menerapkan pengajaran secara konvensional. 2. Faktor Dana. Sekolah yang belum menerapkan pengajaran TIK, biasanya terhambat oleh factor dana sekolah yang belum cukup untuk membeli unit-unit komputer dan membuat laboratorium komputer di sekolahnya. 3. Faktor Pendidik Secara teoritis, seorang guru harus mampu menguasai materi pembelajaran TIK, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang tidak mempelajari materi pembelajaran TIK, baik karena faktor latar belakang maupun faktor usia sehingga pembelajaran TIK tidak tersampaikan.

11

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


4.1 Kesimpulan Di gerbang milenium ketiga, peradaban manusia telah maju begitu rupa. Banyak pencapaian yang telah diraih, mulai dari yang sifatnya nilai-nilai (penghargaan atas kemanusiaan, kebebasan, hak atas informasi, dan semacamnya) hingga ke penemuan berbagai artefak kebudayaan. Jauh sebelum penghujung milenium kedua tiba, revolusi teknologi informasi telah merambah ke segenap pelosok bumi. Berbagai perangkat teknologi yang ditemukan telah menghadirkan definisi baru tentang ruang dan waktu. Seiring dengan itu, berbagai proses sosial yang berwujud transformasi terjadi di mana-mana. Istilah yang paling populer untuk menjelaskan situasi ini adalah globalisasi. Secara sederhana, globalisasi dapat dipahami sebagai sebuah proses sosial yang meruntuhkan batas-batas, sehingga dunia menjelma sebagai sepetak kampung. Globalisasi bukan semata fenomena ekonomi, tetapi juga menyangkut transformasi ruang dan waktu. Kemajuan TIK membawa peranan penting dalam kemajuan di bidang pendidikan. Semua hal dimudahkan dendan adanya TIK. Termasuk metode dan model pembelajaran yang lebih beragam dengan pembelajaran berbasis internet. Selain model pembelajaran yang bervariatif, peserta didik tidak harus bersusah-susah mencari sumber belajar yang relevan. Walaupun di lingkungannya tidak terdapat perpustakaan, peserta didik akan mendapatkan materi yang sama selama di daerah tersebut memiliki akses internet yang cukup bagus. Dalam pembelajaran TIK di SD, sesungguhnya tidaklah terlalu sulit, hanya sebatas pengenalan dunia globalisasi melalui komputer dan internet kepada para peserta didik. Namun sangat disayangkan. Dalam prakteknya, belum semua SD mampu menyelenggarakan pendidikan berbasis komputer atau internet. Semua itu diakibatkan oleh berbagai hal diantaranya, Keterbatasan Kuantitas Sumber Daya Pendidikan, Kesenjangan Kualitas Sumber Daya Pendidikan, Ketidakmerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan, Model dan Pendekatan Pendidikan yang Kurang Relevan, Keterbatasan Biaya Pengembangan Institusi.

12

4.2 Rekomendasi Sebagai calon Guru Sekolah Dasar, kita memiliki kewajiban untuk mempelajari banyak hal mengenai perkembangan TIK yang ada di dunia. Dengan begitu kita mampu memberikan pengajaran yang relevan dan berbobot dengan tidak terpatok pada metode pembelajaran yang konvensional saja. Seorang guru SD harus mempunyai wawasan yang luas, dengan perkembangan TIK sekarang ini, tidak sulit bagi seorang guru untuk belajar banyak dari metode-metode pembelajaran berbasis internet yang sedang berkembang di dunia modern. Jika merasa terhambat oleh biaya, baiknya pihak sekolah mengalokasikan dana bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan pembelajaran TIK di sekolah tersebut. Karena disayangkan sekali di zaman sekarang ini, di perkotaan masih banyak ditemukan SD yang belum mengajarkan TIK disekolahnya akibat terbentur pendana.

13

DAFTAR PUSTAKA
Deni Darmawan, dkk. 2006. Dasar TIK . Bandung : UPI Press Junaedi. 2008. Konsep Dasar TIK. [online]. Tersedia : http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/konsep-dasar-tik.html [21 September 2011] Mashadicesar. 2010. Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran Di Sd Negeri 2 Rejosari. [online] . Tersedia : http://mashadicesar.wordpress.com/2010/07/27/pemanfaatan-tik-dalam-pembelajaran-di-sdnegeri-2-rejosari/ [21 September 2011]

14

Anda mungkin juga menyukai