Anda di halaman 1dari 11

Judul : Penapisan Antioksidan Ekstrak Etanol Daun

Kemangi, Daun Tespong dan Daun Cincau Hijau


dengan Metode Spektrofotometri UV-Visible
Menggunakan Pereaksi Difenil Pikrilhidrazil
(DPPH)

Pembimbing : 1. Ami Tjitraresmi, S.Si., M.Si., Apt.
2. Rini Hendriani, S.Si., M.Si., Apt.

Nama/NPM : Dea Gilang Kancanawatie / 260110070089

































1

PENAPISAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK DAUN
KEMANGI, DAUN TESPONG DAN DAUN CINCAU HIJAU DENGAN
METODE SPETROFOTOMETRI UV-VISIBLE MENGGUNAKAN
PEREAKSI DIFENIL PIKRILHIDRAZIL (DPPH)


Dea Gilang, Ami Tjitraresmi, dan Rini Hendriani
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor - Sumedang


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak daun
kemangi, daun tespong dan daun cincau hijau, mengetahui tumbuhan yang
mempunyai aktivitas antioksidan terbaik serta mengetahui nilai IC
50
dari masing-
masing ekstrak terhadap aktivitas antioksidan dengan metode spektrofotometri
UV-visible menggunakan radikal DPPH dengan vitamin C sebagai pembanding.
Ekstrak etanol ketiga tanaman diperoleh dengan metode maserasi. Konsentrasi
sampel yang digunakan untuk daun kemangi adalah 10, 20, 30, 40, 50 dan 60
ppm, untuk daun tespong adalah 25,50,75,100,125 dan 150 ppm sedangkan daun
cincau hijau adalah 5,10,15,20,25 ppm. Pengukuran dilakukan pada panjag
gelombang 517nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak cincau hijau
memberikan aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC
50
sebesar 35,895,
ekstrak etanol daun kemangi memberikan nilai IC
50
sebesar 54,5358 ppm dan
ekstrak etanol daun tespong memberikan nilai IC
50
sebesar 153,614 ppm.

Kata kunci : Antioksidan, DPPH, Kemangi, Tespong, Cincau Hijau

ABSTRACT

This research was aimed to identify the antioxidant activity of ethanol extract
from Ocimum sanctum leaves, Oenanthe javanica leaves and Premna
oblongifolian leaves with spectrophotometry method by using 1,1-diphenyl 2-
picrylhidrazyl with vitamin C as comparasion. Ethanol extract obtained by
maceration method using ethanol 70% as solvent. Ocimum sanctum
concentration were 10, 20, 30,40, 50 and 60 ppm, Oenanthe javanica were 25, 50,
75, 100, 125 and 150 ppm whereas Prema oblongifolia were 5, 10, 15, 20 and 25
ppm. The measurment were taken ata wavelength 517nm. The result showed that
Premna oblongifolia extract gave the highest antioxidant activity with IC
50
value
of 35,895 ppm, followed by Ocimum sanctum exctract with IC
50
values of 54,5358
ppm and Oenanthe javanica exctract with IC
50
values of 153,614 ppm.

Keywords : Antioxidant, DPPH, Ocimum sanctum, Oenanthe javanica, Premna oblongifolia



2

PENDAHULUAN

Pencemaran lingkungan yang sudah
banyak terjadi dan perkembangan pola
hidup masyarakat yang semakin kompleks
berdampak pada munculnya berbagai
penyakit degeneratif akibat terbentuknya
radikal bebas dalam tubuh. Bahkan sejak
hipotesis radikal bebas mulai berkembang
pesat, telah muncul dugaan bahwa radikal
bebas mempunyai hubungan dengan
terjadinya berbagai macam penyakit, seperti
aterosklerosis , katarak, stroke, serta
termasuk proses penuaan dini. Sepanjang
makhluk hidup terpapar radikal bebas maka
diperlukan suatu antioksidan
(Limantara,et.,al,2009).
Antioksidan merupakan zat yang
dapat menetralkan radikal bebas, atau suatu
bahan yang berfungsi mencegah sistem
biologi tubuh dari efek yang merugikan
yang timbul dari proses ataupun reaksi yang
menyebabkan oksidasi yang berlebihan
(Hariyatmi, 2004). Senyawa antioksidan
yang diisolasi dari sumber alami kebanyakan
berasal dari tumbuhan. Senyawa
antioksidan alami tumbuhan umumnya
adalah senyawa fenolik atau polifenolik
yang dapat berupa golongan flavonoid,
turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol
dan asam-asam organik polifungsional
(Kumalaningsih, 2006).
Kemangi (Ocimum sanctum L.)
adalah terna kecil yang daunnya biasa
dimakan sebagai lalap. Tanaman ini
mengandung senyawa flavanoid yang
bermanfaat sebagai antiradikal bebas
(Wijayakusuma, 1991).
Tespong (Oenanthe javanica (Bl.)
DC.) merupakan terna semusim yang ujung
batang, daun dan kuncup bunga yang masih
muda dapat dimakan sebagai lalap. Tespong
juga mengandung flavanoid, senyawa
polifenolat dan monoterpena serta
sesquiterpen (Heyne, 1987).
Cincau hijau (Premna oblongifolia
Merr.) merupakan tanaman obat yang dapat
dikonsumsi dalam bentuk pangan
fungsional. Beberapa komponen yang
berperan aktif dalam cincau adalah
karotenoid, flavonoid, dan klorofil
(Mardiah, et.al., 2007).


BAHAN DAN METODE

Bahan
Bahan tumbuhan : Daun kemangi
(Ocimum sanctum L.), daun tespong (Oenanthe
javanica (Bl.) DC.) dan daun cincau hijau
(Premna oblongifolia Merr.) yang telah
dikeringkan dan diperoleh dari daerah
Lembang Jawa Barat pada bulan Maret
2011 dan diterminasi di Jurusan Biologi
FMIPA-Universitas Padjadjaran.
Bahan Kimia : asam hidroklorida 2N,
aquadest, amil alkohol, ammonia 10%,
DPPH(1,1-difenil 2-pikrilhidrazil), etanol
70% (Bratachem) , etanol 95%
(Bratachem), eter, larutan besi (III) klorida,
etil asetat, gelatin 1%, kloroform, kalium
hidroksida 5%, pereaksi Mayer
(mengandung kalium iodida dan raksa (II)
klorida), Pereaksi Dragendorff
(mengandung bismuth subnitrat dan raksa
(II) klorida), Pereaksi Liebermen-Burchard
(20 bagian asam asetat anhidrat dengan 1
bagian asam sulfat pekat), serbuk
magnesium, pereaksi vanillin-sulfat, vitamin
C.

Alat
Rotary evaporator Laborta 4000 (Heidolph),
spektrofotometer UV-visible SPECORD
200 (Analytic Jena

), timbangan analitik
(Sartorius

), sonikator (NEY

), plat silica gel


GF254 (Merck) dan alat gelas yang biasa
digunakan di Laboratorium Bahan Alam
Farmasi dan Laboratorium Penelitian.

Metode
Pembuatan Ekstrak : Daun kemangi,
daun tespong dan daun cincau hijau
ditimbang, lalu diekstraksi dengan cara
maserasi selama 3x24 jam menggunakan
pelarut etanol 70%, kemudian diuapkan
3

dengan menggunakan rotary evaporator
sehingga diperoleh ekstrak kental.

Penapisan Fitokimia Ekstrak :
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap
ekstrak etanol. Penapisan fitokimia yang
dilakukan meliputi penapisan senyawa
alkaloid, polifenolat, tanin, flavanoid,
monoterpenoid dan sekuiterpenoid, kuinon
dan saponin.

Penetapan Kadar Air Ekstrak :
Penentuan kadar air dilakukan terhadap
ekstrak etanol. Penetapan kadar air
dilakukan dengan menambahkan toluen
sebanyak 200 mL ke dalam labu yang telah
berisi 2 mg ekstrak kemudian dipanaskan.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) :
Masing-masing ekstrak ditutulkan pada plat
silika yang berukuran 1 x 10 cm. Plat silika
diberi batas atas dan batas bawah 1cm
sehingga pengembangannya berjarak 8cm.
Campuran dari butanol : asam asetat : air
(4:1:5) disiapkan sebanyak 10 mL sebagai
eluen. Euen dimasukkan ke dalam chamber
dan dibiarkan hingga jenuh. Setelah jenuh,
plat silika dimasukkan dan dibiarkan hingga
eluen menyentuh batas akhir. Plat silika
diamati pada sinar tampak, sinar UV
254nm, sinar UV 366nm dan dengan
penampak bercak DPPH.

Pengujian Aktivitas Antioksidan
dengan Metode DPPH : Larutan DPPH
dibuat dengan konsentrasi 40 ppm dan
dientukan operating time DPPH dalam etanol.
DPPH : etanol (3:2) di running dengan
menggunakan spektrofotometri UV-visible
setiap 5 menit selama 3 jam, kemudian
dibuat grafik absorbansinya dan dilihat
waktu yang stabil. Setelah mendapatkan
operating time dari DPPH dalam etanol,
operating time DPPH dalam esktrak juga
harus ditentukan. Jika operating time sudah
ditentukan, pengujian aktivitas antioksidan
dapat dilakukan. Larutan uji (ekstrak) dibuat
dalam 5 variasi konsentrasi sesuai dengan
orientasi yang telah dilakukan. Esktrak
etanol daun kemangi dibuat denga
konsentrasi 10,20,30,40,50 dan 60 ppm,
ekstrak etanol daun tespong dibuat dengan
konsentrasi 25,50,75,100,125 dan 150 ppm
sedangkan daun cincau hijau dibuat dengan
konsentrasi 5,10,15,20 dan 25 ppm.Vitamin
C sebagai pembanding juga dibuat dalam 5
konsentrasi yaitu 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm.
Masing-masing tanaman dan Vtamin C
dengan masing-masing konsentrasi
dicampurkan dengan DPPH dengan
perbandingan DPPH : ekstrak (3 : 2).
Setelah dicampurkan, diamkan campuran
tersebut selama masa operating time DPPH
dalam larutan uji, kemudian campuran di
running menggunakan spektrofotometri UV-
visible pada panjang gelombang 517nm. Dari
absorbansi yang diperoleh, dapat dihitung
%inhibisi dan kurva regresi linear.
Persamaan garis linear dapat digunakan
untuk menghitung nilai IC50.

Analisis Data
Analisis data uji disolusi digunakan metode
statistik ANAVA (analysis of varians) dimana
perlakuan antar kelompok dan dalam
kelompok di bandingkan serta melihat hasil
signifikan atau tidak signifikan . Bila data
signifikan dilakukan uji lanjut menggunakan
uji LSD (Least Significant Difference).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi
Hasil ekstraksi daun kemangi (150 g),
daun tespong (120 g) dan daun cincau hijau
(100 g) secara maserasi dengan etanol 70 %
diperoleh ekstrak kental daun kemangi
27,19 g, dauntespong 16,66 g dan daun
cincau hijau 19,47 g.

Penapisan Fitokimia
Hasil penapisan fitokimia ekstrak
dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak
4

Golongan Senyawa
Ekstrak Etanol Daun
Kemangi
Ekstrak Etanol
Daun Tespong
Ekstrak Etanol
Daun Cincau
Alkaloid + - +
Polifenolat + + +
Tanin - - -
Flavonoid + + +
Monoterpenoid dan
Sesquiterpenoid
+ - -
Steroid + - +
Triterpenoid - - -
Kuinon + + +
Saponin + - +

Dari hasil penapisan fitokimia yang
dilakukan terhadap ekstrak etanol daun
kemangi, ekstrak etanol daun tespong dan
ekstrak etanol daun cincau hijau diketahui
bahwa pada ekstrak etanol daun kemangi
terdapat metabolit sekunder golongan
alkaloid, polifenolat, flavonoid,
monoterpenoid dan sesquiterpenoid,
steroid, kuinon dan saponin. Pada ekstrak
etanol daun tespong terdapat metabolit
sekunder golongan flavonoid, polifenolat
dan kuinon, sedangkan pada ekstrak etanol
daun cincau terdapat metabolit sekunder
golongan alkaloid, polifenolat, flavonoid,
steroid, kuinon dan saponin. Ketiga ekstrak
etanol tanaman tersebut mengandung
metabolit sekunder golongan flavonoid dan
polifenolat yang dapat berpotensi sebagai
antioksidan.




Penetapan Kadar Air Ekstrak
Hasil penetapan kadar air ekstrak dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Penetapan kadar Air Ekstrak
Ekstrak
Jumlah air
(mL)
Jumlah ekstrak
(gram)
% Kadar air
Cincau Hijau
Kemangi
Tespong
0,1 mL
0,2 mL
0,2 mL
2,24 gr
2,00 gr
2,00 gr
4,46 %
10 %
10%

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Hasil kromatografi lapis tipis dengan
menggunakan pengembang butanol:asam
asetat:air (4:1:5) menunjukkan bahwa
ekstrak etanol daun kemangi memiliki tujuh
bercak, ekstrak etanol daun tespong
memiliki lima bercak dan ekstrak etanol
daun cincau hijau pohon memiliki tiga
bercak. Pada hasil kromatografi lapis tipis
dengan penampak bercak larutan DPPH
(40 ppm), adanya perubahan warna menjadi
kuning dengan latar belakang berwarna
ungu menunjukkan keberadaan senyawa
yang memiliki aktivitas antioksidan.




5


Tabel 3. Hasil kromatografi Lapis Tipis
Tumbuhan

No
bercak

Harga
Rf
Sinar
Tampak
Sinar UV
254 nm
Sinar UV
366 nm
Penampak
Bercak
DPPH
Kemangi
1
2
3
4
5
6
7
0,075
0,3
0,5875
0,7
0,85
0,9
0,95

-
Kuning
-
-
-
-
Hijau

-
Cokelat
Cokelat
-
Cokelat
-
Cokelat

Hijau
Hijau
Biru
Biru
Biru
Oranye
Merah
muda
-
Kuning
Kuning
-
Kuning
-
Kuning

Tespong
1

2
3
4
5

0,3

0,5
0,725
0,8875
0,95

Kuning

-
-
-
-

Cokelat

Cokelat
-
-
Cokelat

Hijau-
cokelat
Biru
Biru
Biru
Merah
muda
Kuning

Kuning
-
-
-

Cincau hijau
1
2
3

0,05
0,3
0,95

Kuning
Kuning
Hijau

Cokelat
Cokelat
Cokelat

-
Oranye
Merah
muda
Kuning
-
Hijau



Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan
dengan Metode DPPH
Pengujian aktivitas antoksidan
terhadap ekstrak daun kemangi, tespong
dan cincau hijau dilakukan dengan
menggunakan pereaksi 1,1 difenil-2-pikril-
hidrazil (DPPH) dengan metode
spektrofotometri uv-visible. Senyawa 1,1-
difenil-2-pikril-hidrazil (DPPH) merupakan
molekul radikal bebas yang stabil dengan
adanya delokalisasi elektron di sekitar
molekulnya. Sebelum pengujian aktivitas
antioksidan dilakukan terlebih dahulu
penentuan operating time arutan DPPH
dalam etanol yang bertujuan untuk
mengetahui waktu kerja paling baik atau
paling stabil dari larutan DPPH. Dari hasil
pengukuran diperoleh waktu kerja yang
terbaik mulai dari menit ke -15 sampai
menitke-30. Kurva operating time DPPH
dalam etanol dapat dilihat pada Gambar 1.


Gambar 1. Kurva Operating Time DPPH dalam Etanol
0,62
0,63
0,64
0,65
0,66
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
a
b
s
o
r
b
a
n
s
i
menit
6


Dalam pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan DPPH, parameter yang
digunakan untuk menginterpretasikan hasil
uji adalah IC50. Nilai IC50 dihitung dari
persamaan regresi linear yang menyatakan
hubungan antara konsentrasi ekstrak (pada
sumbu x) dan persen inhibisi (pada sumbu
y) yang menunjukkan aktivitas peredaman
DPPH. Persen inhibisi dihitung dari
pengurangan absorban hitung DPPH
blanko dengan absorban hitung bahan uji.
% inibisi = _1
A u]i
A kontrol
] x 1uu%

Hasil pengujian aktivitas antioksidan ekstrak
etanol daun kemangi, daun tespong dan
daun cincau hijau dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data Persentase Inhibisi Larutan Uji terhadap DPPH

Tanaman No
Konsentrasi
(ppm)
Persen Inhibisi
(%)
Kemangi
1
2
3
4
5
6
10
20
30
40
50
60
11,284 %
19,498 %
28,662 %
37,159 %
45,529 %
55,255 %
Tespong
1
2
3
4
5
6
25
50
75
100
125
150
8,801 %
17,522 %
26,541 %
33,234 %
41,134 %
48,219 %
Cincau
hijau
1
2
3
4
5
5
10
15
20
25
7,382 %
13,730 %
18,942 %
28,806 %
34,848 %

Hasil pengukuran daya antioksidan ekstrak
etanol daun kemangi, daun tespong dan
daun cincau hijau pohon selanjutnya
dibandingkan dengan vitamin C. Sebagai
antioksidan, vitamin C berkerja dengan
memberikan atom hidrogen untuk
menangkap elektron yang tidak
berpasangan pada radikal bebas. Vitamin C
juga mempunyai kelarutan yang baik dalam
pelarut yang polar. Hasil pengujian aktivitas
antioksidan dari larutan pembanding
dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Data Inhibisi dari Larutan Pembanding (Vitamin C) terhadap DPPH
No
Konsentrasi
(ppm)
Persen Inhibisi (%)
1
2
3
4
5
2
4
6
8
10
15,621 %
30,855 %
45,585 %
63,965 %
74,799 %
7


Nilai persen inhibisi untuk masing-masing
lautan uji dan larutan pembanding dengan
berbagai konsentrasi digunakan untuk
membuat persamaan regresi linier. Hasil
pengukuran aktivitas antioksidan larutan uji
dengan larutan pembanding dapat dilihat di
Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Pengukuran Antioksidan
Sampel uji
Konsentrasi
(g/mL)
Persen
inhibisi (%)
Persamaan Regresi Linier
IC50
(g/mL)
Ekstrak
etanol daun
kemangi
10
11,2848 y = 0,8755x + 2,2539
54,5358
20
19,4980
R = 0,9995
30
28,6625

40
37,1590

50
45,5290

60
55,2553

Ekstrak
etanol daun
tespong
25
8,8014 y = 0,3139x + 1,7804
153,614
50
17,5227 R = 0,9976

75
26,5412

100
33,2342

125
41,1348


150
48,2194

Ekstrak
etanol daun
cincau hijau
5
7,3820 y = 1,4002x 0,2606
35,895
10
13,7303
R = 0,9903
15
18,9424

20
28,8068

25
34,8481

Vitamin C
2
14.3241
y = 7.965x - 0.595 6.3522
4
31.3445
R = 0.994
6
47.7077

8
65.9230

10
76.6909


Hasil uji menunjukkan nilai IC50 untuk
masing-masing ekstrak etanol daun
kemangi, tespong, dan cincau hijau secara
berturut-turut adalah 54,5358 ppm, 153,614
ppm, dan 35,895 ppm. Nilai IC50 terkecil
dimiliki oleh ekstrak etanol daun cincau
hijau, yang menunjukkan bahwa
ekstrak tersebut memiliki aktivitas
antioksidan yang paling kuat kuat
dibandingkan dengan ekstrak lain yang diuji.





8

Analisis Data
Hasil analisis statistik menggunakan
SPSS 17.0 (Statistical Package for Social Science)
terhadap aktivitas antioksidan tiga sampel
uji dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tabel Anava Kombinasi Sampel dan Konsentrasi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 37166.692 3 12388.897 5026.836 .000
Within Groups 19.716 8 2.465

Total 37186.408 11


Tabel ANAVA menunjukkan pada tingkat
kepercayaan 99% faktor jenis sampel
memberikan pengaruh signifikan terhadap
daya inhibisi berdasarkan perbandingan
nilai signifikan 0,000 < = 0,01. Oleh
karena itu diperlukan uji lanjut untuk
mengetahui faktor yang memberikan
pengaruh lebih besar menggunakan uji LSD
(Least Significant Difference). Hasil uji lanjut
terhadap pengaruh sampel dan konsentrasi
dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji Lanjut Pengaruh Sampel
(I) tumbuhan (J) tumbuhan
Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig.
kemangi
tespong -101.68388
*
1.28181 .000
cincau 12.45143
*
1.28181 .000
Vitamin c 48.13088
*
1.28181 .000
tespong
kemangi 101.68388
*
1.28181 .000
cincau 114.13531
*
1.28181 .000
Vitamin c 149.81477
*
1.28181 .000
cincau
kemangi -12.45143
*
1.28181 .000
tespong -114.13531
*
1.28181 .000
Vitamin c 35.67946
*
1.28181 .000
Vitamin c
kemangi -48.13088
*
1.28181 .000
tespong -149.81477
*
1.28181 .000
cincau -35.67946
*
1.28181 .000

Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat
perbedaan bermakna secara statistik antara
nilai IC50 ekstrak etanol ketiga tanaman
dengan nilai IC50 vitamin C.

KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak etanol daun kemangi, daun tespong
dan daun cincau hijau mempunyai aktivitas
antioksidan dengan kemampuannya
9

menangkap radikal bebas DPPH. Ekstrak
etanol daun cincau hijau memberikan
aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai
IC50 sebesar 35,895 ppm 6 kali lebih lemah
dibandingkan vitamin c, ekstrak etanol daun
kemangi memberikan nilai IC50 sebesar
54,5358 ppm 9 kali lebih lemah
dibandingkan vitamin c dan ekstrak etanol
daun tespong memberikan nilai IC50 sebesar
153,614 ppm lebih lemah 24 kali dibanding
vitamin c.
Disarankan dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai
penelusuran senyawa aktif antioksidan yang
terkandung dalam ekstrakdan fraksi-fraksi
atau isolat yang mempunyai aktivitas
antioksidan yang terbaik atau aktivitas
antioksidan yang kuat..

DAFTAR PUSTAKA

Hariyatmi. 2004. Kemampuan Vitamin E
Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal
Bebas pada Lanjut Usia. MIPA.
14(1):52-60.
Heyne,K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia.
Terjemahan Badan Litbang
Kehutanan Jakarta. Jilid III.
Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
Kumalaningsih,S.2006. Antioksidan Alami.
Cetakan Pertama.Trubus
Agrisaranan. Surabaya.hal 24-25.
Limantara, L., M.Silitonga., dan Y.Hana.
2009. Antioksidan Dalam Sediaan
Obat, Kosmetik , Makanan dan
Minuman. Tersedia di:
http://www.stifar.ac.id/seminar-
nasional-30-mei-2009.php (Diakses
tanggal : 7 Januari 2011).
Mardiah, et.al. 2007. Makanan Anti Kanker.
Kawan pustaka. Jakarta Selatan.
Wijayakusuma, H., S. Dalimartha, A.S.
Wirian.1992-1996.Tanaman
Berkhasiat Obat Di Indonesia. Jilid 1-
4. Pustaka Kartini,Jakarta.









10

Anda mungkin juga menyukai