Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bahwa dalam waktu yang relative singkat (1999-2002) Undang-


undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan
landasan konstitusional penyelenggaraan negara telah mengalami 4
(empat) kali perubahan. Dengan berlakunya amandemen Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, telah tejadi perubahan
dalam pengelolaan pembangunan, yaitu:

1) penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam


penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
(APBN);
2) ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
sebagai pedoman penyusunan rencana pernbangunan
nasional; dan
3) diperkuatnya Otonomi Daerah dan desentralisasi
pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 yang mengatur bahwa Presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat dan tidak adanya GBHN sebagai pedoman Presiden untuk
menyusun rencana pembangunan maka dibutuhkan pengaturan lebih
lanjut bagi proses perencanaan pembangunan nasional. Dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan,
dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti
dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan
memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab
kepada daerah. Pemberian kewenangan yang luas kepada daerah
memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan
dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan Nasional,
Pembangunan Daerah maupun pembangunan antardaerah. Berdasarkan
pertimbangan di atas, perlu dibentuk Undang-Undang yang mengatur
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu Undang-
undang Nomor 25 tahun 2004.

Perubahan Sosial Dan Pembangunan Nasional 1


2. Ruang Lingkup Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang


perencanaan, pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang ini ditetapkan bahwa Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan
oleh unsur penyelenggara pernerintahan di pusat dan Daerah dengan
melibatkan masyarakat.

3. Proses Perencanaan

Sistem perencanaan pembangunan nasional dalam Undang-


Undang ini mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian
perencanaan, yaitu:
1) politik;
2) teknokratik;
3) partisipatif;
4) atas-bawah (top-down); dan
5) bawah-atas (bottom-up).

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan


Presiden/Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena
rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program
pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden/Kepala
Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari
agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah
pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah.
Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan
menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau
satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan
dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan.
Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan
rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan, bawah-atas
dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.
Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui
musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. Perencanaan pembangunan terdiri
dari empat (4) tahapan yakni:

a) penyusunan rencana;
• rancangan rencana pembangunan nasional/daerah;
• rancangan rencana kerja departemen/lembaga SKPD;
• musyawarah perencanaan pembangunan;
• rancangan akhir rencana pembangunan
b) penetapan rencana;
• RPJPN dengan Undang-undang dan RPJP daerah
dengan perda;
• RPJMN/RPJMD dengan peraturan presiden/kepala
daerah;
• RKP/RKPD dengan peraturan presiden/kepala daerah
c) pengendalian pelaksanaan rencana; dan
d) evaluasi pelaksanaan rencana.

Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara


keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan
rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri
dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan
rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur.
Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan
rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana
pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya adalah
melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana
pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan
melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah
keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk
hokum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 rencana pembangunan jangka
panjang Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-undang atau
peraturan daerah, rencana pembangunan jangka menengah
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai peraturan presiden/Kepala daerah,
dan rencana pembangunan tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai
peraturan presiden/Kepala Daerah.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran

Perubahan Sosial Dan Pembangunan Nasional 3


pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan
koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh
pimpinan Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Selanjutnya Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing
pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai
dengan tugas dan kewenangannya.
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan
perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan
menganalisis data dan inforrnasi untuk menilai pencapaian sasaran,
tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan
indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana
pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input),
keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak (impact).
Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Kementerian/Lembaga,
baik Pusat maupun Daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi
kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan
tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek
pembangunan, Kementerian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah,
mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk
menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk
masing-masing jangka waktu sebuah rencana. Pasal 30 UU SPPN
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan diatur dengan Peraturan Pemerintah
dengan melibatkan Instansi terkait.

4. Tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


• mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
• menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antarDaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah
maupun antara Pusat dan Daerah;
• menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
• mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
• menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan
BAB II
KAITANNYA ANTARA PEMBANGUNAN DI DAERAH

1. Pembangunan Di Daerah Terutama Di Kabupaten Kudus


Kaitannya Dengan Uu No 25 Tahun 2004

Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) merupakan satu kesatuan
tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-
rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Maka dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan
pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, dalam hal ini penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Kudus merupakan suatu dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk kurun waktu 20 (dua puluh)
tahun mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2026. RPJP bersifat makro
yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah.
Dalam penyusunannya mengacu pada RPJP Nasional.

2. Hubungan Rpjp Daerah Dengan Dokumen Perencanaan


Lainnnya
Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Kudus dengan dokumen
perencanaan lainnya mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 5
dengan ketentuan sebagai berikut.

a. RPJP Daerah Kabupaten Kudus mengacu pada RPJP Nasional


dan RPJP Propinsi Jawa Tengah.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Kabupaten Kudus merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada
RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat Arah

Perubahan Sosial Dan Pembangunan Nasional 5


Kebijakan Keuangan Daerah, Strategi Pembangunan Daerah,
Kebijakan Umum, dan Program Satuan Kerja Perangkat Daerah,
lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan
disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan.
c. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu
pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas Pembangunan Daerah, Rencana Kerja dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.

3. Visi Pembangunan Kabupaten Kudus 2006-2026


Visi merupakan gambaran menantang tentang keadaan masa
depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan Pemerintah
Daerah Kabupaten Kudus. Visi merupakan pandangan kedepan
menyangkut kemana harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya
secara konsisten dan tetap eksis antisipatif, inovatif serta produktif.
Berdasarkan kondisi nyata Kabupaten Kudus dengan berbagai kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan saat ini, dan yang akan datang, serta
dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki maka visi
pembangunan Kabupaten Kudus tahun 2006-2026 adalah:

KABUPATEN KUDUS YANG RELIGIUS, MAJU DAN ADIL

Religius mengandung arti bahwa masyarakat diharapkan


memiliki ketaatan pada agama dalam melaksanakan pembangunan yang
berorientasi pada kemajuan dan keadilan, dalam hal ini religius dipakai
sebagai dasar filosofi yang menjiwai pelaksanaan pembangunan secara
berkesinambungan dalam segala bidang.
Maju atau kemajuan dapat dinilai berdasarkan ukuran. Ditinjau
dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan diukur dari : a).
Kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan
pembagiannya, b). Sektor industri dan jasa telah berkembang, c). Proses
produksi berkembang dan terpadu antar sektor, terutama sektor industri,
pertanian dan jasa-jasa, d). Lembaga dan pranata ekonominya telah
tersusun dan tertata serta berfungsi dengan baik, sehingga mendukung
perekonomian yang efisien dengan produktifitas yang tinggi, dan e).
Perekonomiannya stabil.
Diukur dari berbagai indikator sosial pada umumnya dikaitkan
dengan kualitas SDM, dikatakan maju apabila semakin tinggi tingkat
pendidikan penduduknya.
Pada indikator kependudukan termasuk derajad kesehatan, ada
kaitan erat antara kemajuan dengan laju pertumbuhan penduduk.
Kemajuan ditandai dengan: a). Pertumbuhan penduduk lebih kecil, b).
Angka harapan hidup lebih tinggi, c). Kualitas pelayanan sosial lebih baik.
Secara keseluruhan kualitas SDM semakin baik akan tercermin dalam
produktivitas yang makin tinggi.
Selain hal diatas juga telah memiliki sistem dan kelembagaan
politik, termasuk hukum yang mantap, yang ditandai dengan: a). Lembaga
politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan dasar,
yaitu konstitusi yang ditetapkan oleh rakyat/ masyarakat, b). Adanya peran
serta nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan.
Kondisi yang ingin dicapai dua puluh tahun kedepan selain
Religius dan Maju juga Adil. Sebagai pelaksana dan penggerak
pembangunan sekaligus obyek pembangunan, rakyat mempunyai hak
baik dalam melaksanakan maupun menikmati hasil pembangunan.
Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Oleh karena itu Adil juga merupakan ciri yang menonjol dalam
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Kudus.
Keadilan harus tercermin pada semua aspek kehidupan.
Semuanya mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf
hidupnya dan memperoleh lapangan pekerjaan, pelayanan sosial,
pendidikan dan kesehatan, mengemukakan pendapat dan melaksanakan
hak politiknya, mengamankan daerahnya serta perlindungan dan
kesehatanamaan didepan hukum. Dengan demikian Adil berarti tidak ada
diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender maupun
wilayah.

4. Misi Pembangunan Kabupaten Kudus


Misi merupakan suatu cara bagaimana visi itu dapat
diwujudkan berdasarkan visi, maka misi Kabupaten Kudus dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Mewujudkan masyarakat bermoral, beretika dan
berbudaya,
b. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang taat pada
agama dengan mengembangkan toleransi secara serasi
dan seimbang,
c. Mewujudkan masyarakat yang dinamis, modern, berdaya
saing sesuai dengan perkembangan global,
d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia,
e. Meningkatkan pemerataan pembangunan yang
berwawasan lingkungan,

Perubahan Sosial Dan Pembangunan Nasional 7


f. Mewujudkan keadilan bagi masyarakat melalui
penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
g. Mewujudkan supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM),
h. Meningkatkan kehidupan masyarakat yang sejahtera,
i. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum,
j. Meningkatkan suasana demokratis dalam kehidupan
berpolitik, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5. Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Kudus

a. Mewujudkan Masyarakat Yang Bermoral, Beretika Dan


Berbudaya.

1) Terwujudnya karakter bangsa yang


tangguh, kompetitif dan bermoral
tinggi yang dicirikan dengan watak
dan perilaku masyarakat.
2) Memantapkan budaya (bangsa) yang
tercermin dalam meningkatnya
peradaban, harkat dan martabat
serta memperkuat jati diri dan
kepribadian bangsa.

b. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Yang


Taat pada Agama Dengan Mengembangkan
Toleransi Secara Serasi Dan Seimbang.
1) Pembangunan agama diarahkan
untuk memantapkan fungsi dan
peran agama sebagai landasan
moral dalam pembangunan serta
basis etika sosial dalam
penyelenggaraan pemerintahan guna
mewujudkan pemerintahan yang
bersih.
2) Pembangunan agama diarahkan
untuk meningkatkan kerukunan hidup
umat beragama dengan
meningkatkan rasa saling percaya
dan harmonisasi antar kelompok
masyarakat. Dimensi kerukunan ini
sangat penting dalam rangka
membangun masyarakat yang
memiliki kesadaran mengenai realitas
multikulturalisme dan memahami
makna kemajemukan sosial,
sehingga tercipta suasana kehidupan
masyarakat yang penuh toleransi,
tenggang rasa, dan harmonis.

c. Mewujudkan Masyarakat Yang Dinamis,


Modern, Berdaya Saing Sesuai Dengan
Perkembangan Global.
1) Terbangunnya struktur perekonomian
yang kokoh agar dapat menjamin
kesempatan berusaha dan bekerja
guna mengurangi pengangguran,
berdaya saing global, mengelola
sumber daya yang ada secara
berkelanjutan sesuai kompetensi dan
keunggulan daerah secara kompetitif,
serta pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan, berdasarkan
prinsip demokrasi ekonomi guna
mendorong tercapainya
penanggulangan kemiskinan
2) Pengembangan teknologi sesuai
dengan pengembangan ekonomi
Nasional untuk meningkatkan daya
saing UKM di berbagai wilayah yang
menjadi bagian integral dari
keseluruhan kegiatan ekonomi dan
guna memperkuat basis ekonomi
lokal.
3) Pengembangan UKM dan Koperasi
diarahkan untuk menjadi pelaku
ekonomi yang semakin berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi dan
berdaya saing dengan produk impor,
sehingga mampu memberikan

Perubahan Sosial Dan Pembangunan Nasional 9


kontribusi yang signifikan dalam
perubahan struktur dan memperkuat
perekonomian domestik.
4) Investasi diarahkan untuk
mendukung terwujudnya
pertumbuhan eknomi yang cukup
tinggi secara berkelanjutan dan
berkualitas.
5) Kepariwisataan dikembangkan untuk
mendorong kegiatan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal serta meningkatkan
perluasan kesempatan kerja.
6) Meningkatkan efisiensi, modernisasi
dan nilai tambah pertanian dalam arti
luas untuk meningkatkan
kesejahteraan petani dengan
mengembangkan agrobisnis yang
melibatkan partisipasi aktif petani.
7) Pembangunan industri diarahkan
untuk mewujudkan industri yang
berdaya saing baik di tingkat lokal
maupun internasional dengan
struktur Indonesia yang sehat dan
berkeadilan dengan basis
keunggulan komparatif, untuk
memperkuat daya saing perlu
membangun fondasi kegiatannya
dengan menciptakan lingkungan
usaha mikro (lokal) yang dapat
merangsang tumbuhnya rumpun
yang sehat dan kuat.
8) Pengelolaan keuangan bertumpu
pada sistem anggaran yang
transparan, bertanggungjawab, yang
dapat menjamin efektifitas
pemanfaatan. Dalam rangka
meningkatkan kemandirian sumber
utama yang berasal dari pajak terus
ditingkatkan efektivitasnya, sedang
kepentingan utama pembiayaan
pemerintah untuk pembiayaan
pembangunan yang dapat menjamin
kemampuan peningkatan pelayanan
publik baik di dalam penyediaan
pelayanan dasar, prasarana dan
sarana fisik serta ekonomi dan
peningkatan daya saing ekonomi.
9) Struktur perekonomian diperkuat dan
didukung oleh sektor industri
perdagangan, pertanian dan
pariwisata, yang mampu bersaing di
pasar global. Usaha Kecil Menengah
(UKM) dan koperasi dikembangkan
agar memiliki daya saing dengan
penguatan kewirausahaan. Potensi
UKM dalam jangka panjang terus
diarahkan menjadi industrial cluster
sebagai prinsip dasar, usaha sektor
pertanian dikembangkan untuk
mewujudkan ketahanan pangan
melalui peningkatan produktivitas dan
penyediaan sarana dan prasarana
pertanian, sub sektor koperasi perlu
dikembangkan baik kuantitatif
maupun kualitatif, koperasi perlu
mandiri dan maju diarahkan untuk
meningkatkan ekonomi kerakyatan.
10)Usaha perdagangan produk dan jasa
dikembangkan agar mampu berdaya
saing, dan citra produk unggulan
daerah terus ditingkatkan sampai
pada pasar dunia.

d. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya


Manusia.
1) Pembangunan SDM diarahkan pada
peningkatan kualitas, yang ditandai
dengan meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan
Indeks Pembangunan Gender (IPG).
2) Pembangunan pendidikan diarahkan
pada meningkatnya harkat, martabat
dan kualitas manusia sehingga

Perubahan Sosial Dan Pembangunan Nasional 11


mampu bersaing pada era global
dengan tetap berlandaskan pada
norma kehidupan yang berlaku dalam
masyarakat secara luas tanpa
diskriminasi.
3) Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi diarahkan untuk
dimanfaatkan untuk ilmu
pengetahuan dasar maupun terapan
serta pengembangan ilmu sosial dan
humaniora.
4) Pelayanan ketenagakerjaan
diarahkan untuk mendorong
peningkatan kualitas tenaga kerja
sebagai bagian integral dari investasi
SDM

e. Meningkatkan Pemerataan Pembangunan Yang Berwawasan


Lingkungan.
1) Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat di berbagai wilayah akan
mendukung meningkatnya partisipasi aktif masyarakat
dalam pembangunan, yang pada hakekatnya akan
mengurangi gangguan keamanan, pengurangan
tingkat kemiskinan, dan menghapuskan potensi konflik
sosial.
2) Pembangunan transportasi diarahkan untuk
mendorong transaksi perdagangan antar wilayah
dengan melalui pembangunan sarana prasarana
transportasi.

f. Mewujudkan Keadilan Bagi Masyarakat Melalui


Pengelolaan Pemerintahan Yang Baik.
1) Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efisien, efektif
serta melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah
dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi dan
demokrasi.
2) Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk diarahkan
pada peningkatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, bermutu dan efektif menuju terbentuknya keluarga
kecil yang berkualitas.
3) Sistem administrasi kependudukan diarahkan untuk mendukung
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan ke tingkat nasional
dan daerah serta mendorong terakomodasinya hak penduduk dan
perlindungan sosial.
4) Penanggulangan penyalahgunaan kewenangan aparatur negara
dilakukan dengan penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan
yang baik pada semua tingkat dan lini pemerintahan dan pada
semua kegiatan.
5) Meningkatkan profesionalisme aparat Pemerintah Daerah untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan
bertanggungjawab serta profesional yang mampu mendukung
pembangunan daerah.
6) Pemberdayaan perempuan dan anak diarahkan pada peningkatan
kualitas hidup dan peran perempuan serta kesejahteraan dan
perlindungan anak diberbagai bidang pembangunan.
7) Pembangunan kepemudaan diarahkan pada peningkatan kualitas
dan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan.
8) Peningkatan kerjasama antar daerah dalam rangka meningkatkan
keunggulan komparatif dan kompetitif daerah.

g. Mewujudkan Supremasi Hukum Dan HAM.


1) Pembangunan hukum diarahkan untuk mendukung Sistem Hukum
Nasional yang mencakup pembentukan dan pembaharuan produk
hukum daerah, peningkatan kesadaran hukum masyarakat dan
perlindungan HAM serta penguatan sistem jaringan dan dokumen
hukum.
2) Pembentukan dan pembaharuan produk hukum diarahkan untuk
mengganti atau merevisi peraturan daerah yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan
perkembangan masyarakat serta sebagai penguatan Otonomi
Daerah.
3) Pembangunan hukum diarahkan untuk terwujudnya pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, mengatur permasalahan yang
berkaitan dengan ekonomi terutama dunia usaha dan industri
serta terciptanya investasi, penegakan dan perlindungan hukum.
4) Pembangunan hukum diarahkan untuk pembaharuan materi
hukum dengan memperhatikan kemajemukan tata hukum yang
berlaku.

h. Meningkatkan Kehidupan Masyarakat Yang Sejahtera.


1) Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya, pemberdayaan

Perubahan Sosial Dan Pembangunan Nasional 13


masyarakat dan manajemen kesehatan. Perhatian khusus pada
peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat dan pada
upaya promotif dan preventif.
2) Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan jangkauan
pelayanan dan rehabilitasi Sosial.
3) Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan,
perlindungan dan Pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara
bertahap. Dengan mengutamakan prinsip kesetaraan dan non
diskriminatif.
4) Terwujudnya kulitas hidup dan kesehatan masyarakat di seluruh
wilayah.

i.Meningkatkan Ketentraman Dan Ketertiban Umum.


Keamanan dan ketertiban serta rasa aman bagi masyarakat bagi
terlaksananya Pembangunan di berbagai bidang.

j. Meningkatkan Suasana Demokratis Dalam


Kehidupan Berpolitik, Bermasyarakat, Berbangsa
Dan Bernegara.

1) Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek


kehidupan politik.
2) Kehidupan demokrasi diarahkan untuk meningkatkan partisipasi
mamaksimalkan potensi masyarakat serta transparansi

6. Sistem Perencanaan Yang Berhasil

Sistem perencanaan yang mendorong berkembangnya


mekanisme pasar dan peran serta masyarakat. Dalam sistem ini
perencanaan dilakukan dengan menentukan sasaran‐sasaran secara
garis besar, baik dibidang sosial maupun ekonomi, dan pelaku utamanya
adalah masyarakat dan usaha swasta.
BAB III
PENUTUP

Pada dasarnya pembuatan RPJP Daerah pada umumnya berisi


kondisi umum daerah, Visi, Misi dan arah pembangunan daerah, yang
selanjutnya menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan
pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, dan
sebagai pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Kudus.

Agar RPJP Daerah dapat diwujudkan sampai 20 tahun


mendatang maka subyek pelaksana pembangunan harus konsisten dalam
memegang teguh kaidah-kaidah pelaksanannya. Di sisi lain Pemerintah
daerah dalam rangka mencapai Visi, Misi, dan arah pembangunan
sebagaimana yang tertuang dalam RPJP Daerah masing-masing wajib
menerapkan tiga pilar dari Good Governance yang meliputi: (a) Strong
and effective; (b) Limited and accountable; (c) Democratic and
Participatory; (d) Clean and transparant; dan (e) the rule of law and the
living ethics.

Pembangunan daerah, sebagai bagian integral dari


pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk
meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu
kemampuan yang andal dan profesional dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, serta kemampuan untuk mengelola sumber daya
ekonomi daerah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan
perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan
daerah dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan
pengaturan sumber daya yang memberikan kesempatan bagi terwujudnya
tata kepemerintahan yang baik. Pembangunan daerah juga merupakan
upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga
tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk
menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, tenteram, dan
sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi
peningkatan harkat, martabat, dan harga diri.

Perubahan Sosial Dan Pembangunan Nasional 15

Anda mungkin juga menyukai