A. Konsep Medis 1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal a. Anatomi Ginjal Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas,
dibelakang peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otototot besar transversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantaan usus yang tebal. Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara katup ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang penting karena kebanyakan penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur. Permukaan anterior dan posterior katup atas dan bawah serta pinggir lateral ginjal berbentuk konveks sedangkan pinggir medialnya berbentuk
2 konkaf karena adanya hilus. Ada beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus antara lain arteri dan vena renalis, saraf dan pembuluh getah bening. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula tribosa tipis mengkilat, yang beriktan longgar dengan jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal (silvia & price, (1995). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
3 Gbr 2 : Anatomi nefron b. Fisiologi Ginjal Unit fungsional ginjal adalah nefron, yang pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas glomerulus yang mengandung kapsula bowmen dan tubulus. Tubulus terdiri dari tiga bagian yaltu tubulus proksimalis, lengkungan Henley (loop of Henley dan tubulus distalis beberapa tubulus distalis akan besatu membentuk duktus kolektivus. Glomerulus proksirnalis dan distalis terletak pada korteks ginjal sedang lengkung Henley dan duktus kolektivus pada medulla ginjal. (Siregar, H, et all,(1999), hal. 20). Setiap nefron mempunyai dua komponen utama: 1) Glomerulus ( kapiler glomerulus ) yang dilalui sejumlah besar cairan yang difiltrasi dari darah. 2) Tubulus yang panjang dimana cairan hasil filtrasi di ubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal. Meskipun setiap nefron mempunyai semua komponen seperti yang digambarkan diatas, tetapi tetap terdapat
perbedaan, bergantung pada berapa dalamnya letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki Glomerulus dan terletak di luar korteks disebut nefron kortikal ; nefron tersebut mempunyal ansa Henle pendek yang hanya menembus kedalam medulla
4 dengan jarak dekat kira-kira 20-30 % nefron rnernpunyal glomerulus yang terletak dikorteks renal sebelah dalam dekat rnedula dan disebut nefron jukstaglomerulus. Nefron ini
mempunyai ansa Henle yang panjang dan masuk sangat dalam ke medula, pada beberapa tempat semua berjalan menuju ujung papila renal. Kecepatan eksresi berbagal zat dalam urin menunjukkan jumlah ketiga proses ginjal yaitu : Filtrasi glomerulus, reabsorpsi zat dari tubulus renal kedalam darah dan sekresi zat dari darah ke tubulus renal. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sjumlah besar cairan yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowmen. (Guyton & Hall, 1997. hal. 400). Sistem kemih terdiri dan organ pembentuk urin ginjal dan struktur. yang menyalurkan urin dari ginjal ke luaar tubuli. Setiap ginjal dipasok (diperdarahi) oleh arteri renalis dan vena renalis, yang masing-masing masuk dan keluar ginjal dilakukan rnedial yang menyebabkan organ ini berbentuk seperti ginjal rnengolah plasma yang mengalir masuk kedalamnya untuk menghasilkan urine, menahan bahan-bahan tertentu & mengeliminasi bahanbahan yang tidak diperlukan kedalam urin. Setelah terbentuk urin mengalir kesebuah rongga pengumpul sentral, dari situ urine disalurkan kedalam ureter, sebuah duktus berdinding otot polos
5 yang keluar dari batas medial dekat dengan pangkal (bagian proksimal) arteri dan vena renalis. Terdapat dua ureter, yang menyalurkan urine dari setlap ginjal kesebuah kandung kemih. Kandung kernih yang menyimpan urin secara temporar, adalah sebuah kantung berongga yang dapat direnggangkan dan volumenya disesuaikan dengan mengubah-ubah status kontraksi otot polos di dindingnya. Secara berkala, urine dikosongkan dari kandung kemlh keluar tubuh melalui sebuah saluran, uretra. Uretra pada wanita berbentuk Jurus dan pendek berjalan secara langsung dari leher kandung kermh keluar tubuh. Pada pria uretra Jauh lebih panjang dan melengkiung dan kandung kemih keluar tubuh melewati kelenjar prostat dan penis. (Lauralle Sherwood, 2001, hal. 463). Fungsi primer ginjal adalah rnempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel dikontrol oleh filtrasi glomerulus reabsorbsi dan sekresi tubulus. Zat-zat yang difiltrasi di ginjal dibagi dalam 3 kelas : Elektrolit, nonelektrolit dan air. Beberapa jenis elektrolit yang paling penting adalah (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg++), Bikarbonat (HC02), Klorida (Cl-), dan fosfat (HP04), sedangkan non elektrolit yang penting antara lain glukosa, asam amino, dan metabolik yang merupakan
6 produk akhir dari proses metabolisme protein : Urea, asam urat dan kreatinin. (Price, S, et all, 1995, hal 770). Proses filtrasi pada glomerulus dinamakan ultrafiltrasi glomerulus, karena filtrate primer mempunyal komposisi sama seperti plasma kecuali tanpa protein. Sel-sel darah dan molekulmolekul yang besar seperti protein secara efektif tertahan oleh pori-pori membran filtrasi, sedangkan air dan kristaloid dapat tersaring dengan mudah. Setiap menit kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma,mengalir melalui semua glomeruli dan sekitar 100 cc (10 %) dari itu disring keluar. Perbandingan jumlah yang disaring oleh glomerulus setiap hari dengan jumlah yang biasanya dikeluarkan kedalam urine maka dapat dilihat besar daya selektif sel tubulus: Tabel 1 : Daya Selektif Sel Tubulus
Komponen Air Garam Glukosa Urea Disaring 150 Liter 750 Liter 150 Liter 50 Gram Dikeluarkan 1, 5 Liter 15 Gram 0 gram 30 Gram
(Pearce E, 1993 hal. 248-249) Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi renin yang berpperan dalam pengaturan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, maka sel-sel otot polos meningkatkan pelelepasan reninnya. Apabila tekanan darah naik maka sel-sel otot polos mengurangi pelepasan reninnya. Apabila
7 kadar natrium plasma berkurang, maka sel-sel makula dansa memberi sinyal pada sel-sel penghasil renin untuk meningkatkan aktivitas mereka. Apabila kadar natrium plasma meningkat, maka sel-sel makula dansa memberi sinyal kepada otot polos untuk menurunkan pelepasan renin. Setelah renin beredar dalam darah dan bekerja dengan mengkatalisis penguraian suatu protein kecil yaitu
angiotensinogen menjadi angiotensin I yang terdiri dari 10 asam amino, angiotensinogen dihasikna oleh hati dan konsentrasinya dalam darah tinggi. Pengubahan angiotensinogen menjadi
angiotensin I berlangsung diseluruh plasma, tetapi terutama dikapiler paru-paru. Angoitensi I kemudian dirubah menjadi angiotensin II oleh suatu enzim konversi yang ditemukan dalam kapiler paru-paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah melalui efek vasokontriksi arteriola perifer dan merangsang sekresi aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan
merangsang reabsorbsi natrium dalam tubulus distal dan duktus pengumpul selanjutnya peningkatan reabsorbsi natrium
mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air, dengan demikian volume plasma akan meningkat yang ikut berperan dalam peningkan tekanan darah yang selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal (corwin, 2000) Fungsi utama ginjal adalah :
8 a. Ultrafiltrasi Membuang volume cairan dari sirkulasi darah, bahan-bahan yang terlarut dalam cairan ikut terbuang. b. Pengendalian cairan Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang tepat dalam batas eksresi yang normal, dalam sekresi dan reabsorbsi. c. Keseimbangan asam Mempertahankan PH pada derajat yang basa normal dengan eksresi ion H dan pembentukan bicarnonat untuk
buffer/penyanggah. d. Eksresi produk sisa Pembuangan langsung produk metabolisme yang terdapat pada filtrate glomerular. e. Mengatur tekanan darah Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi renin f. Memproduksi eritropoetin Eritropoetin yang disekresikan ginjal merangsang sum-sum tulang agar membuat sel-sel darah merah.
g. Mengatur metabolisme
9 h. Mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat ginjal (long B, 1996) 2. Pengertian Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemapuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (brunner & Suddart, 2002), sedangkan menurut soeparman S (1990) gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang menahun, ang umumnya tidak reversibel dan cukup lanjut.
3. Etiologi Ada beberapa penyebab gagal ginjal kronik. Penyebab paling lazim adalah diabetes mellitus, glomerulonefritis kronis,
piolonefritis, hipertensi yang tidak terkontrol, obstruksi traktus urinarius, dan penyakit-penyakit lain (Brunner & Suddarth, 2002)
4. Insiden
kemajuan ilmu kesehatan yang dapat memperpanjang usia, jumlah gagal ginjal kronik akan terus bertambah. Hipertensi dan diabetes adalah dua penyebab palin umum gagal ginjal kronik, sekitar diatas 60 % dari jumlah pasien menurut hasil uji dialisis. Jenis kelamin pria dan wanita jumlahnya hampir setara terserang penyakit ini, jumlah kasus tertinggi ditemukan pada pasien berusia menengah (polaski, 1996) 5. Patofisiologi Patogenesis gagal ginjal kronik yakni semakin buruk dan rusaknya nefron-nefron yangdisertai berkurangnya fungsi ginjal, ketika kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah nefron berkurang maka aad dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal, sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami gipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Tetapi peningkatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang terdapat pada ginjal turun dibawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah, namun akhirnya, kalau sekitar 75 % massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi nefron dmikian tinggi hingga keseimbangan
1 1 glomerulus tubulus (keseimbangan antar peningkatan filtrasi dan peningjkatan reabsorbsi oleh tubulus) tidak dapat dipertahankan lagi. Fleksibilitas baik pada proses konversi solute dan air menjadi kurang. Kalau GFR terus menerus turun samoai akhirnya nol, maka semakin perlu mengatur asupan cairan dan solute secara cpat untuk mampu mengakomodasikan penurunan fleksibilitas fungsi ginjal. (Price S, 1995) 6. Manifestasi Klinik Pasien akan menunjukkan beberapa gejala yaitu : a. Manifestasi kardiovaskuler ; hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema pulmonal, perikarditis b. Gejala dermatologis ; gatal-gatal hebat (pruritus) serangan uremik tidak umum karena pengobatan dini dan agresif. c. Gejala gastrointestinal ; anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam dalam mulut, kehilangan kemampuan penhgidu dan pengecap, parotitis dan stomatitis. d. Perubahan neuromuskular ; perubahan tingkat kesadaran, kacau mental, ketidakmampuan konsentrasi, kedutan ooto dan kejang. e. Kecenderungan perdarahan. f. Keletihan dan letargi, sakit kepala, kelelahan umum.
1 2 g. Pasien secara bertahap akan semakin mengantuk, karakteistik pernafasan manjadi kusmaul, terjadi kom dalam, sering dengan konfulsi (kedutan mioklonik atau kedutan otot) (Baughman, 2000) 7. Test Diagnostik a. Urine 1) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada. 2) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat. 3) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat) 4) Klirens kreatinin, mungkin menurun 5) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi natrium. 6) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus. b. Darah 1) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang dari 78 mg/% 2) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.
1 3 3) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun. 4) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan) 5) Magnesium fosfat meningkat 6) Kalsium menurun 7) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau sintesa karena kurang asam amino esensial. c. X-Ray, menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi. 8. Penatalaksanaan Medik Pada umumnya keadaan terminal sehingga etiologi tidak dapat diobati lagi. Usaha harus ditentukan mengurangi gejala, mencegah perburukan fatal ginjal, yang terdiri dari pengaturan minum, pengendalian hipertensi, pengendalian kalium darah,
penanggulangan anemia, penanggulangan asidosis, , pengobatan dan pencegahan infeksi, pengaturan protein dalam makanan, pengobatan neuropati, dialisa dan transplantasi (Junadi, 1982).
1 4 B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Data-data yang berkaitan dengan penyakit gagal ginjal kronis
menurut Doenges M (1999) adalah sebagai berikut : a. Identitas klien dan Penanggung Jawab b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Pada umumnya akan ditemukan klien merasa lemah, sakit kepala, mual dan muntah. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan pendekatan PQRST 3) Riwayat Masa Lalu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit saluran kencing, riwayat hipertensi. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien dan penyakit yang berhubungan dengan penyakit ginjal/saluran kencing atau hipertensi.
1 5 c. Pemeriksaan Fisik 1) Sirkulasi Gejala ; mempunyai riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, neyri dada (angina) Tanda ; Hipertensi, nadi kuat, edema jaingan umum, dan fitting pada kaki, telapak tangan, distrimia jantung, nadi lemah. 2) Pernafasan Gejala ; Nafas pendek, dispnea nokturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum kental dan banyak. Tanda ; tachipnea, dipnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (kussmaul). Batuk produktif, dengan sputum merah muda, encer (edema paru) 3) Makanan/cairan Gejala ; peningkatan berat badan cepat, penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia) Tanda ; distensi abdomen (asites), pembesaran hati (tahap akhir), peubahan turgor kulit, kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan tonus otot, penurunan lemak subkutan, lemak tak bertenaga.
1 6 4) Eliminasi Gejala ; penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), distensi abdomen. Tanda ; perubahan warna urine misalnya kuning pekat dan coklat 5) Aktivitas/istirahat Gejala ; kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise. Gangguan tidur (insomnia), gelisah atau somnolen. Tanda ; Kelemahan, kehilangan tonus otot, penurunan rentang gerak. 6) Neurosensorik Gejala ; sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, kesemutan dan kelamahan khusunya ektremitas bawah
(neuropati perifer) Tanda ; Gangguan status mental, misalnya penurunan lapang pandang, perhatian, ketidkmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran. 7) Nyeri/Kenyamanan Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, nyeri kaki, kkulit gatal, infeksi tulang Tanda ; perilaku hati-hati/distraksi, gelisah, demam adanya sepsis atau infeksi.
23 2. Penyimpangan KDM pada Klien Gagal Ginjal Kronik Gagal Ginjal Kronik Fungsi Ginjal Menurun
Kerusakan yang irreversibel Perubahan status kesehatan Informasi kurang Kurang pengetahuan Penurunan fungsi GFR Sisa metabolisme tidak dapat dibuang Proteinuria Peningkatan kadar ureum dalam darah Albumin darah menurun Ureum Dieksresi disaluran cerna Tekanan osmotik menurun kreatinin Tekanan hidrostatik meningkat Stimulus di medulla oblongata Pergeseran cairan keruang interstitielBau mulut Mual, muntah Edema Intake nutrisi menurun Produksi eritropoetin menurun Rangsangan eritropoetin ke sum-sum tulang menurun Hb menurun Transport nutrisi dan O2 menurun Pembentukan ATP menurun Kelemahan
Berduka Berduka
cairan
Fase diuretik Peningkatan volume urine Melambatnya pengembalian kemampuan absorbsi tubular
Intoleransi aktivitas
Pembentukan pigmen urine (urokrom) Fungsi lapisan kulit menurun Asuoan nutrisi pada kulit menurun Kulit kering, gatal, dan bersisik
24 3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien gagal ginjal kronik (Susan M, 1998) adalah sebagai beikut : a. Kelebihan volume cairan berhubunga dengan penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natrium b. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan resiko vase diuretik dari proses penyakit dan atau perdarahan akut. c. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuhn berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah, pembatasan diet dan ulserasi mulut. d. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan immobiisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan tidak adekuat. Anemia, nutrisi tidak adekuat, dan kesulitan istirahat tidur. f. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan depressi sistem immune, nutrisi tidak adekuat, dan perawatan di rumah sakit. g. Berduka berhubungan dengan hilangnya fungsi sistem organ utama, perubahan gaya hidup, prognosa yang mengancam hidup. h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan dirumah dan intruksi evaluasi.
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natrium Tujuan : Mempertahankan volume cairan Intervensi 1. Pantau dokumentasikan masukan dan dan Rasional 1. Untuk menentukan fungsi ginjal, menentukan batas keseimbangan cairan dan untuk menentukan penggantian cairan dan untuk menentukan penggantian cairan yang hilang. 2. Timbang berat 2. Merupakan pengakajian dasar
badan pasien pada waktu dan pakaian yang sama. 3. Batasi cairan masukan
untuk memperoleh
data guna
3. pembatasan
cairan
akan
4.
Observasi kulit.
keadaan
4. Edema tertentu,
terjadi
pada
daerah dan
tangan,
kaki
26 perpindahan cairan. 5. Kolaborasi : a). Pemeriksaan lab. Untuk fungsi gijal b). Pemebrian diuretik b. Untuk tubuler hiperkalsium melebarkan lumen 5. a. untuk mengontrol sejauh mana kegagalan ginjal.
menurunkan dan
meningkatkan volume urine c). Pemberian antihipertensi c. Mengatasi hipertensi dengan efek terbaik dari penurunan aliran darah ginjal atau
kelebihan cairan. b. Potensi kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko vase diuretik dari proses penyakit dan atau perdarahan akut. Tujuan : Mempertahankan volume cairan yang seimbang Intervensi 1. Pantau masukan dan haluaran setiap 4 8 jam. 2. Kaji turgor kulit dan berat badan Rasional 1. Untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan mendeteksi potensial
turun
menandakan
terjadinya dehidrasi.
27 3. Anjurkan sampai dijinkan 4. Pantau darah natrium 4. Peningkatan natrium (>40 meq/L) menandakan ginjal tidak dapat mengabsorbsi natrium c. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuhn berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah, pembatasan diet dan ulserasi mulut. Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat Intervensi Rasional 1. Pantau masukan dan 1. untuk mengidentifikasi haluaran setiap 4 8 jam. 2. Timbang badan. 3. Berikan perkembangan diharapkan berat 2. Membantu menentukan dari indikasi yang batas minum yang 3. Untuk mengganti cairan yang
hasil
keseimbangan cairan yang cepat makanan 3. Meminimalkan meningkatkan absorbsi menetralkan amoniak anoreksia,
perawtan 4. membantu
oral higiene.
sebagai
indikator
kebutuhan dan
5. Kolaborasi :
nutrisi,
serta
pembatasan
28 a.Pemerikaan lab. kebutuhan serta efektifitas terapi. (b) lemak dan protein tidak
penumpukan yang bersifat asam, diet rendah garam memungkinkan retensi air kedalam inttravaskuler
6. Latihan
meningkatkan
peristaltik
6. Anjurkan
ambulasi
d. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan immobiisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema Tujuan : Mempertahankan integritas kulit utuh Intervensi Rasional 1. Kaji kulit dari kemerahan, 1. Deteksi dini terhadap masalah kerusakan, dan suhu memar, turgor memudahkan tindakan dini
29 2. Berikan perawatan kulit 2. Mengurangi dengan lotion untuk kekeringan gatal pada dan kulit,
menghindari kekeringan
3. intruksikan pasien untuk 3. Menurunkan resiko intradermal tidak pruritus 4. Bantu pasien untuk 4. mencegah menerus terjadinya penekanan yang terus menggaruk daerah
mengubah posisi tiap 2 jam jika pasien tirah baring 5. Pertahankan kulit tetap kering dan bebas kerutan 6. Anjurkan untuk
5.
memudahkan karena
lecet
vaskularisasi tidak lancar. menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit iritasi dan dermal
meningkatkan
evaporasi pada kulit e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan tidak adekuat. Anemia, nutrisi tidak adekuat, dan kesulitan istirahat tidur. Tujuan : Menunjukkan kemampuan beraktifitas sesuai toleransi Intervensi 1. Identifikasi dapat untuk faktor yang pasien terhadap Rasional 1. Sebagai indikator faktor untuk yang
mendukung toleransi
mengetahui mendukung
terhadap
30 aktivitas aktifitas memudahkan 2. Atur jadwal pasien, 2. memenuhi ADL nya Periode dengan kerja periode singkat istirahat komsumsi sehingga dalam
pemberian waktu istirahat antara aktivitas dan waktu tidur yang cukup. 3. Batasi pengunjung dan
menghemat oksigen
lamanya kunjungan selama periode istirahat 3. Menyediakan dibutuhkan penyenbuhan 4. bantu pasien dalam jadwal 4. untuk istirahat energi yang selama melalui mengurangi
distraksi lingkungan. Immobilisasi reabsorbsi tulang 5. menimbulkan rasa percaya diri dan minat pada klien untuk sehingga menolong dirinya meningkatkan kalsium pada
mengurangi pada
31 membantu jika dibutuhkan 6. memenuhi kebutuhan dasar klien dan meningkatkan klien terhadap
toleransi aktifitas.
f. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan depressi sistem immune, nutrisi tidak adekuat, dan perawatan di rumah sakit. Tujuan : Menunjukkan kemampuan beraktifitas sesuai toleransi Intervensi 1. Pantau tanda infeksi dan dan laporkan gejala Rasional 1. Untuk mendeteksi masalah secara dini sehingga dalam
memudahkan
pengambilan keputuasn 2. 2. Pertahankan aseptik prosedur padas teknik semua Untuk mencegah infeksi tindakan umum,
nosokomial, kewaspadaan
menolong melindungi pasien dan yang merawatnya 3. Untuk mencegah kontaminasi urethra
3.
Nutrisi
adekuat daya
dapat tahan
meningkatkan
32 4. Pertahankan yang adekuat 5. nutrisi tubuh sehingga tubuh mampu melawan kuman yang masuk Lingkungan yang bersih dapat mencegah terjadinya infeksi 5. Pertahankan kebersihan lingkungan g. Berduka berhubungan dengan hilangnya fungsi sistem organ utama, perubahan gaya hidup, prognosa yang mengancam hidup. Tujuan : Menunjukkan kemajuan dalam proses berduka Intervensi 1. Peka perubahan terhadap dan Rasional 1. Membantu menentukan jenis intervensi yang dibutuhkan nosokomial
keterbatasan gaya hidup pasien 2. Anjurkan pasien untuk mengekspesikan perasaan marah, takut frustasi, dan 2. Pengekpresian membantu ansietas perasaan mengurangi
perasaan tak menentu 3. Dengarkan dengan aktif pasien 3. Pasien yang merasa nyaman berbicara dengan perawatan mereka sering dapat
pasien mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan dan mengembangkan membantu kepatuhan
dan kemandirian maksimun. 5. Libatkan orang asuhan keluarga dan dalam 5. Menguatkan perasaan saling membutuhkan mengurangi ketakutan dan
terdekat
keperawatan
sesuai indikasi h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan dirumah dan intruksi evaluasi. Tujuan : Klien dan keluarga memahami perawatan penyakitnya Intervensi
1.
Rasional Intruksikan pasien 1. Diet tinggi karbohidrat untuk untuk makanan makan mensuplai kalori yang digunakan tinggi pada efek pemecahan protein,
perawatan
selanjutnya.
tanda-tanda
setiap hari dengan waktu dan posisi 4. Untuk memastikan keamanan yang sama.
3.
pemberian pengobatan
pengobatan rumah,
termasuk
35 nama, dosis,
5. Implementasi Pelaksanaan implementasi yang akan diberikan pada pasien disesuaikan dengan intervensi pada rencana perawatan dengan mencantumkan waktu pelaksanaan dan respon klien. 6. Evaluasi a.Kelebuhan volume cairan teratasi dengan kriteria ; masukan dan haluaran seimbang, berat badan stabil, bunyi nafas dan jantung normal, elektrolit dalam batas normal. b.Potensial kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria; pengisian kapiler 1-2 detik, turgor kulit baik, masukan dan haluaran seimbang. c.Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat
dibuktikan dengan berat badan dalam batas normal, sesuai tinggi, umur, tipe tubuh dan kadar albumin protein total, Hb, Ht, serum, dan zat besi dalam batas normal. d.Perubahan integritas kulit teratasi dengan kriteria; kulit hangat dan utuh, turgor kulit baik, pasien mengatakan tidak pruritus.
ditoleransi dengan pengungkapan tentang berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat cukup dan hampir mampu melakukan aktifitas sehari-hari yang memungkinkan. f. Pasien tetap bebas dan infeksi lokal maupun sistemik dibuktikan tidak adanya panas/demam atau leukositosis, kultur urine, darah dan sputum negatif, tidak ada inflamasi atau pengeluaran cairan yang menunjukkan integritas kulit atau mukosa oral rusak. g.Pasien mulai memperlihatkan kemajuan dalam proses berduka terbukti dengan mengekspresikan perasaannya terhadap pemberi perawatan atau dengan orang terdekat, mengunakan sistem pendukung dan koping yang efektif dan menerima rencana pengobatan, serta berpartisipasi dalam perawatan diri. h.Pasien dan orang terdekat dapat mengungkapkan, mengerti tentang gagal ginjal, batasan diet dan cairan dan rencana kontrol, mengidentifikasi cara untuk menurunkan resiko lebih jauh dengan kerusakan ginjal, infeksi dan perdarahan, tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan mendemonstrasikan penimbangan berat badan sendiri, mengukur masukan dan haluarana dan tanda-tanda vital (Tucker S, 1998) DAFTAR PUSTAKA Boughman, D, et all, (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
37
Brunner & Suddart, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta, EGC Corwin, E, (2000), Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC Doenges, M, (2001), Rencana Asuahan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, EGC Guyton & Hall, (1997), Fisiologi Kedokteran, edisi II, Jakarta, EGC Junadi, P, et all, (1982), Kapita Selekta Kedokteran, edisi II, Jakarta, Media aesculapeus FKUI Long B, (1996), Perawatan Medikal Bedah, Bandung Yayasan IAPK Padjadjaran Nugroho W, (2000), Keperawatan Gerontik, edisi II, Jakarta, EGC Pearce E, (1993), Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis Price S, Wilson L, (1995) Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC Sarwono S, (1990), Ilmu Penyakit dalam, Jakarta, Balai Penerbit FKUI Siregar H, et all, (2000), Buku Fisiologi program Diploma, Edisi 2, Makassar, Fakultas Kedokteran Unhas Sherwood L, (2000), Fisiologi manusia, Edisi 2, Jakarta EGC Susan Martin T, (1999), Standar Keperawatan