Anda di halaman 1dari 13

INSAN Vol. 7 No.

3, Desember 2005

Strategi Perluasan Merek dan


Loyalitas Konsumen

Fajrianthi
Zatul Farrah
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

ABSTRAK
Fenomena tentang perluasan merek telah menjadi sesuatu yang tidak asing bagi kita para
konsumen. Kita telah melihat berbagai merek melakukan strategi ini untuk memasarkan
produknya. Contohnya merek Adidas yang semula kita kenal sebagai merek sepatu olah
raga, saat ini telah memperluas penggunaan mereknya pada produk pakaian bahkan parfum.
Merek Gillete yang semula hanya digunakan pada produk silet kini digunakan pada produk
alat pencukur dan after shave lotion. Merek Sony yang pada awalnya digunakan pada
produk tape recorder kemudian memperluas penggunaan mereknya ke berbagai produk
seperti televisi, radio, VCD, DVD bahkan laptop dan handphone yang berbeda dari
parent brand. Kemudian Honda, merek ini tidak hanya sekedar dikenal dengan produk
mobilnya, tetapi juga produk sepeda motor, penyapu salju, pemotong rumput, mesin kapal
dan mobil salju. Strategi ini tidak hanya dilakukan oleh merek berskala multinasional, tapi
juga oleh merek yang nasional merek ABC yang semula kita kenal sebagai merek kecap
telah memperluas penggunaan mereknya untuk produk lain seperti, sirup, mie instan dan
saus tomat serta sambal. Begitupula dengan merek Pepsodent yang semula hanya digunakan
sebagai merek pasta gigi, saat ini telah meluas pada produk cairan pembersih mulut dan
permen. Perluasan merek memang merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan
merek (Kotler, 2000). Namun apakah strategi tersebut efektif untuk mempertahankan
loyalitas konsumen?. Tulisan ini mencoba untuk mengkaji hal tersebut. Tujuannya agar
dapat diperoleh wawasan yang lebih komprehensif mengenai hal ini serta berguna bagi pihak-
pihak yang berminat memanfaatkannya.

dan produsen berlomba untuk me-


Keywords:
menangkan kompetisi yang sangat ketat ini.
Strategi perluasan merek, citra merek,
Setiap saat baik melalui media televisi, radio,
loyalitas konsumen
koran, majalah ataupun internet kita melihat
peluncuran produk baru yang seolah tidak
Kondisi pemasaran produk yang pernah berhenti. Produk-produk yang
sangat dinamis, membuat para pelaku pasar ditawarkan begitu beragam dengan merek

© 2005, INSAN
FakultasVol. 7 No.Universitas
Psikologi 3, Desember 2005
Airlangga
276
Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen

yang juga sangat bervariasi. Begitu banyak memperkuat pendapat bahwa menjaga
hal yang ditawarkan pada konsumen. Hal ini loyalitas konsumen terhadap suatu merek
tentu membuat para konsumen menjadi merupakan suatu hal yang strategis bagi
lebih leluasa dalam menentukan pilihannya. produsen dan pemasar. Lalu bagaimana
Sementara dampaknya bagi produsen, hal dengan strategi perluasan merek yang
ini menjadi tantangan yang membuat mereka banyak dilakukan saat ini. Apakah strategi
harus bekerja lebih keras untuk tersebut efektif untuk mempertahankan
mempertahankan loyalitas konsumennya. loyalitas konsumennya? Untuk itu perlu kita
Para ahli pemasaran sepakat bahwa bahas lebih dulu tentang loyalitas konsumen
mempertahankan konsumen yang loyal lebih terhadap suatu merek.
efisien daripada mencari pelanggan baru.
Karena itulah, upaya menjaga loyalitas Loyalitas Merek
konsumen merupakan hal penting yang
Definisi merek
harus selalu dilakukan oleh produsen.
Dalam dunia industri, istilah merek
Philip Kotler, tokoh pemasaran
menjadi salah satu kata yang popular dalam
modern, mengatakan, rata-rata perusahaan
kehidupan sehari-hari. Merek sekarang tidak
akan kehilangan setengah pelanggannya
hanya dikaitkan oleh produk tetapi juga
dalam waktu kurang dari 5 tahun. Di lain
dengan berbagai strategi yang dilakukan oleh
pihak, perusahaan-perusahaan dengan
perusahaan (Knapp, 2000).
tingkat kesetiaan terhadap merek yang tinggi
Menurut American Marketing Association
akan kehilangan kurang dari 20%
(Kotler, 2000) merek adalah nama, istilah,
pelanggannya dalam 5 tahun. Dengan
tanda, simbol rancangan, atau kombinasi
demikian, merupakan tugas perusahaan dan
yang dapat mengidentifikasikan barang atau
perjuangan para pemasar untuk
jasa dari seorang atau sekelompok penjual
menciptakan pelanggan-pelanggan yang
agar dapat membedakan produk tersebut
setia. (www.swa.co.id).
dari produk pesaing.
“Dulu orang menganggap tujuan
Merek memberi sejumlah keuntungan
utama pemasar ialah mencapai kepuasan
pada produsen maupun konsumen.
maksimal pelanggan, namun tujuan seperti
Simamora (2002) menyebutkan dengan
itu sudah bergeser karena yang lebih penting
adanya merek, masyarakat mendapat
justru loyalitas,” ujar Farid Subhan,
jaminan tentang mutu suatu produk yaitu
konsultan senior di MarkPlus & Co.
dengan memperoleh informasi yang
Alasannya, dengan memiliki basis pelanggan
berkaitan dengan merek tersebut.
yang loyal sama artinya dengan memperoleh
Dikenalnya merek oleh masyarakat
kepastian meraih pendapatan di masa depan.
membuat pihak perusahaan meningkatkan
Karena, pelanggan loyal diharapkan tetap
inovasi produk untuk menghadapi
melakukan transaksi di waktu mendatang.
persaingan. Sedangkan bagi produsen merek
(Sudarmadi, 2005, www.swa.co.id)
tentunya bermanfaat untuk melakukan
Keterangan di atas semakin
segmentasi pasar, menarik konsumen untuk

© 2005, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005
277
Fajrianthi & Zatul Farrah

membeli produk dari merek tersebut serta bisa hanya mengandalkan segmen,
memberikan perlindungan terhadap produk melainkan ceruk pasar (niche marketing)
yang dihasilkan. yang ukurannya lebih kecil tetapi
Merek mempunyai makna yang memiliki perilaku khas. Oleh karena
berbeda-beda bagi para produsen. Menurut itu, perusahaan perlu menciptakan
Hermawan Kertajaya (dalam Simamora, kesan bahwa mereknya berkualitas,
2002), perusahaan memiliki cara yang karena itu merek adalah persepsi
berbeda-beda dalam memandang merek. kualitas (perceived quality).
Hal itu tergantung pada tipe pemasaran yang 5. Individualized marketing, ketika sudah
digunakan oleh perusahaan tersebut. Berikut mencapai puncak persaingan, bagi
ini adalah tipe-tipe pemasaran yang biasa perusahaan merek berkaitan dengan
digunakan oleh berbagai perusahaan: loyalitas (brand loyalty). Dalam puncak
1. No marketing , tipe pemasaran ini persaingan tentunya jumlah pesaing
dilakukan pada saat perusahaan sangat banyak dengan berbagai strategi
memonopoli pasar dan tidak memiliki yang digunakan dan konsumen tidak
pesaing. Konsumen pasti mencari mau hanya sekedar dipandang sebagai
produk karena tidak ada pilihan. pembeli saja, karena itu perusahaan
Dalam hal ini, merek hanya dianggap harus menjalin kemitraan dengan
sekedar nama. konsumen melalui individualized
2. Mass marketing, tipe pemasaran ini marketing.
dilakukan ketika perusahaan sudah
memiliki pesaing walaupun pesaingnya Loyalitas konsumen terhadap merek
lemah, untuk itu perusahaan masih Loyalitas merek adalah pilihan yang
menguasai sebagian besar pasar dilakukan konsumen untuk membeli merek
dengan melakukan pemasaran massal tertentu dibandingkan merek yang lain
(mass marketing), dan pada saat ini dalam satu kategori produk (Giddens, 2002).
merek tidak lebih dari sekedar Schiffman dan Kanuk (2004)
mengenalkan produk (brand awareness). mendefinisikan loyalitas merek sebagai
3. Segmented marketing, dilakukan pada saat preferensi konsumen secara konsisten untuk
persaingan mulai ketat, oleh karena itu melakukan pembelian pada merek yang
perusahaan perlu melakukan sama pada produk yang spesifik atau
segmentasi pasar. Dalam tipe kategori pelayanan tertentu.
pemasaran ini, perusahaan harus Walaupun demikian, loyalitas
menancapkan citra yang baik tentang konsumen berbeda dengan perilaku
mereknya, karena itu merek diperlukan pembelian berulang (repeat purchasing
sebagai jangkar asosiasi (brand behavior). Perilaku pembelian berulang adalah
association). tindakan pembelian berulang pada suatu
4. Niche marketing, ketika persaingan produk atau merek yang lebih dipengaruhi
bertambah ketat lagi, perusahaan tidak oleh faktor kebiasaan. Dalam loyalitas

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


278
Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen

konsumen, tindakan berulang terhadap sensitif terhadap harga (price sensitive


merek tersebut dipengaruhi oleh kesetiaan switcher), adapula yang selalu mencari
terhadap merek (www.joesessays.com). variasi yang disebut Blackwell et al dan
Sedangkan Aaker (1996) menyebutkan Kotler sebagai variety-prone switcher dan
bahwa loyalitas merek adalah kelekatan karena para konsumen tersebut tidak
konsumen pada nilai yang tinggi dari suatu mendapatkan kepuasan (unsatisfied
merek, dengan kelekatan yang dibangun ini switcher).
maka konsumen akan menolak segala 2. Habitual buyer adalah golongan yang
strategi yang dilakukan oleh kompetitor setia terhadap suatu merek dimana
merek. Konsumen akan memberikan dasar kesetiaannya bukan kepuasan
loyalitas dan kepercayaannya pada merek atau keakraban dan kebanggaan.
selama merek tersebut sesuai dengan Golongan ini memang puas,
harapan yang dimiliki oleh konsumen, setidaknya tidak merasa dikecewakan
bertindak dalam cara-cara tertentu dan oleh merek tersebut. Dan dalam
menawarkan nilai-nilai tertentu (http:// membeli produk didasarkan pada
w w w. p y r a m i d u p d a t e. c o m / a r t i c l e / faktor kebiasaan, bila menemukan
default.asp?article_id=49). merek yang lebih bagus, maka mereka
Loyalitas pada merek ini timbul karena akan berpindah. Blackwell et al
konsumen mempersepsikan merek tersebut menyebut perilaku tersebut sebagai
menghasilkan produk yang memiliki inertia.
sejumlah manfaat dan kualitas dengan harga 3. Satisfied buyer adalah golongan
yang sesuai. Loyalitas merek juga menjadi konsumen yang merasa puas dengan
indikasi adanya kekuatan merek, karena suatu merek. Mereka setia, tetapi dasar
tanpa loyalitas merek tidak akan tercipta kesetiaannya bukan pada kebanggaan
kekuatan merek. Hal ini dapat dilihat pada atau keakraban pada suatu merek tetapi
merek-merek yang menjadi pemimpin di lebih didasarkan pada perhitungan
pasaran, dapat dipastikan bahwa merek untung rugi atau biaya peralihan
tersebut memiliki pelanggan yang loyal pada (switching cost) bila melakukan
merek tersebut (Giddens, 2002). pergantian ke merek lain.
4. Liking the brand adalah golongan
Penggolongan loyalitas merek konsumen yang belum meng-
Aaker (dalam Simamora 2002) ekspresikan kebanggannya pada
membagi loyalitas merek ke dalam lima kepada orang lain, kecintaan pada
tingkatan, sebagai berikut: produk baru terbatas pada komitmen
1. Switcher adalah golongan yang tidak terhadap diri sendiri, dan mereka
peduli pada merek, mereka suka merasa akrab dengan merek.
berpindah merek. Motivasi mereka 5. Commited buyer adalah konsumen yang
berpindah merek adalah harga yang merasa bangga dengan merek tersebut
rendah karena golongan ini memang dan mengekspresikan kebanggaannya

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


279
Fajrianthi & Zatul Farrah

dengan mempromosikan merek loyalitas merek adalah:


tersebut pada orang lain. 1. Perceived product superiority (penerimaan
keunggulan produk)
Dalam satu golongan loyalitas masih
2. Personal fortitude (keyakinan yang
terbuka kemungkinan pada perbedaan
dimiliki oleh seseorang terhadap merek
derajat kesetiaan. Kita dapat mengatakan
tersebut)
bahwa kesetiaan berada pada suatu
3. Bonding with the product or company
kontinum. Titik paling rendah adalah tidak
(keterikatan dengan produk atau
loyal sama sekali sedangkan titik paling
perusahaan)
tinggi adalah loyalitas penuh. Bahkan Kunde
4. Kepuasan yang diperoleh konsumen
menyebutkan bahwa loyalitas puncak adalah
titik dimana merek telah menjadi agama Sedangkan Marconi (1993)
(brand religion), merek menjadi sesuatu yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
wajib, dipuja dan disembah (Simamora, berpengaruh terhadap loyalitas terhadap
2002). merek adalah sebagai berikut:
Menurut Giddens (2002) konsumen 1. Nilai (harga dan kualitas), penggunaan
yang loyal terhadap suatu merek memiliki suatu merek dalam waktu yang lama
ciri-ciri sebagai berikut: akan mengarahkan pada loyalitas,
1. Memiliki komitmen pada merek karena itu pihak perusahaan harus
tersebut bertanggungjawab untuk menjaga
2. Berani membayar lebih pada merek merek tersebut. Perlu diperhatikan,
tersebut bila dibandingkan dengan pengurangan standar kualitas dari
merek yang lain. suatu merek akan mengecewakan
3. Akan merekomendasikan merek konsumen bahkan konsumen yang
tersebut pada orang lain. paling loyal sekalipun begitu juga
4. Dalam melakukan pembelian kembali dengan perubahan harga. Karena itu
produk tersebut tidak melakukan pihak perusahaan harus mengontrol
pertimbangan kualitas merek beserta harganya.
5. Selalu mengikuti informasi yang 2. Citra (baik dari kepribadian yang
berkaitan merek tersebut dimilikinya dan reputasi dari merek
6. Mereka dapat menjadi semacam juru tersebut), citra dari perusahaan dan
bicara dari merek tersebut dan mereka merek diawali dengan kesadaran.
selalu mengembangkan hubungan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dengan merek tersebut. ada korelasi antara kesadaran dan
market share, sehingga dapat
Faktor-faktor yang mempengaruhi disimpulkan juga ada hubungan antara
loyalitas merek citra merek dengan market share.
Schiffman dan Kanuk (2004) Produk yang memiliki citra yang baik
menyebutkan faktor-faktor yang akan dapat menimbulkan loyalitas
mempengaruhi terbentuknya/terciptanya konsumen pada merek.

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


280
Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen

3. Kenyamanan dan kemudahan untuk berharga mahal seperti mobil, komputer,


mendapatkan merek. Dalam situasi kulkas dan lain sebagainya, memerlukan
yang penuh tekanan dan permintaan keterlibatan yang tinggi dari pembelinya. Hal
pasar yang menuntut akan adanya ini disebabkan pembeli perlu
kemudahan, pihak perusahaan dituntut mengumpulkan dan mengevaluasi sejumlah
untuk menyediakan produk yang informasi yang berkaitan dengan produk
nyaman dan mudah untuk didapatkan. yang akan dibeli (Kotler, 2004). Umumnya
4. Kepuasan yang dirasakan oleh pada barang-barang yang tahan lama (durable
konsumen. goods), pembeli lebih mudah berkomitmen
5. Pelayanan, dengan kualitas pelayanan untuk loyal terhadap merek karena adanya
yang baik yang ditawarkan oleh suatu pertimbangan dan evaluasi yang dilakukan
merek dapat mempengaruhi loyalitas sebelum pembelian (Schiffman dan Kanuk,
konsumen pada merek. 2004).
6. Garansi dan jaminan yang diberikan
oleh merek Keuntungan loyalitas merek
Menurut Reichfield (dalam Gommans
Jenis produk yang dihasilkan suatu et al, 2001) keuntungan yang diperoleh oleh
merek juga mempengaruhi loyalitas merek. suatu merek yang memiliki pelanggan yang
Pada barang-barang konsumsi sehari-hari loyal adalah :
(consumer goods) seperti makanan, minuman, 1. Dapat mempertahankan harga secara
sabun, pembersih dan lain sebagainya, optimal
konsumen memiliki keterlibatan yang 2. Memiliki posisi tawar menawar yang
rendah dalam proses pembeliannya. kuat dalam saluran distribusi
Umumnya para konsumen tidak secara luas 3. Mengurangi biaya penjualan
mencari informasi tentang merek, 4. Memiliki penghalang yang kuat
mengevaluasi karakteristik tentang merek, terhadap terhadap produk-produk
dan memutuskan merek apakah yang akan baru yang memiliki potensi yang besar
dibeli (Kotler, 2004). Untuk kategori consumer untuk masuk dalam kategori produk
goods tersebut, dalam proses pembeliannya atau layanan yang dimiliki oleh merek
melalui tahapan trial (coba-coba) yang tersebut
dipengaruhi oleh iklan yang beredar. Setelah 5. Keuntungan sinergis yang diperoleh
melakukan pembelian dan mengalami dari brand extension yang berhubungan
kepuasan, bila dibandingkan dengan merek dengan kategori produk atau pelayanan
lain, maka pembelian produk tersebut akan dari merek tersebut.
dilakukan secara berulang. Pembelian
berulang ini akan mengarahkan pada Giddens (2002) juga menambahkan
loyalitas merek (Schiffman dan Kanuk, dengan adanya loyalitas merek maka dapat
2004). Sedangkan untuk barang-barang yang meningkatkan:
tahan lama (durable goods) dan umumnya 1. Volume penjualan, dengan adanya

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


281
Fajrianthi & Zatul Farrah

loyalitas merek maka kehilangan menggunakan merek yang sudah ada.


konsumen dapat dikurangi. Dengan Contoh: Pepsodent mengeluarkan
adanya pengurangan kehilangan produk mouthwash, permen dan sikat
konsumen maka akan meningkatkan gigi.
pertumbuhan perusahaan dan 3. Multi-merek, adalah suatu strategi
penjualan. perusahaan untuk memperkenalkan
2. Kemampuan perusahaan untuk merek tambahan dalam kategori
menetapkan harga yang optimal, produk yang sama. Sebagai contoh
karena konsumen yang memiliki adalah P&G memproduksi sebelas
loyalitas merek kurang sensitif pada merek deterjen. Indofood
perubahan harga. meluncurkan berbagai merek untuk
3. Konsumen dengan loyalitas merek produk mie instannya.
akan selalu mencari merek favoritnya 4. Merek baru, yaitu strategi perusahaan
dan kurang sensitif pada promosi yang meluncurkan produk dalam suatu
kompetitif. Dengan adanya loyalitas kategori baru, tetapi perusahaan tidak
merek di kalangan pelanggan, maka mungkin menggunakan merek yang
perusahaan dapat mengurangi biaya sudah ada lalu menggunakan merek
promosi produknya karena konsumen baru. Contoh: Coca Cola
tetap akan mencari merek yang memproduksi minuman bersoda tetapi
disukainya. memiliki rasa buah-buahan diberi
merek Fanta.
Strategi Perluasan Merek 5. Merek bersama, yaitu dua atau lebih
merek yang terkenal dikombinasikan
Menurut Kotler (2000) ada lima pilihan
dalam satu tawaran, sebagai contoh
strategi merek yang dapat digunakan oleh
Aqua-Danone.
perusahaan, yaitu:
1. Perluasan lini. Perluasan lini ini
Perluasan merek (brand extension)
dilakukan jika perusahaan
didefinisikan oleh Kotler (2000) sebagai
memperkenalkan unit produk
penggunaan merek yang sudah ada pada
tambahan dalam kategori produk yang
produk baru dimana produk tersebut
sama dengan merek yang sama.
memiliki kategori yang berbeda dengan
Contoh: Pantene mengeluarkan
merek yang digunakannya. Sedangkan
shampoo untuk rambut rontok,
Anand Halve (www.etstrategicmarketing.
rambut berketombe, rambut kering,
c o m / s m Ju n e - Ju l y 2 / s b r a n d _ 2 h t m )
rambut berminyak, dan lain
mengatakan bahwa perluasan merek adalah
sebagainya.
peluncuran suatu produk baru yang
2. Perluasan merek (Brand Extension),
memiliki kategori yang berbeda dengan
yaitu suatu strategi yang dilakukan
produk yang sudah ada dan produk yang
perusahaan untuk meluncurkan suatu
baru tersebut menggunakan nama produk
produk dalam kategori baru dengan

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


282
Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen

yang sudah ada. pengaruh yang diterima oleh


konsumen baik positif maupun
Aaker (dalam Rangkuti 2002) negatif dari produk hasil perluasan.
mengemukakan dalam melakukan perluasan Bahkan ada pula penelitian yang
merek diperlukan strategi yang terdiri dari menyebutkan bahwa konsumen akan
tiga tahap yaitu: membangun sikap yang positif
1. Mengidentifikasikan asosiasi-asosiasi terhadap produk hasil perluasan bila
yang terdapat dalam merek tersebut. konsumen tersebut menganggap
2. Mengidentifikasikan produk-produk bahwa produk tersebut memiliki
yang berkaitan dengan asosiasi merek kesamaaan dengan merek asalnya.
tersebut. 2. Reputation (reputasi). Asumsi yang
3. Memiliki calon terbaik dari daftar dapat dikemukakan dari penggunaan
produk tersebut untuk melakukan uji reputasi adalah, bahwa merek yang
konsep dan pengembangan produk memiliki posisi yang kuat akan
baru. memberikan pengaruh yang besar pada
produk hasil perluasannya (Aaker dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keller 1992; Smith dan Park 1992).
strategi perluasan merek Bahkan telah dilaporkan bahwa merek
Aaker ( http://www.empgens.com/ yang dipersepsi memiliki kualitas yang
Pubs/jems/JEMS4_1.pdf) menyatakan tinggi dapat melakukan perluasan
bahwa keberhasilan strategi perluasan merek produk daripada merek yang memiliki
dipengaruhi oleh: kualitas yang rendah. Reputasi di sini
1. Sikap pada merek asal adalah sejumlah hasil yang diperoleh
2. Kesesuaian antara merek asal dengan dari kualitas suatu produk.
produk perluasan 3. Perceived Risk adalah konstruk
3. Penerimaan terhadap perluasan merek multidimensional yang mengim-
yang dilakukan oleh perusahaan plikasikan pengetahuan konsumen
secara tidak pasti tentang suatu produk
Sedangkan menurut Leif E. Ham et sebelum dilakukan pembelian
al ( 2001) faktor-faktor yang mempengaruhi didasarkan pada tipe dan tingkatan
kesuksesan strategi perluasan merek adalah: kerugian dari produk itu setelah
1. Similarity (kesamaan). Adalah tingkatan dilakukan pembelian. Perceived risk
dimana konsumen menganggap bahwa biasanya dikonseptualisasi dengan
produk hasil perluasan memiliki konstruk dua dimensi yaitu
persamaan dengan merek asalnya. ketidakpastian tentang konsekuensi
Beberapa studi menunjukkan bahwa melakukan kesalahan dan
semakin besar persamaan antara ketidakpastian tentang hasil yang
produk perluasan merek dengan merek diperoleh.
asalnya maka akan semakin besar pula

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


283
Fajrianthi & Zatul Farrah

4. Innovativeness adalah aspek kepribadian mencakup tiga aspek utama yaitu


yang berhubungan dengan penerimaan produk, harga dan nonproduk. Dari
konsumen untuk mencoba produk produk tentunya konsumen
baru atau merek baru. Dan konsumen menetapkan standar tentang
yang memiliki sifat innovativeness ini bagaimana produk tersebut
suka melakukan lebih banyak evaluasi seharusnya. Lalu aspek nonproduk,
pada perluasan merek terutama dalam konsumen mungkin dapat melihat
hal jasa. Oleh karena itu untuk reputasi produk, pelayanan after sales,
mengembangkan strategi perluasan dan lain-lain. Kemudian dari segi harga
merek ini agar lebih efisien maka pihak apakah mahal atau murah disesuaikan
perusahaan harus menarik lebih dengan aspek produk dan
banyak konsumen yang memiliki sifat nonproduknya.
innovativeness. 2. Kualitas ada kalau bisa dipersepsikan
oleh konsumen. Jadi kalau konsumen
Daniel Edelman (http://
mempersepsikan produk tersebut baik
poolonline.com) menyatakan bahwa kunci
walaupun realitasnya tidak demikian
kesuksesan dari perluasan merek ditentukan
maka produk tersebut akan dianggap
oleh konsistensi produk perluasan merek
baik. Konsumen membuat keputusan
dengan merek asal atau merek induk. Dalam
berdasarkan persepsi yang dimilikinya
melakukan strategi perluasan merek,
tidak bergantung pada realitasnya. Jadi
persepsi terhadap kualitas dari merek
dapat dikatakan bahwa persepsi adalah
tersebut tentunya sangat diperhatikan.
realitas.
Sehingga bila pihak produsen merek
3. Perceived quality diukur secara relatif
tersebut akan membuat produk yang
terhadap pesaing. Suatu produk
berbeda kategorinya dengan kategori merek
dikatakan memiliki kualitas yang baik
asal maka pihak produsen harus melihat
bila produk tersebut dibandingkan
kualitas yang dipersepsikan konsumen
dengan produk pesaing yang sejenis
terhadap merek tersebut. Bahkan dalam
dan kualitas dari produk pesaing
suatu penelitian menunjukkan bahwa merek
tersebut lebih rendah.
yang memiliki perceived quality yang tinggi
dapat ditingkatkan secara lebih jauh (dapat
Keterangan di atas menunjukkan
diperluas) dan mendapat penilaian yang
pentingnya persepsi konsumen pada merek
lebih tinggi bila dibandingkan dengan merek
terhadap keberhasilan strategi perluasan
yang memiliki perceived quality yang rendah
merek. Sementara, persepsi konsumen
(Leif E. Ham et al, 2001).
terhadap merek tentunya tidak terlepas dari
Cleland dan Bruno (dalam Simamora,
citra dari merek tersebut. Karena itulah di
2002) mengemukakan tiga prinsip tentang
bawah ini akan dibahas mengenai citra
perceived quality yaitu:
merek.
1. Kualitas yang dipersepsi oleh
konsumen terhadap suatu produk

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


284
Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen

Citra Merek (brand image) masyarakat tentang suatu produk yang


Kotler (2002) mendefinisikan citra dikonsumsi.
merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, 3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait
dan kesan yang dimiliki oleh seseorang dengan fungsi dari suatu produk
terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan barang yang bisa dimanfaatkan oleh
tindakan konsumen terhadap suatu merek konsumen.
sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. 4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas
Kotler (2002) juga menambahkan bahwa produsen dalam melayani
citra merek merupakan syarat dari merek konsumennya.
yang kuat. Simamora (2002) mengatakan 5. Resiko, berkaitan dengan besar
bahwa citra adalah persepsi yang relatif kecilnya akibat atau untung dan rugi
konsisten dalam jangka panjang (enduring yang mungkin dialami oleh konsumen.
perception). Jadi tidak mudah untuk 6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan
membentuk citra, sehingga bila terbentuk dengan tinggi rendahnya atau banyak
akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang sedikitnya jumlah uang yang
dibentuk harus jelas dan memiliki dikeluarkan konsumen untuk
keunggulan bila dibandingkan dengan mempengaruhi suatu produk, juga
pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan dapat mempengaruhi citra jangka
merek dihadapkan dengan merek lain, panjang.
muncullah posisi merek. 7. Citra yang dimiliki oleh merek itu
Pada dasarnya sama dengan proses sendiri, yaitu berupa pandangan,
persepsi, karena citra terbentuk dari persepsi kesepakatan dan infor masi yang
yang telah terbentuk lama. Setelah melalui berkaitan dengan suatu merek dari
tahap yang terjadi dalam proses persepsi, produk tertentu.
kemudian dilanjutkan pada tahap
keterlibatan konsumen. Level keterlibatan Hubungan Strategi Perluasan Merek
ini selain mempengaruhi persepsi juga dan Citra Merek dengan Loyalitas
mempengaruhi fungsi memori (Mowen, Konsumen terhadap suatu Merek
1995). Strategi perluasan merek memberikan
Schiffman dan Kanuk (1997) keuntungan bagi perusahaan karena dengan
menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra menggunakan merek yang sudah terkenal
merek adalah sebagai berikut: akan memberikan pengakuan dan
1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan penerimaan yang lebih cepat pada kategori
kualitas produk barang yang produk baru. Hal ini diharapkan dapat
ditawarkan oleh produsen dengan memberikan jaminan kualitas dan keyakinan
merek tertentu. kepada para konsumen atas merek tersebut.
2. Dapat dipercaya atau diandalkan, Tetapi strategi perluasan merek ini tentunya
berkaitan dengan pendapat atau tidak lepas dari resiko, karena dapat
kesepakatan yang dibentuk oleh memberikan pengaruh negatif pada merek

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


285
Fajrianthi & Zatul Farrah

induk sehingga merek induk akan keuntungan bagi perusahaan karena


mengalami penipisan merek (brand diluation). penelitian membuktikan bahwa konsumen
Dengan adanya penipisan merek ini maka yang loyal pada suatu merek akan mencoba
konsumen tidak akan menghubungkan segala varian yang ada dalam merek tersebut.
merek tersebut dengan produk yang spesifik Selain itu, mereka juga akan mencoba
(Rangkuti, 2002). kategori produk yang berbeda dalam merek
Dari berbagai penelitian yang telah tersebut atau mencoba produk hasil
ditulis diatas dapat dikatakan bahwa perluasan merek tersebut (Kumar, 2002).
keberhasilan perluasan merek sangat Strategi perluasan merek yang tidak
dipengaruhi oleh kualitas dari merek asalnya. dikelola dengan tepat akan berdampak
Untuk itu dalam melakukan perluasan negative terhadap merek. Bahkan A. Quelch
merek, pihak produsen tidak hanya (dalam Rangkuti, 2002) mengatakan
memperhatikan keuntungan bisnis semata kegagalan dari perluasan merek ini dapat
tetapi juga memperhatikan persepsi menimbulkan dampak yaitu:
konsumen terhadap merek asal (Anand Halve, 1. Melemahkan lini produk yang sudah
www.etstrategicmarketing.com/smJune- ada, sehingga produk-produk dalam
July2/sbrand_2htm). satu lini itu akan saling menjatuhkan.
Keberhasilan produk hasil perluasan 2. Dapat membuat konsumen mencari
akan semakin meningkatkan merek asal di variabilitas pada produk lain, karena
mata konsumen dan sukses dari produk hasil produk perluasan merek tersebut
perluasan merek ini tidak lepas dari reputasi bersifat memakan produk yang sudah
yang dibangun dari kualitas yang diberikan ada dan memiliki konsep pemasaran
merek tersebut dan dapat dirasakan oleh yang buruk. Sehingga hal tersebut
konsumen. Perlu diperhatikan pula, dalam secara tidak langsung dapat
melakukan perluasan merek, produk yang melemahkan loyalitas merek.
dihasilkan tetap memiliki kesamaan dengan 3. Dapat menciptakan pesaing yang lebih
merek asal sehingga produk perluasan merek banyak, karena pihak pemasar lebih
tersebut tidak membingungkan konsumen berkonsentrasi pada produk baru,
dan tidak menyebabkan penipisan merek. sehingga produk yang telah lebih dulu
Disamping itu produk hasil perluasan merek ada kurang mendapat perhatian,
tetap harus menjaga mutunya karena sehingga para pesaing dapat
kesuksesan dari perluasan merek tidak lepas memanfaatkan hal tersebut untuk
dari perceived risk yang dimiliki konsumen, menciptakan produk yang serupa.
sehingga bila konsumen merasa banyak
mendapat kerugian setelah melakukan Sebagai salah satu factor yang
pembelian produk tersebut, bukan tidak berpegaruh terhadap loyalitas, citra merek
mungkin hal tersebut akan menggagalkan tentu juga harus diperhatikan dalam strategi
perluasan merek. perluasan merek ini. Citra merek dapat
Loyalitas merek memberikan menimbulkan hal yang positif atau yang

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


286
Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen

negative terhadap produk. Citra merek yang Selain citra merek, jenis produk juga
positif dapat membantu konsumen untuk mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap
menolak aktifitas yang dilakukan oleh merek. Produk yang tergolong durable goods
pesaing dan sebaliknya menyukai aktifitas lebih mudah mencapai loyalitas merek bila
yang dilakukan oleh merek yang disukainya dibandingkan produk yang tergolong
serta selalu mencari informasi yang berkaitan consumer goods. Hal itu dikarenakan adanya
dengan merek tersebut (Schiffman dan factor keterlibatan dan proses evaluasi yang
Kanuk, 1997). tinggi dalam pembelian durable goods. Karena
Citra merek berkaitan dengan asosiasi itu, dibutuhkan upaya yang berbeda saat
merek. Kesan merek yang muncul dalam melakukan perluasan merek terhadap
ingatan konsumen meningkat seiring dengan produk durable goods dengan produk consumer
semakin banyaknya pengalaman konsumen goods. Faktor-faktor yang telah dikemukakan
dalam mengkonsumsi merek tersebut. di atas harus diperhatikan oleh para
Selanjutnya, ketika asosiasi-asosiasi dari produsen merek. Tanpa pengelolaan yang
merek tersebut saling berhubungan semakin tepat terhadap faktor-faktor tersebut,
kuat maka citra merek yang terbentuk juga strategi perusahaan dalam melakukan
akan semakin kuat. Hal inilah yang perluasan merek akan gagal bahkan loyalitas
mendasari konsumen untuk melakukan konsumen pada merek tidak dapat tercipta
pembelian kembali dan menjadi loyal pada
merek tersebut (Durianto dkk, 2001). DAFTAR PUSTAKA
Konsumen yang terbiasa menggunakan
merek tertentu cenderung memiliki Aaker, David. A. 1996. Building Strong Brands.
konsistensi terhadap citra dari merek New York: The Free Press.
tersebut (Rangkuti, 2002). Consumer Behavior, (www-rohan.sdsu.edu/
Jadi dapat dikatakan citra yang baik dari ~renglish/report/printing_notes.htm,
suatu merek dapat mengarahkan pada diakses tanggal 7 Maret 2004).
loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Durianto, Darmadi, Sugiarto & Sitinjak, Toni.
Penting bagi perusahaan untuk membangun 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui
citra dari merek yang dihasilkannya, agar Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta:
citra merek yang dibangun dapat PT. Gramedia Pustaka Utama.
Edelman, Daniel. 2003. How to Conduct
dipersepsikan dengan baik oleh konsumen.
Successful Brand Extensions. (http://
Bagaimanapun juga citra merek yang baik
poolonline.com, diakses tanggal 3 April
ikut membantu terwujudnya loyalitas merek,
2004).
sehingga merek tersebut dapat berkembang E. Hem, Leif, de Chernatony, Leslie & M.
menjadi merek yang kuat di pasaran. Karena Iversen, Nina. 2001. Factors Influencing
itu, keberhasilan produk hasil perluasan Successful Brand Extensions, (http://
merek ini tidak lepas dari reputasi yang www.empg ens.com/Pubs/jems/
dibangun atas kualitas yang diberikan merek JEMS4_1.pdf, diakses tanggal 3 April
tersebut. 2004).

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


287
Fajrianthi & Zatul Farrah

Giddens, Nancy & Hofmann, Amanda. 2002. Prenhalindo Indonesia.


Brand Loyalty. (online) http:// Kumar, S. Ramesh. 2002. Brand loyalty as a
www.extension.iastate.edu/agdm/ strategy. (www.hinduonnet.com/the
wholefarm. diakses 11 Februari 2005 hindu/thscrip, diakses tanggal 10 April
Gommans, Marcel, Krishnan, Krish S. & 2004).
Scheffold Katrin B. 2001. From Brand Marconi, Joe. 1993. Beyond Branding. Chicago:
Loyalty to E-Loyalty: a Conceptual Probus Publishing Company.
Framework. Journal of Economic and Social Rangkuti, Freddy. 2002. The Power of Brands.
Research,3 (1) 2001, 43-58. (http:// Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
jesr.journal.fatih.edu.tr/ Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie L. 1997.
introduction%20special%20issue- Consumer Behavior (sixth edition). New
may07.doc, diakses tanggal 8 Mei 2004) Jersey: Prentice Hall.
Halve, Anand. 2003. Strategic Brand Management Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie L. 2004.
(What’s in the Name). Consumer Behavior (eight edition). New
(www.etstrategicmarketing.com/ Jersey: Prentice Hall.
smJune-July2/sbrand_2htm, diakses Simamora, Bilson. 2002. Aura Merek (7
tanggal 7 Maret 2004). Langkah Membangun Merek yang Kuat).
Hati-Hati Melakukan ‘Brand Extention’ Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(Media Indonesia Online, 4 April 2004). Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku
(http://mediaindo.i2.co.id/cetak/ Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia
berita.asp?id=20040404, diakses tanggal Pustaka Utama.
5 April 2004). Sudar madi. 2005. Membangun Loyalitas
Knapp, Duanne E. 2002. The Brand Mindset Pelanggan, 19 Januari 2005, http://
(edisi Bahasa Indonesia). Yogyakarta: www.swa.co.id/swamajalah/sajian
Penerbit Andi. (online) Diakses 6 Februari 2005
Kotler, Phillip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid
I (edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: PT
Prenhalindo Indonesia.
Kotler, Phillip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid
II (edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: PT

INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005


288

Anda mungkin juga menyukai