Anda di halaman 1dari 39

2

Empat komponen tersebut tercakup d alam Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial yaitu Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana, Keseh atan Reproduksi Remaja, dan Pencegahan dan Penanggulangan In feksi Menular Seksual (USAID, 2 003). BAB I

Angka Kematian Bayi (AKB) PENDAHULUAN di Indonesia masih relatif tinggi bila dib andingkan dengan negara-negara tetangga, sebagai perbandingan dengan negara 1.1. pada lain La tar tahun Bela 2002, kangAKB di negara Singapura: 4 per 1000 kelah iran hidup, Malaysia: 12 per 1000 kelahiran h idup, Th ailand: 32 per 1000 kelahiran hidup, Pembangunan Kesehatan sebagai salah satu upaya Pembangunan Nasional Brunei: 8 per 1000 kelahiran hidup, dan Vietnam: 39 per 1000 kelahiran hidup, diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sedangkan Indonesia : 52 per 1000 kelahiran hidup. Pada skala nasional juga masih bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal terdapat kesenjangan AKB antar propinsi yaitu Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar (Depkes, 1992). Visi Pembangunan Kesehatan sebagaimana dirumuskan dalam Visi 103 p er 1000 kelahiran hidup (tertin ggi) dengan Propinsi Daerah Istimewa Indonesia Seh at 2010 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh Yogyakarta yang hanya 2 3 per 1000 kelahiran hidup (terendah), sedan gkan Propinsi penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan Lampun g sebesar 55 per 1000 kelahiran hidup. Maka menurut perkiraan setiap untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta tahunnya terdap at sekitar 400 ribu bayi lahir dengan BBLR (SDKI, 2002). memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Bayi BBLR adalah bayi baru lahir yan g berat badan lahirnya pada saat Indonesia (Depkes, 1999). kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan kurang atau Salah satu aspek pembangunan kesehatan ad alah kesehatan reproduksi yang sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO ( World merupakan bagian penting dari program kesehatan dan merupakan titik pusat Sumber Helath Organization ) semua bayi yang baru lahir den gan berat lahir ku ran g dari Daya Manusia (SDM) mengingat pengaruhnya terhadap setiap orang dan mencakup 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR). banyak aspek kehidupan sejak d alam kan dungan sampai pada kematian. Pelayanan Berdasarkan p erkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1995 kesehatan reproduksi mencakup empat komponen esensial yang mampu memberikan hampir semua (98 %) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang, hasil yang efektif dan efisien bila dikemas dalam pelayanan yang terintegrasi. lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini, umumnya

dikarenakan berat b adan lahir ku rang dari 2.500 gram. Menurut WHO, 17% dari 25 juta keh amilan per tahun adalah BBLR dan hampir semu a terjadi di negara berkembang. Sedangkan Kejadian BBLR d i Indonesia pada tahun 2005 sebesar 13,4% (Depkes, 2006). Menurut SDKI (2002), baik di negara maju maupun negara berkembang BBLR merupakan pen yebab utama kematian bayi. Manuaba (1998) menjelaskan bahwa ban yak fakto r penyebab te rjadinya BBLR diantaranya faktor ibu (umur, umur kehamilan, peritas, status anemia, penyakit penyerta, sebab lain), faktor janin (hidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan kromosom), dan faktor lingkungan (tinggal di daerah tinggi radiasi dan beracun). Akibat yang ditimbulkan oleh bayi dengan BBLR selain kematian juga d apat menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya ad alah kerusakan bernafas, pneumonia, dan perdarahan intraventrikuler bayi (Surasmi, 2003). Hasil perolehan data dari Rumah Sakit Urip Sumoharjo diketahui bahwa pada tahun 2004 jumlah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilan dan melakukan persalinan dengan berat badan b ayi normal (diatas 2.500 gram) sebanyak 237 kasus dan dengan BBLR 25 kasus. Hingga pada tahun 2005 kasus BBLR di Propinsi Lampung dilaporkan adalah 1.217 kasus atau 11,2% dari seluruh kelahiran (Dinkes Provinsi Lampung, 2006). Adapun d i Kota Bandar Lampung kasus BBLR pada tahun 2005 sebanyak 186 kasus (7,1%) dan pada tahun 2006 sebanyak 288 kasus (8,6%). Sedangkan kasus BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung pada tahun 2006 sebanyak 68 kasus (22,5%) dari seluruh persalinan (Catatan Medis RS. Urip Sumoh arjo, 2007).

Berdasarkan feno mena dan data di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Su moharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006.

1.2. Identifikasi dan Perumusan Ma salah

1.2.1. Identifikasi Masalah 1.2.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi: 52 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Propinsi Lampung sebanyak 55 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2002).

1.2.1.2 . Kasus BBLR d i Propinsi Lampung tahun 2005 yang terlaporkan adalah 1.217 kasus atau 11,2% dari seluruh kelahiran (Dinkes Provinsi Lampung, 2006).

1.2.1.3 Di Kota Bandar Lampung terjad i penin gkatan kasus BBLR pad a tahun 2005 ditemu kan kasus BBLR sebanyak 186 kasus (7,1%) dan pada tahun 2006 sebanyak 288 kasus (8,6%) (Dinkes Kota Bandar Lampung, 2007).

1.2.1.4 Kasus BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung pada tahun 2006 sebesar 68 kasus atau 22,5% (Catatan Medis R S Urip Sumoharjo, 2007).

1.2.2 Perumusan M asalah Dari identifikasi masalah maka perumusan masalah adalah: Fakto r-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006.

1.3. Tujua n dan Manfaa t Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Un tu k mengetahui faktor-fakto r yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampun g tahun 2006.

Tujuan Khusus : 1. Untuk mengetahui kejadian kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Ko ta Band ar Lampung tahun 2006. 2. Untuk mengetahui distribusi umur ibu yang bersalin di Rumah Sakit Urip Sumoh arjo Ko ta Bandar Lampun g tahun 2006 3. Untuk mengetahui distribusi umur kehamilan ibu yang bersalin di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006 4. Untuk mengetahu i distribusi p aritas ibu yang bersalin di Rumah Sakit Urip Sumoh arjo Ko ta Bandar Lampun g tahun 2006 5. Untuk mengetahui distribusi penyakit penyerta ibu yang bersalin di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006 6. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampun g tahun 2006. 7. Untuk mengetahui hubun gan antara umur kehamilan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006. 8. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006. 9. Untuk mengetahui hubungan an tara penyakit penyerta ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006.

1.3.2. Manfa at Penelitian Untuk Penulis Meningkatkan pengetahuan serta wawasan keilmuan penulis khususnya dalam penanganan BBLR sehingga dapat bermanfaat dalam menjalankan tugas. Untuk Institusi Sebagai sumban gan d alam pengembangan ilmu pengetahuan tentang pentingnya derajat kesehatan ibu hamil dalam mendapatkan bayi yang sehat dan berkualitas serta terhindar dari BBLR. Untuk Obyek Penelitian Menin gkatkan deteksi dini dan penanggulangan ibu hamil dengan risiko bayi BBLR sehingga dapat menghasilkan bayi dan ibu yang sehat serta proses kehamilan dan persalinan yang lancar. 1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ; 1.4.1 Ada hubungan antara umur ibu h amil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006. 1.4.2 Ada hubungan antara umur kehamilan den gan kejad ian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006. 1.4.3 Ada hubungan antara status paritas ibu hamil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoh arjo Kota Bandar Lampun g tahun 2006 . 1.4.4 Ada hubungan antara penyakit penyerta yang diderita ibu hamil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

2.1.1 Pengertian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelah iran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2 .500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2 .500 gram disebut 2001). Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari Lubchenko, maka kebanyakan bayi prematu r akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah (BBLR), BBLR dibed akan atas Berat Lahir Sangat Rendah (BLSR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.500 gram, dan Berat Lah ir Amat Sangat Rendah (BLASR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.000 gram (Yushananta, 2001). Menurut Manuaba (1998), bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Low Birth Weight Infants (BBLR) (Yushananta,

1. Prematuritas murni Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK). Mengingat belu m sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perIu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di Iuar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR Bayi prematuritas dengan cep at akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif lu as oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkub ator sehingga panas badannya men dekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat b adan, 2 kg adalah 35 derajat celsius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celsius. Bila inkubato r tidak ad a bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat di pertahankan. b. Makanan bayi prematur Alat pencemaan bayi prematur masih belum sempuma. lambung kecil, enzim pencernaan belum matan g, sedangkan kebutuhan protein

3-5 gr/kg BB d an kalori 110 Kal/kg BB sehingga pertu mbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks men ghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yan g paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari. c. Menghindari infeksi Bayi prematu ritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempuma. Oleh karena itu upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan b ayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

2. Dismaturitas Adalah bayi lah ir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.

10

2.1.2 Karakteristik BBLR Menurut Manuab a (1998), karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah seb agai berikut: a. Berat kurang dari 2.500 gram b. Pan jang badan kurang dari 45 cm c. Lingkar dada kurang d ari 30 cm. d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm. e. Usia keh amilan kurang dari 37 minggu. f. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak g. Kulit tipis, transparan , rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipoton iklemah. h. Pernafasan tidak teratur dapat terjad i gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali per menit. i. Kepala tidak mampu tegak j. Freku ensi nadi 100-140 kali per menit.

2.1.3 Fa ktor-fa ktor yang dapa t menyebabkan BBLR Menurut Depkes (1993 ) terd apat tiga faktor yan g mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu: 1. Faktor lbu a. Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psiko logis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

11

b. Umur ibu Angka kejadian p rematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 - 35 tahun. c. Keadaan sosial ekonomi Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik (khusu snya anemia) dan pelaksanaan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lah ir dari perkawinan yang tidak sah.temyata lebih tinggi b ila dibandingkan dengan bayi y ang lahir dari perkawinan yang sah. d. Sebab lain Ibu peroko k, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik. 2. Faktor janin Hidramion, kehamilan gand a dan kelainan kromosom. 3. Faktor lingkungan Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

2.1.4 Ko mplika si pada Bayi BBLR Komplikasi yan g terjadi pada bayi BBLR antara adalah: 1. Kerusakan bernafas : fungsi organ be lum se mpuma 2. Pneumonia, asp irasi : refleks menelan dan batuk belu rn sempurna 3. Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spon tan di ven trikel otak lateral disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang d apat menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik

12

2.1.5 Masalah-masa lah pada Bayi BBLR Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut: 1. Suhu Tubuh a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna b. Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya bertambah c. Otot bayi masih lemah d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas b adan e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dap at diperhatikan sekitar 30 2. Pernafasan a. Pusat pengatur pernafasan belum sempuma b. Surfaktan paru-p aru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna c. Otot pernafasan dan tulan g iga lemah d. Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran , mudah infeksi paru-paru, gagal pernafasan. 3. Alat pencern aan makanan a. Belum berfungsi sempurn a, sehingga penyerapan makanan kurang baik b. Aktivitas o to t pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan lambung berkurang. c. Mudah terjadinya regu rtasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.
0

C sampai 37 0 C

13

4. Hepar yang belum matang (

immatur )

Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai 5. Ginjal masih belum matang Kemampu an mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna sehingga mudah terjadi edema. 6. Perdarahan dalam o tak a. Pembuluh darah b ayi prematur masih rapuh dan mudah pecah b. Serin g mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi perd arah an dalam otak. c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan kematian d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi perdarah an dan nekrosis. keroikterus.

2.2 Telaah Penelitian y ang berhubunga n 2.3.1. Umur Ibu

dengan BBLR

Masa kehamilan merupakan masa yan g rawan bagi seo ran g ibu, sehingga diperlu kan kesiapan yang matang untuk menghadapin ya termasuk kecukupan umur ibu . Kuti (1994) dalam Srimalem (1998) mengatakan u mur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun ) cenderung meningkatkan frekuensi komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian terhadap 632 ibu hamil diperoleh kejadian BBLR pada ibu hamil yang berusia 10-19 tahun dan 3645 tahun menunju kkan kejad ian BBLR yang tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.

14

2.3.2. Umur Kehamilan Kebutuhan zat gizi khususnya zat besi pada ibu hamil meningkat sesuai dengan bertamb ahnya umur kehamilan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan zat besi tanpa disertai oleh pemasukan yang memadai, maka cadangan zat besi akan menurun dan dapat men gakibatkan terjadinya anemia. Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada waktu h amil jauh lebih besar dari wanita tidak hamil, hal ini dikarenakan kebutuh an Fe naik untuk kebutuhan plasenta d an janin dalam kandungan. Pad a masa trimester I kehamilan, kebu tuhan zat besi lebih rendah dari sebelum hamil karena tidak menstruasi d an jumlah zat besi yang ditransfer kepada janin masih rendah. Pada waktu mulai menginjak trimester II, terdapat peningkatan volume plasma d arah yang lebih besar diband ingkan pertambahan masa sel darah merah sampai pada trimester III sehingga terjadi anemia yang bersifat fisiologis (Suwandono , 1995). Apabila wanita hamil tidak mempunyai simpanan zat besi yang cukup banyak dan tidak mendapat suplemen preparat besi, sementara janin bertambah terus dengan pesat maka janin dalam hal ini akan berperan sebagai parasit, ibu akhirnya akan menderita anemia, sedangkan janin umu mnya dipertahankan no rmal, kecuali pada keadaan yang sangat berat misalnya k adar Hb ibu sangat rendah maka zat besi yang kurang akan berpengaruh pula terhadap jan in sehingga menimbulkan BBLR (Manuab a, 1998). Pembagian kehamilan berdasarkan usia kehamilan menurut WHO (1979) dalam Manuaba (1998) dibagi men jadi 3 kelompok, yaitu :

15

a. Preterm yaitu umur kehamilan kuran g dari 37 minggu (259 h ari) b. Aterm yaitu umur kehamilan antara 37 min ggu samp ai 42 minggu (25 9 293 hari). c. Post-term yaitu umur keh amilan di atas 42 minggu (294 hari). Menurut penelitian Liesmayani (2002), bayi dengan BBLR sebagian besar (86%) dilahirkan oleh ibu dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Sehingga umur kehamilan yang kurang dapat menyebabkan makin kecil bayi yang d ilahirkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan organ bayi belum sempurna.

2.3.3. Paritas Paritas adalah faktor penting dalam menentu kan nasib ibu dan janin selama kehamilan maupun melahirkan. Dalam studinya, Sorjoenoes (1993) dalam Srimalem (1998), di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan bahwa prevalensi kejadian BBLR berfluktuatif dengan bertambahnya paritas yakni 46,79% untuk primipara, 30,43% untuk multipara dan 37,05% untuk grande multipara. Berdasarkan penelitian Hanifa (2004) di RS Koja Jakarta Utara diketahui bahwa kasus BBLR banyak terjadi pada primipara yaitu sebesar 62,4%, dibandingkan dengan multipara (37,6%). Hal ini dikarenakan fungsi organ pada kahamilan mu ltipara lebih siap d alam menjaga kehamilan dan menerima kah adiran janin dalam kandungan.

16

2.3.4. Penyakit Penyerta Oesman Syarif (2004) dalam penelitiannya mengenai kejadian BBLR pada Rumah Sakit di Kabupaten Serang dan Tangerang memperoleh hasil b ahwa ibu hamil dengan penyakit penyerta misalnya trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut kemungkin an memiliki resiko terjadinya BBLR 6,8 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan ibu hamil tanpa penyakit penyerta. Dari 100 keh amilan yang mencapai minggu ke-20, kurang dari 2 akan menghasilkan bayi lahir dalam keadaan menin ggal atau kematian bayi dalam bulan pertama kehidupannya. Penyebabnya agak kompleks. Lebih dari 30% kejadian penyebabnya tidak diketahui, meskipun sebagian besar bayi dilahirkan prematur atau dengan BBLR, pada saat dilahirkan. Sekitar 1 5% kematian terjadi karena antep artum haemorrhage, dan jumlah yang sama dari bayi kelainan bentuk. Hampir 6% terjadi karena hipertensi kehamilan, dan jumlah yang sama karena penyakit yang diderita ibu (Derek Llewelynn-Jones, 2005).

2.4 Kerangka Te ori Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR, baik secara langsung maupun secara tid ak langsung diantaranya seperti yan g dikemukakan oleh Manuaba (1998) berikut ini. Kerangka teori yang d apat disusun seperti Gambar 2.1 berikut :

17

Gamba r 2.1 Kerangka Teori Penelitian Faktor Ibu : a. Umur b. Umu r kehamilan c. Paritas d. Status Anemia e. Status Sosial Ekonomi f. Penyakit penyerta g. Sebab lain : merokok, pecandu alkoho l, dsb BBLR

Fakto r Janin : a. Hidramnion b. Kehamilan gand a c. Kelainan kromosom Faktor Lingkun gan : - Tinggal di daerah tinggi radiasi & beracun

Sumber : Manuaba (1 998) dan b erbagai sumber.

2.5 Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan kerangka teori yang sudah dijelaskan d i atas, penulis membatasi penelitian ini dengan meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR yaitu umu r ibu, umur kehamilan, status paritas ibu, dan pen yakit penyerta yang diderita ibu hamil. Lebih jelasnya terlihat p ada Gambar 2.2 berikut.

18

Ga mbar 2 .2 Kerangka Konsep Variabel independen Faktor ibu : a. Umur ibu b. Umur kehamilan c. Paritas d. Penyakit p enyerta BBLR Variabel dependen

19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskrip tif analitik dengan pendekatan potong-lintang ( cross sectional ), dimana seluruh variabel diukur

sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama di sini bukan berarti pada satu saat observasi dilakukan pada semua subyek atau semua variab el, tetapi tiap sub yek h an ya diob servasi satu kali saja menurut kead aan atau status waktu diobservasi (Notoatmodjo, 1997).

3.1.2. Definisi Opera sional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. BBLR B erat badan b ayi lahir yang kurang dari 2500 gram Catatan medik 1. BBLR (< 2500 gram) 2. Tidak BBLR (>= 2500 gram)
Dasar : Manuaba, 1998

Ord inal

20

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala 2. Umur ibu Usia ibu hamil yang tertera di catatan medical record dalam satu an tahun Catatan medik 1 . Berisiko (< 20 th dan > 35 th ) 2 . Tdk berisiko ( 20 s/d 35 thn)
Dasar : Depkes, 1997

Ord inal

3. Umur kehamilan

Masa yang d ihitung sejak h aid terakhir samp ai saat persalinan yang tertera di catatan medical record persalinan yang pern ah dialami o leh responden yang tertera di catatan medical record

Catatan medik

1. <37 minggu 2. >= 37 minggu


Dasar : Depkes, 1997

Ord inal

4. Paritas Jumlah

Catatan medik

1 . Primipara 2 . Mu ltipara
Dasar : Depkes, 1997

Ord inal

5. Penyakit penyerta

Penyakit yang d iderita ibu h amil selama kehamilan terakhir yang tertera di medical record

Catatan medik

1. Dengan penyakit penyerta (DM, Hipertensi, dsb) 2. Tanpa penyakit penyerta


Dasar : Depkes,1997

Nominal

3.2. M etode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder dari catatan medis ( medical record ) pasien yang

21

melakukan persalin an selama tahun 2006 di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung. Pengumpu lan data dilakukan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung dengan prosedur sebagai berikut: a. Mengajukan surat ijin permohonan penelitian dari STIKES Mitra Lampung, lalu meminta ijin kepada Direktur Rumah Sakit Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung. b. Responden yang memenuhi kriteria yaitu ibu hamil yang bersalin di Rumah Sakit Urip Sumoharjo yang berdomisili di wilayah Kota Bandar Lampung. c. Mengumpulkan data-data di catatan medis ( med ical record ).

3.3. M etode Penetapan Sampel 3.3.1. Populasi Menurut No to atmodjo (1997) : populasi adalah keselu ruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang melahirkan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo pada tahun 2006 yang berdomisili di wilayah Kota Band ar Lampung.

3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu selu ruh ibu bersalin yang melahirkan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo pada tahun 2006 yang berdomisili di Kota Bandar Lampung yang terpilih sebagai sampel penelitian yang berjumlah 302 responden.

22

3.4 M etode Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1. Metode Pengolahan Data Metode pengo lahan data yang dilakukan melalu i 4 tahap yaitu : 1. Editing. Kegiatannya adalah meneliti pen gisian setiap kuesioner yang telah diisi menyangkut kelengkapan data, konsistensi dan relevansi dari jawaban responden. 2. Coding Kegiatan mengubah data b erbentuk hu ruf menjad i berbentuk angka/ bilangan , hal ini dimaksudk an untuk memudahkan meng3. Entry Merupakan tahap memasukkan data yang telah di program komputer. 4. Cleaning Pada tahap ini data yang sudah dimasukkan dalam program komputer diperiksa kembali agar d ap at memperbaiki kesalahan-kesalahan pemasu kan data sehingga meminimalk an kesalahan . editing dan di coding ked alam en try dan mengolah data.

3.4.2. Metode Analisa Data Metode analisa data yang dilakukan terdiri dari 2 macam yaitu : 1. Analisa Univariat Analisa univariat merupakan langkah awal analisa setiap variabel dalam suatu penelitian . Analisa univariat bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi

23

responden menuru t umur, umur persalinan, paritas, penyakit penyerta yang diderita ibu bersalin dan status BBLR bayi yang dilahirkan. 2. An alisa Bivariat Sedangkan an alisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variab el yaitu variabel independent (umur, umur persalinan, paritas, penyakit dependent (status BBLR) . Uji Pearson chi square), dengan

penyerta yang did erita ibu bersalin) dan variabel statistik yang digunakan adalah Kai Kuadrat (

menggunakan derajat kepercayaan 95%. Adapun formula yang digunakan adalah seb agai berikut: Formula Uji Kai kuadrat (Chandra, 1996) :

(OE) X E
2

Keterangan : X

= statistik Kai Kuadrat O = frekuensi yang diamati ( = jumlah E

o bserved) expected )

= frekuensi yang diharapkan (

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat dilihat kemaknaan hubungan antara dua variabel, yaitu: 1. Jika probabilitas ( p value ) 0,05 berarti ada hubungan yan g bermakna antara

variabel independen dengan variabel dependen. 2. Jika probabilitas ( p value ) >0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna

antara variabel independen dengan variabel dependen.

24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Urip Sumoharjo (RSUS) didirikan sejak tanggal 10 September 2001. Rumah sakit ini adalah salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandar Lampung yang bergerak di bawah naungan PT Gunung Sulah Medika. Rumah sakit yang beralamat di Jalan Urip Sumoharjo No. 200 Sukarame - Bandar Lampung memiliki tanah seluas 24.688 meter persegi. RSUS, yang memiliki motto Bekerja Sambil Beramal d idukung fasilitas pelayanan yan g lengkap dan didukung oleh ten aga yang profesional yang senantiasa berupaya untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Fasilitas pelayanan yang tersedia meliputi : UGD, Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Fisiotherapi, Po liklinik, Kamar Operasi, Kebidanan, R awat Inap, Konsultasi Online, dan Mammography. Saat ini RSUS berkap asitas 173 tempat tidur yang terdiri dari 63 kamar yaitu kelas perawatan Super VIP ada 5 kamar, VIP ada 15 kamar, Kelas 1 plus ada 7 kamar, kelas 1 ada 6 kamar, kelas 2 plus ada 3 kamar, kelas 2 ada 15 kamar, dan kelas 3 ada 12 kamar. RSUS juga menyediakan fasilitas ruang Askeskin yang diperuntukkan bagi kalangan masyarak at miskin deng an kapasitas 20 tempat tidur.

25

Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang konsisten dan berkesinambungan guna memuaskan pelanggan dan keluarganya RSUS mempunyai komitmen 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Sedangkan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para pasien didasari dengan prinsip JITU DIKK yaitu : Ju ju r, Inovatif, Tekun, Ulet, Displin, Ilmu, Kerja keras, Konsisten, dan Kerjasama. RSUS dipimpin oleh seorang direktu r RS yaitu dr. Hi. Moeliadi, MA, Sp.OG, dan seorang Komisaris Utama PT Gunung Sulah Med ika yaitu Hi. Daljono, SH. RSUS mempunyai tu gas pokok melaksan akan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya pen yembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Adapun fungsi RSUS adalah seb agai berikut : a. Melaksanakan upaya pelayanan medik b. Melaksanakan uapaya rehabilitasi medik. c. Melaksanakan usaha pencegahan akibat penyakit dan peningkatan serta pemu lihan kesehatan. d. Melaksanakan upaya perawatan. e. Melaksanakan sistem ru ju kan. f. Melaksanakan upaya pendidikan dan pelatihan.

26

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Analisa Univariat a. Kejadian BBLR Berikut ini akan disajikan Tabel 4.1 mengenai distribusi responden menurut kejadian BBLR di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung Tahun 2006. Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Kejadian BBLR Di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Tahun 2006 Status BBLR n % BBLR ( berat lahir < 2500 gram) 68 22,5 Tidak BBLR (berat lahir >= 2500 gram) 234 77,5 Jumlah 302 100,0 Dari Tabel 4.1 terlihat, berat b ayi p aling banyak b erada pada status tidak BBLR yaitu sebanyak 234 orang (77,5%) sedangkan b ayi dengan BBLR sebesar 68 orang atau 22,5%. b. Umur Ibu Bersalin

Tabel 4.2 Distribusi Responden M enurut Umur Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Tahun 2006 Umur Ibu Bersalin n % Berisiko ( < 20 th dan > 35 th) 152 50,3 Tidak berisiko ( 20 s/d 35 th) 150 49,7 Jumlah 302 100,0

27

Dari Tabel 4.2 terlihat, umur ibu bersalin paling banyak berada pada usia berisiko untuk h amil ( <20 tahun dan > 35 tahun) yaitu sebanyak 152 orang (50,3%) sedangkan usia yang tidak berisiko untu k hamil (20 s/d 35 tahun) sebesar 150 orang (49,7%). c. Umur Kehamilan Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Umur Kehamilan Di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Tahun 2006

Umur Kehamilan n % Prematur ( < 3 7 minggu) 103 34,1 Normal / aterm ( > = 37 minggu) 199 65,9 Jumlah 302 100,0 Dari Tabel 4.3 terlihat, berdasarkan tingkat kematangan kehamilan, maka kehamilan yan g termasuk normal atau aterm sebesar 199 responden (65,9%). Sedangkan yang termasuk d alam kehamilan prematur ( < 37 minggu) sebesar 103 responden (34,1%).

d. Paritas Tabel 4.4 Distribusi Respo nden Menurut Status Paritas Di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Tahun 2006 Status Paritas n % Primipara (belum pernah melahirkan) 144 47,7 Multipara (sudah pernah melahirkan) 158 52,3 Jumlah 302 100,0

28

Dari Tabel 4.2 terlihat, sebanyak 158 orang ibu bersalin (52,3%) termasuk dalam ibu yang pernah melah irkan (multipara) sed an gkan 144 orang ibu bersalin (47,7%) yang belum pernah melahirkan (primipara).

e. Penyakit Penyerta Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Penyakit Penyerta Di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Tahun 2006 Penyakit Penyerta n % Mempunyai penyakit penyerta 147 48,7 Tidak mempunyai penyakit penyerta 155 51,3 Jumlah 302 100,0

Dari Tabel 4.5 terlihat, sebanyak 147 orang (48,7%) ibu bersalin mempunyai penyakit penyerta (misalnya hipertensi, DM, dan sebagainya) sedangkan 155 orang (51,3%) ibu bersalin tidak mempunyai penyakit penyerta.

4.2.2. Analisa Bivariat Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-fakto r yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung Tahun 2006 seperti tampak pada uraian b erikut.

29

a. Hubungan Umur Ibu Hamil dengan K ejadian BBLR Tabel 4.6 Hubungan Umur Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR Di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Tahun 2006

Kejadian BBLR Umur Ibu Hamil Ya Tidak Total


Berisiko (<20 th dan >35 th) 45 (29,6%) 107 (70,4%) 152 (100%) Tidak berisiko (2 0th 35 th) 23 (15,3%) 127 (84,7%) 150 (100%) Total 68 (22,5%) 234 (77,5%) 302 (100%)

p value

OR (95 % CI

0,005 2,322 (1,321-4,083)

Bila dilihat hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR ternyata ad a 127 (84,7%) responden mempunyai umur yang tid ak berisiko untuk hamil (20 s/d 35 tahun) yang melahirkan bayi yang tid ak BBLR. Sedangkan respoden yang mempunyai umur berisiko ( < 20 tahun dan > 35 tahun) dan terkena BBLR sebesar 45 responden (29,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,005 atau p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yan g bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR terhadap bayi yang dilahirkan. Analisis keeratan hubungan didapat d ari nilai OR = 2,322 (95% CI ; 1,3214,083) artinya ibu hamil yang berumu r < 20 th dan > 35 th mempunyai risiko mendapatkan bayi yan g BBLR dari anak yang dikandungnya sebesar 2,322 kali dib andingkan ibu hamil yang berumur antara 20 hingga 35 tahun.

30

b. Hubunga n Umur Kehamilan dengan Kejadian BBLR Tabel 4.7 Hubungan Umur Kehamilan dengan Keja dian BBLR Di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Tahun 2006 Umur Kehamilan
Prematur

Kejadian BBLR Ya Tidak

Total

p value

OR (95 % CI

(< 37 mgg ) 33 (32,0%) 70 (68,0%) 103 (100%)

0,007 2,209 (1,272-3,836)

Tidak prematur (>= 37 mgg) 35 (17,6%) 164 (82,4%) 199 (100%) Total 68 (22,5%) 234 (77,5%) 302 (100%)

Bila dilihat hubun gan antara umur kehamilan dengan kejadian BBLR tern yata ada 164 (82,4%) responden mempun yai u mur kehamilan yang normal ( >= 37 minggu) yang melahirkan bayi yang tidak BBLR. Sedangkan respoden yang mempunyai umur kehamilan yang kurang bulan/ prematur ( < 37 minggu ) dan terkena BBLR sebesar 33 (32,0%) responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,007 atau p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakn a antara umur kehamilan dengan kejadian BBLR terhadap bayi yang dilahirkan. Analisis keeratan hubungan didapat d ari nilai OR = 2,209 (95% CI ; 1,2723,836) artinya ibu hamil yang melahirkan bayi yang prematur ( < 37 m inggu) mempunyai risiko mend apatkan bayi yang BBLR dari anak yang dikandungnya sebesar 2,209 kali dibandingkan ibu hamil yang melahirkan bayi tidak prematur (>= 37 minggu).

31

c. Hubungan antara Status Paritas dengan Kejadian BBLR Tabel 4.8 Hubungan Status Parita s dengan Kejadian BBLR Di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Tahun 2006 Status Paritas Kejadian BBLR Ya Tidak Total p value OR (95% CI

Primipara 31 (21,5%) 113 (78,5%) 144 (100%) Multipara 37 (23,4%) 121 (76,6%) 158 (100%) Total 68 (22,5%) 234 (77,5%) 302 (100%)

0,799 0 ,897 (0,522-1,542)

Bila dilihat hubungan antara status paritas ibu dengan kejadian BBLR tern yata ada 121 (76,6%) responden mempunyai status paritas multip ara (sudah pernah melahirkan) yang melahirkan bayi yang tid ak BBLR. Sedangkan respoden yang mempunyai status paritas primipara (belum pernah melahirkan) dan melahirkan bayi yang BBLR sebesar 31 (21,5%) responden. Hasil u ji statistik diperoleh nilai p=0,799 atau p>0,05 maka dapat d isimpulkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara status paritas ibu bersalin den gan kejadian BBLR terhadap bayi yang dilah irkan.

d. Hubunga n antara Penyakit Penyerta Ibu dengan Kejadian BBLR Tabel 4.9 Hubungan Penyakit Penyerta dengan Kejadian BBLR Di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Tahun 2006 Penyakit Penyerta Kejadian BBLR Ya Tidak Total p value OR (95 % CI

Ada p enyakit p enyerta 33 (22,4%) 114 (77,6%) 147 (100%) Tidak ada penyakit penyerta 35 (22,6%) 120 (77,4%) 155 (100%) Total 68 (22,5%) 234 (77,5%) 302 (100%)

1,000 0,992 (0,578-1,704)

32

Bila dilihat hubungan antara penyakit penyerta ibu dengan kejadian BBLR ternyata ada 120 (77,4%) responden yang tidak mempunyai penyakit pen yerta (misalnya DM atau Hipertensi) yang melahirkan bayi yan g tidak BBLR. Sedan gkan respoden yang mempunyai penyakit pen yerta dan melahirkan bayi BBLR sebesar 33 (22,4%) responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,000 atau p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit penyerta ibu bersalin dengan kejadian BBLR terhadap bayi yang dilahirkan.

4.3 Pembahasan

4.3.1. Ke terbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder, artinya data yang dikumpulkan, dio lah dan dianalisis merupakan data yang berasal dari suatu su mber data, artinya bukan langsung didapatkan oleh peneliti sendiri dari responden yang diteliti sehingga keakuratan data sangat tergantung dari sumber data, dalam hal ini adalah bagian rekam medis RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung. Penelitian ini mengu kur variabel terikat (kejadian BBLR p ada bayi yang dilahirkan) dan variabel bebas yang jumlahnya terbatas yaitu 4 variabel (umur ibu, umur kehamilan , status paritas, dan penyakit penyerta ibu), sebetulnya secara teori banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR, hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan yang ada baik dari segi waktu, biaya, tenaga dan ruan g lingkup penelitian.

33

Data penelitian diperoleh dari catatan med is yang telah diisi oleh penulis yang jawabannya sangat subyektif karena berdasarkan apa yang ada dalam catatan medis yang didapatkan. Bila dilihat dari pemilihan lo kasi, yakni wilayah kerja Rumah Sakit Urip Sumoharjo, dan pengumpulan data yang dilakukan secara terbatas, diakui bahwa hasil penelitian ini terbatas pada pasien Rumah Sakit Urip Sumoh arjo Kota Bandar Lampung saja dan tidak dapat dipakai un tuk inferensi ke wilayah yang lebih luas.

4.3.2. Pembahasan Hasil Penelitian a. Kejadian BBLR Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa bayi yang lahir di RS Urip Sumoharjo pada tahun 2006 dengan BBLR sebanyak 68 orang (22,5%) dari seluruh kelahiran. Hasil tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan perkiraan WHO, bahwa 17% dari 25 juta kehamilan per tahun adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkemban g, sedangkan menurut perkiraan kejadian BBLR d i Indonesia pada tahun 2005 sebesar 13,4% (Liesmayani, 2002). Hal ini dapat terjadi dikarenakan RS Urip Sumoharjo merupakan salah satu RS di Kota Bandar Lampung yang menjadi tempat rujukan untuk pen anganan persalinan dengan risiko, sehingga persentase kelahiran BBLR di RS tersebut cukup tinggi. Akibat yang ditimbulkan oleh bayi dengan BBLR selain kematian juga d apat menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya ad alah kerusakan bernafas, pneumonia, dan perdarahan intraventrikuler bayi (Manuaba, 1998).

34

b. H ubungan a ntara Umur Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur ibu hamil d engan kejadian BBLR (p value = 0,005). Hasil in i sesuai dengan teori bahwa masa kehamilan merupakan masa yang rawan bagi seorang ibu, sehingga diperlukan kesiapan yan g matang un tuk men ghadapinya termasuk kecukupan umur ibu. Umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tu a (leb ih dari 35 tahun) cenderung meningkatkan freku ensi komplikasi selama kehamilan dan persalinan . Hasil penelitian terhadap 632 ibu hamil diperoleh kejadian BBLR pada ibu hamil yang berusia 10-19 tahun dan 36-45 tahun menunjukkan kejadian BBLR yang tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain (Manuab a, 1998). Hal ini sejalan den gan penelitian yang d ilakukan o leh Hanifa (2004) yang melakukan penelitian mengenai BBLR di RS Koja - Jakarta Utara yang mend apatkan hasil ada hubun gan yang bermakna antara umur ibu hamil dengan kejadian BBLR.

c. Hubungan antara Umur Kehamilan dengan Kejadian BBLR Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara u mur kehamilan dengan kejadian BBLR (p value = 0,007). Hasil in i sesuai dengan teori b ahwa pada masa trimester I kehamilan, kebutuhan zat besi lebih rendah dari sebelum hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi yang ditransfer kepada janin masih rendah. Pada waktu mu lai menginjak trimester II, terd apat peningkatan volume plasma darah yang lebih besar dibandingkan pertambahan masa sel darah merah sampai p ada trimester III sehingg a terjadi anemia yang bersifat

35

fisiologis. Apabila terjadi anemia maka kemungkinan besar bayi yang dikandungnya akan terjadi BBLR (Suwandono, 1995). Menurut penelitian Liesmayan i (2002), bayi dengan BBLR sebagian besar (86%) dilahirkan oleh ibu dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Sehingga umur kehamilan yang kurang dapat menyebabkan makin kecil bayi yang d ilahirkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan organ bayi belum sempurna. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Hanifa (2004) yang melakukan penelitian di RS Koja - Jakarta Utara men genai BBLR yang mendapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara umur kehamilan dengan kejadian BBLR.

d. H ubungan a ntara Status Paritas dengan Kejadia n BBLR Hasil penelitian menunjukkan bahwa status paritas tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian BBLR. Dalam uji statistik terlihat bahwa nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,799. Paritas adalah faktor penting dalam menentu kan nasib ibu dan janin selama kehamilan maupun melahirkan. Hal ini dikarenakan fungsi organ pada kahamilan mu ltipara lebih siap d alam menjaga kehamilan dan menerima kah adiran janin dalam kandungan. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Hanifa (2004) di RS Ko ja Jakarta Utara yang mangatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status paritas dengan kejadian BBLR.

36

e. Hubungan antara Penyakit Penyerta dengan K ejadian BBLR Hasil penelitian menunjukkan bah wa penyakit penyerta yang diderita ibu hamil tid ak ada hubungan yang bermakna den gan kejadian BBLR. Dalam uji statistik terlihat bahwa nilai p > 0,05 yaitu sebesar 1,000. Hal ini dimungkinkan karen a data penyakit penyerta dalam catatan medis tidak bisa diketahui dengan jelas kapan penyakit tersebut ada, apakah pada saat kehamilan yang sek aran g ataukah pada riwayat kehamilan sebelumnya. Misalnya ibu dengan penyakit penyerta trauma fisik dan psikologis yan g berhubungan den gan kehamilan tidak dapat diu kur tingkat keparahan penyakitnya tanpa kita tahu keadaan sebenarnya. Karena apabila dilihat dari catatan med is sangat minim sekali informasi yang did apatkan. Sehingga pada akhirnya mempengaruh i hasil penelitian ini yang terloihat bahwa tidak ada hubungan antara penyakit penyerta dan BBLR. Walupun menu rut Manuaba (1998) penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan an tepartum, trauma fisik dan p sikologis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum, dan nefritis akut akan berhubungan dengan kejadian BBLR.. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Hanifa (2004) di RS Ko ja Jakarta Utara yan g mangatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penyakit penyerta den gan kejadian BBLR.

37

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpula n

Dari hasil uraian pada bab terdahulu mengenai faktor-fakto r yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung tahun 2006 dapat disimpu lkan hal-hal sebagai berikut : 1. Kejadian BBLR d i R SUS tahun 2006 adalah sebesar 22,5%. 2. Proporsi umur ibu yang bersalin sebagian besar < 20 tahun d an > 35 tahun sebanyak 50,3%. 3. Proporsi umur kehamilan sebagian besar berumur >= 37 minggu sebanyak 65,9%. 4. Proporsi status paritas sebagian b esar multipara seban yak 52,3%. 5. Proporsi status penyakit penyerta sebagian besar tidak mempunyai penyakit penyerta sebanyak 51,3%. 6. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian BBLR ( value =0 ,005) . 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara u mur kehamilan dengan kejadian BBLR ( p value =0,007). p

38

8. Tidak terd apat hubungan yang bermakna antara status p aritas d engan kejadian BBLR ( p value =0,799). 9. Tidak terdapat hubungan yang bermakn a antara penyakit penyerta ibu hamil dengan kejadian BBLR ( p value =1,000).

5.2. Saran a. Untuk Institusi 1. Supaya RS Urip Sumoharjo lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya kepada pasien dengan risiko tinggi melah irkan bayi BBLR. 2. Penyuluhan mengen ai BBLR lebih ditingkatkan lagi kep ada masyarakat/ pasien khususnya kepada ibu h amil dan WUS. 3. Supaya Dinas Kesehatan lebih meningkatkan lagi cakupan program keseh atan keluarga b aik secara lintas sektor maupun lintas program sehingga kejadian BBLR dapat diminimalisir yang pada akhirnya AKB dapat ditu runkan.

b. Untuk Masyara kat/ Ibu Hamil Agar melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) sedini mungkin di sarana pelayanan kesehatan sehingga ibu hamil mendapatkan berbagai pelayanan dan informasi yang berman faat khususnya kepada ibu d an bayi yang dikandu ngnya sehingga mendapatkan ibu dan bayi yang sehat.

39

c. Untuk Penelitian Selanjutny a Supaya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai BBLR dan beberapa faktor yang berhubungan di masa mendatang, agar dapat diketahui penyebab BBLR sehingga pencegahan dan penanggulangannya d apat dilakukan lebih efektif dalam usaha menurunkan AKB.

Anda mungkin juga menyukai