Anda di halaman 1dari 4

POKOK-POKOK PERUBAHAN UU NO.

36 TAHUN 2008 TENTANG PPH


1. Penurunan tarif PPh: a. Penurunan tarif PPh Umum (pasal 17) Penurunan tarif PPh dimaksudkan: Menyesuaikan dengan tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga yang relatif lebih rendah. Sebagai gambaran tarif PPh Badan di Malaysia adalah 20% untuk RM 500.000 pertama dan 27% untuk diatas RM 500.000, sedangkan tarif PPh Badan di Singapura mulai tahun 2008 menjadi 18%. Meningkatkan daya saing dalam negeri. Mengurangi beban pajak. Meningkatkan kepatuhan WP. Tarif Lama PPh Orang Pribadi s.d. 25.000.000 5% > 25.000.000 s.d. 10% 50.000.000 > 50.000.000 s.d. 15% 100.000.000 > 100.000.000 s.d. 25% 200.000.000 > 200.000.000 35% Tarif Lama PPh Badan s.d. 50.000.000 > 50.000.000 100.000.000 > 100.000.000 10% 15% 30% Tarif Baru PPh Orang Pribadi s.d. 50.000.000 5% > 50.000.000 s.d. 15% 250.000.000 > 250.000.000 s.d. 25% 500.000.000 > 500.000.000 30%

s.d.

Tarif Baru PPh Badan Per-1 Januari 2009 Per-1 Januari 2010

28% 25%

Penerapan tarif tunggal untuk PPh Badan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan prinsip kesederhanaan dan internasional best practices . Untuk WP Masuk Bursa yang minimal 40% sahamnya dimiliki oleh publik mendapat fasilitas dengan tarif PPh Badan 5% lebih rendah dari tarif yang berlaku umum (UU PPh pasal 17 ayat 2b). Insentif bagi WP Masuk Bursa ini dimaksudkan untuk mendorong lebih banyak lagi perusahaan masuk bursa sehingga akan meningkatkan good corporate governance dan mendorong berkembangnya pasar modal sebagai alternatif pembiayaan. b. Bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan Omset setahun di bawah Rp 50 Milyar diberikan insentif pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang berlaku terhadap bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.8 Milyar. Pemberian insentif ini dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang pada kenyataannya memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia (UU PPh pasal 31E). Contoh hitungan: Omset PT. X selama tahun 2009 adalah Rp 30 Milyar dan setelah dihitung ternyata Penghasilan Kena Pajaknya Rp 3 Milyar. Jumlah Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas adalah: = (4.8 Milyar / 30 Milyar) x 3 Milyar = 480.000.000 Jumlah penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas adalah: = 3 Milyar 480 Juta = 2.520.000.000.
Hal 1 / 4

Maka PPh terutang adalah: 50% x 28% x 480.000.000 = 67.200.000 28% x 2.520.000.000 = 705.600.000 Jumlah PPh terutang =772.800.000 c. Menaikkan batasan kewajiban menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dari Omset minimal Rp 1.8 Milyar menjadi minimal Rp 4.8 Milyar. Jika Omsetnya kurang dari Rp 4.8 Milyar, maka Wajib Pajak Orang Pribadi tersebut boleh memilih apakah mau melakukan pembukuan atau pencatatan. Jika memilih untuk melakukan pencatatan, maka perhitungan penghasilan netonya menggunakan persentase norma yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak (UU PPh pasal 14). d. Bagi Wajib Pajak pemberi jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan: Dikenakan tarif 2% dari Penghasilan Bruto. Sebelumnya dikenakan tarif 15% x 30% x Penghasilan Bruto. e. Bagi Wajib Pajak yang menerima penghasilan sehubungan dengan sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta, kecuali sewa yang dikenakan PPh pasal 4 ayat (2) untuk tanah dan bangunan: Dikenakan tarif 2% dari Penghasilan Bruto. Sebelumnya dikenakan tarif 15% x 10% x Penghasilan Bruto untuk sewa angkutan darat dan dikenakan tarif 15% x 30% x Penghasilan Bruto untuk sewa harta lain. f. Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final. Pembagian dividen ini sebelumnya dikenakan 15% baik bagi Wajib Pajak Badan ataupun bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. 2. Kewajiban Memiliki NPWP a. Pemotongan/Pemungutan Tarif Lebih Tinggi Bagi WP yang tidak memiliki NPWP Untuk PPh pasal 21 pemotongan 20% lebih tinggi dari tarif normal. PPh pasal 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan. Contoh hitungan: Penghasilan Kena Pajak Tn. A setahun adalah Rp 50.000.000 Jika Tn. A memiliki NPWP, Pajak yang dipotong adalah 5% x 50 jt = 2.500.000 Jika Tn. A tidak memiliki NPWP, maka Pajak yg dipotong adalah 2.500.000 + 20% = 3.000.000 Untuk PPh pasal 22 pemungutan 100% lebih tinggi dari tarif normal. PPh pasal 22 adalah pemungutan pajak atas kegiatan penjualan barang ke instansi pemerintah, impor barang, dan pembelian barang sangat mewah. Contoh hitungan: Tn. B menjual barang ke Dept. Keuangan senilai Rp 10.000.000 Jika Tn. B memiliki NPWP, Pajak yang dipungut 1.5% x 10 juta = 150.000 Jika Tn. B tidak memiliki NPWP, Pajak yang dipungut 150.000 + 100% = 300.000
Hal 2 / 4

Untuk PPh pasal 23 pemotongan 100% lebih tinggi dari tarif normal. PPh pasal 23 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan modal, sewa (kecuali sewa tanah dan bangunan), dan jasa. Contoh hitungan: PT. C memberikan jasa pengeboran dengan nilai jasa Rp 100.000.000 Jika PT. C memiliki NPWP, Pajak yang dipotong 4.5% x 100 juta = 4.500.000 Jika PT. C tidak memiliki NPWP, Pajak yang dipotong 4.5 juta + 100% = 9.000.000 Pengenaan tarif yang lebih tinggi bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dengan tujuan untuk mendorong Wajib Pajak yang sudah wajib memiliki NPWP untuk segera mendaftarkan dan memiliki NPWP. b. Mulai tahun 2009, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki NPWP yang akan bebergian ke luar negeri dibebaskan pengenaan Fiskal Luar Negeri. Sehingga bagi Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki NPWP dan sudah berumur 21 tahun ke atas yang akan bepergian ke Luar Negeri diharuskan membayar Fiskal Luar Negeri. c. Mulai tahun 2011, diharapkan seluruh masyarakat yang diwajibkan memiliki NPWP sudah memiliki NPWP, sehingga kewajiban pembayaran Fiskal Luar Negeri mulai dihapuskan total. 3. Penghasilan Tidak Kena Pajak, UU PPh yang baru pasal 7 mengharuskan bahwa penetapan besarnya PTKP harus dikonsultasikan kepada DPR. 13.200.000 1.200.000 13.200.000 1.200.000 15.840.000 1.320.000 15.840.000 1.320.000 Untuk WP Orang Pribadi Sendiri per-tahun Untuk WP Kawin Tambahan seorang istri bekerja Tambahan setiap anggota keluarga sedarah, semenda, dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yg ditanggung penuh. Maksimal 3 orang.

4. Perluasan Objek PPh (UU PPh pasal 4 ayat 1): a. Penegasan secara spesifik sebagai objek pajak dari usaha yang berbasis syariah. b. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan c. Surplus Bank Indonesia dikenakan PPh. 5. Perluasan Objek PPh pasal 4 ayat (2) Bersifat Final: a. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi b. Penghasilan berupa hadiah undian. 6. Perluasan Objek PPh pasal 22: a. Wajib Pajak yang membeli barang yang tergolong sangat mewah dipungut PPh pasal 22 yang ketentuannya akan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. b. Masuk kategori barang sangat mewah adalah apartemen mewah, kondominium mewah, kendaraan mewah, kapal pesiar, dan pesawat terbang, yang lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Hal 3 / 4

c. Tujuan pengenaan PPh pasal 22 ini adalah untuk mengantisipasi kemungkinan adanya PPh yang belum dibayar karena pembelian barang yang tergolong sangat mewah mencerminkan potensi kemampuan ekonomis yang sangat besar. 7. Perluasan Objek PPh pasal 26: a. Keuntungan karena pembebasan utang. b. Penegasan sbg objek PPh pasal 26 adalah premi SWAP dan transaksi lindung nilai. 8. Tambahan/Penegasan Untuk Bukan Objek PPh a. Dividen yang diterima Perseroan kepemilikan sahamnya minimal 25%. Terbatas, BUMN dan BUMD dengan

Dalam UU PPh yang baru tidak lagi ada syarat bahwa Perseroan Terbatas, BUMN, atau BUMD tersebut harus memiliki usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut. b. Berbagai macam bentuk SHU koperasi tidak dikenakan Pajak. c. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. d. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya. e. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 9. Perluasan Biaya Yang Dapat Dijadikan Pengurang (Deductible Expense) Dimaksudkan untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat yang secara nyata ikut berpartisipasi dalam kepentingan sosial. Perluasan tersebut meliputi: a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional. b. Biaya dalam rangka membangun infrastruktur sosial. c. Sumbangan dalam rangka membangun fasililitas pendidikan, penelitian, dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia. d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga dan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia. Cadangan yg dapat diakui sebagai biaya menurut UU PPh yang baru adalah: a. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang. b. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial. c. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan. d. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan. e. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan. f. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri.

Hal 4 / 4

Anda mungkin juga menyukai