Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status kesehatan individu, keluarga dan masyarakat bersifat multifaktorial karena merupakan hasil interaksi berbagai faktor determinan, baik faktor internal (faktor fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (lingkungan fisik, lingkungan sosial, politik, ekonomi, sosial, budaya masyarakat, pendidikan). Karena sifat derajat kesehatan yang multifaktorial tersebut, maka setiap kegiatan yang ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat perlu memperhatikan aspek faktor determinan kesehatan tersebut. Selain itu setiap upaya atau kegiatan kesehatan tersebut perlu dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi aktif stakeholders dan seluruh potensi masyarakat Hal ini bukan berarti semua stakeholder harus mempunyai program-program kesehatan, namun hendaknya dalam setiap kebijakan program sektor non kesehatan juga memperhatikan dan mempertimbangkan kemungkinan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Masalah-masalah perkotaan, seperti kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, perumahan dan pelayanan masyarakat yang kurang layak, kriminal, kekerasan dan penggunaan obat-obat terlarang menjadi masalah yang digeluti oleh masyarakat perkotaan. Melihat perkembangan fakta tersebut, lingkungan fisik, sosial dan budaya perkotaan berada pada situasi yang rawan. Apabila kecenderungan tersebut tidak dikendalikan, maka ketahanan daya dukung daerah perkotaan akan lemah. Pendekatan kota sehat pertama kali di kembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an sebagai strategi menyonsong ottawa Charter, yang menekankan kesehatan untuk semua yang dapat dicapai dan langgeng, jika semua aspek sosial, ekonomi lingkungan dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu konsep kota sehat tidak hanya memfokuskan kepada pelayanan kesehatan semata, tetapi lebih kepada aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani maupun rohani.

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

Lingkungan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia. Lingkungan, baik secara fisik maupun biologis, sangat berperan dalam proses terjadinya gangguan kesehatan masyarakat. Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan halaman dan area sekitarnya yang menggunakan sebagai tempat tinggal dan sarana binaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992 ). Sedangkan rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan keluarga sehat secara fisik, mental, dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu : 1. Pengertian kota sehat dan stekholder ? 2. Faktor-faktor penentu kota sehat ? 3. Peranan stakholder dalam peningkatan kota sehat ? C. Tujuan Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu tercapainya kota sehat adalah tercapainya kondisi kota untuk hidup dengan aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kwalitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktifitas dan perekonomian budaya.

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian kota sehat dan stakholder Kota sehat di Indonesia di rencanakan oleh Mentri Dalam Negeri pada tanggal 26 okteber 1998. Sejak itu telah tercatat 51 kota mengupayakan menyelenggarakan kota sehat, dengan melibatkan para pihak (stakeholders), antara Depertenen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Depertenen Energi dan Sumber Daya Mineral, Depertemen Pendidikan Nasional, Depertemen Kebudayaan dan Para wisata, Menteri Negara Lingkungan Hidup/Bapeda, dan Depertemen perhubungan dan telekomunikasi. Pengertian secara umun kota sehat adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya kwalitas lingkungan fisik, sosial, budaya dan produktivitas, serta perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan wilayah perkotaan. Konsep kota sehat merupakan pola pendekatan untuk menjadi kondisi kota atau kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kwalitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian wilayah (atau lebih bertujuan kepada good governance) kota sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat. Stakholder adalah orang-orang dan atau badan yang berkepentingan atau terlibat dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan. Stakholder terbagi atas tiga yaitu: 1. Stakholder utama merupakan stakholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan program dan proyek 2. Stakholder sekunder merupakan tidak mempunyai kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan program, dan proyek. Tetapi memiliki

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

kepedulian (conceren) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah 3. Stakholder kunci merupakan stakholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam pengambilan keputusan seperti melahirkan kebijakan berupa perda. B. Faktor-faktor penentu kota sehat Pengembangan Kota Sehat merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Dalam konsep pengembangan Kota Sehat ditekankan pada tatanan kawasan yang dapat dicapai dan harmonis jika semua aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu konsep Kota Sehat tidak hanya memfokuskan kepada pelayanan kesehatan pada kondisi sehat dan masalah sakit saja, namun lebih ditekankan pada suatu pendekatan kepada masyarakat yang lebih mengutamakan aspek yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani, rohani, maupun sosial. Adapun bentuk dari Kabupaten/Kota Sehat adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana umum : penanggung jawab teknis Dinas PU. 2. Kawasan sarana lalu lintas yang tertib dan Pelayanan Transportasi : penanggung jawab Dinas Perhubungan. 3. Kawasan Pertambangan sehat : penanggung jawab Pertambangan. 4. Kawasan Hutan sehat : penanggung jawab Dinas Kehutanan. 5. Kawasan Industri dan Perkantoran sehat : penanggung jawab Dinas Koperindag. 6. Kawasan Pariwisata sehat : penanggung jawab Kantor Pariwisata. 7. Ketahanan Pangan dan Gizi : Penanggung Jawab Dinas Pertanian 8. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri : penanggung jawab Dinas Kesehatan. 9. Kehidupan sosial Yang sehat : penanggung jawab Dinas Pemberdayaan Masyarakat.

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

Di Indonesia, kota dan kabupaten yang memenuhi klasifikasi sebagai kota/kabupaten sehat akan dianugerahi penghargaan Swasti Saba, yang diberikan setiap 2 tahun sekali kepada Walikota atau Bupatinya, tepatnya pada bulan November pada Hari Kesehatan Nasional. Klasifikasi tersebut meliputi: 1. Pemantapan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Padepa. 2. Pembinaan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Wiwerda. 3. Pengembangan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Wistara. Klasifikasi ini ditentukan terlebih dahulu oleh kota atau kabupaten yang bersangkutan sesuai potensi yang dimiliki dalam bentuk seberapa besar jumlah tatanan yang dipilih. Hal ini sudah tercantum semua dalam Permenkes di atas. Adapun kriteria tatanan yang dimaksud meliputi: 1. Kegiatan dalam tatanan. 2. Berfungsinya penyelenggaraan forum, lembaga atau apapun namanya di masyarakat yang bisa menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dan dimana masyarakat bisa ikut berpartisipasi. 3. Berfungsinya Tim Pembina Kabupaten atau Kota, dalam hal ini diketuai oleh Kepala Bappeda yang beranggotakan sejumlah instansi terkait. 4. Dukungan kebijakan pemerintah kabupaten atau kota. Indonesia sendiri sudah memulai pencanangan kota sehat ini sejak tahun 1998 yang dimulai dari 6 kota dan kabupaten sebagai Pilot Project Kota Sehat, dan kemudian mengembangkan beberapa klasifikasi tatanan kabupaten dan kota sehat menjadi: 1. Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum 2. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi 3. Kawasan Pertambangan Sehat 4. Kawasan Hutan Sehat 5. Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat 6. Kawasan Pariwisata Sehat 7. Ketahanan Pangan dan Gizi

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

8. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri 9. Kehidupan Sosial yang Sehat Dengan tetap memperhatikan 8 Indikator Pokok yang harus dipenuhi oleh Kota dan Kabupaten yang ingin mendapatkan gelar Kota atau Kabupaten Sehat, yaitu: 1. Wajib Belajar 9 Tahun 2. Angka Melek Huruf yang Meningkat 3. Pendapatan Perkapita Domestik yang meningkat 4. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup yang menurun 5. Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup yang menurun 6. Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 kelahiran hidup yang menurun 7. Adanya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) 8. Program Dana Sehat dan Jaminan Sosial Nasional bagi Masyarakat Miskin C. Peranan stakholder dalam peningkatan kota sehat Kebijakan Pemerintah Penerapan kegiatan didasarkan kepada pendekatan kota sehat dimasingmasing wilayah atas dasar adanya permasalahan spesifik yang disusun berdasarkan skala prioritas untuk dipecahkan dan diselesaikan bersama-sama oleh seluruh masyarakat di wilayah tersebut, dan apabila diperlukan difasilitasi oleh pemerintah setempat. Pendekatan Kota Sehat di mulai dari beberapa kecematan, sedangkan pendekatan Kabupaten Sehat dimulai dari beberapa desa, sedangkan kawasan dimulai dari beberapa kawasan terbatas dan diharapkan berkembang secara terus menerus dan dinamis sehingga meliputi seluruh daerah perkotaan dan daerah kabupaten, yang kemudian yang dapat mendorong kota-kota lain untuk meniru dan mengembangkannya. Kegiatan kota sehat spenuhnya dibiayai dan dilaksanakan oleh daerah yang bersangkutan dan masyarakat dengan menggunakan mekanisme pendekatan kota sehat, yaitu dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

mengutamakan prinsipoleh dan untuk masyarakat pendekatan kegiatan kota sehat melibatkan peran aktif masyarakat dalam seluruh proses penyelenggaraan pembandingan diberdayakan masyarakat. Pemerintah berperan menyusun kebijakan, strategi, dan pedoman umum. Sektor-sektor di propinsi berperan di dalam mengembanagan petunjuk tekhnis dan serta yang sesuai dengan daerah. Pelaksanaan kegiatan diserahkan oleh pemerinta daerah kepada masyarakat melalui Forum dan Kelompok Kerja (POKJA) sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat di kota tersebut Kegiatan kota sehat pada awalnya difasilitasi oleh Pemerintah Daerah, dimulai Pembentukan Forumkota Sehat, selanjutnya Forum tersebut membentuk Pokja Kota Sehat berdasarkan kebuthan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan. Sedangkan pelaksanaan evaluasi kegiatan kota sehat dilakukan oleh Forum dan Pokja Kota Sehat bersama-sama Pemerintah Daerah, LSM, Perguruan Tinggi, Media Massa selaku pelaku pembangunan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial secara terus menerus dengan memberdayakan masyarakat perkotaan, diharapkan dapat menciptakan kondisi yang mengarah kepada pencapaian kota idaman atau kota sehat yang memberikan keamanan, kegiatan kehidupannya. Contoh program Peranan stekholder dalam peningkatan kota sehat yaitu : Penyakit yang dapat dicegah imunisasi (pd3I) PD3I adalah salah satu program nasional yang indikator keberhasilanya tergantung dari kabupaten/kota untukmenggerahkan desa-desanya agar dapat mencapai UCI (universitas vhild immunization) yaitu cakupan immunisasi harus mencapai diatas 80% dari seluruh sasaran populasinya. kenyamanan, ketentraman, dan kesehatan bagi masyarakat perkotaan dalam menjalankan didaerah, sehingga seluruh potensi masyarakat dapat secara optimal dalam rangka meningkatkan kualitas hidup

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

Penyakit yang dapat dicegah tersebut adalah TBC, Tetanus, Diptheri, Pertusis, Polio, Campak, dan hepatitis B, penyakit ini disamping dapat menimbulkan kematia, kesakitan juga kecacatan, bahkan apabila tidak diatasi secara maksimal dapat menular dan mengakibatakan kejadian luar bias (KLB). Ada beberapa stekholder yang dapat berperan dalam PD3I anatara lain : a. Dinas kesehatan, membuat dan menetapakan kebijakan tentang pemberian imunisasi, penyebarluasan informasi (misal promosi kesehatan melalui iklan/poster tentang program inmunisasi massal), pembinaan dan pengawasan pelaksanaan imunisasi, penyediaan vaksin serta alat suntik. b. Dinas pendidikan memberikan program imunisasi pada sekolah dasar c. Puskesmas membuat progaram pengontrolan pemberian imunisai kepada masyarakat, pembinaan kader posyandu, pendistribuan vaksin serta alat suntik bagi posyandu, serta pengawasan pelaksanaan kegiatan imunisai posyandu d. Posyandu membuat program pemberian imunisasi dasar secara berkala kepada bayi dan balita serta membuat program penyuluhan imunisasi kepada ibu, remaja maupun masyarakat. e. Kelurahan bekerjasama dengan RW mengdakan program posyandu f. Kader kesehatan, memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi sehingga diharapkan masyarakat bersedia mengikuti imunisasi g. Keluarga, mengikutsertakan anggota keluarganya dalam kegiatan imunisasi.

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dalam pembuatan makalah ini yaitu : 1. Untuk mengukur kemajuan kegiatan kota sehat, dibutuhkan indikator yang jelas sehingga semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah dilakukan, dan menjadi tolak ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya. Setiap daerah dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing untuk memenuhi indikator tersebut. 2. Memperhatikan konsepsi gerkan kota sehat tersebut, tanpak bahwa gerkan kota sehat merupakan kota sehat multi stakeholders, dimana sektor kebuthan (pemerintah dan suwasta) yang merupakan bagian dari stkeholders dapat ikut aktif/berpartisipasi sesuai dengan bidang tugasnya.

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

3. Partisipasi tersebut dalam tahap awal dapat berupa upaya untuk mempromosikan/menginformasikan kegiatan-kegian yang telah dan akan dilakukan, yang dapat menunjang gerakan kota sehat, serta menselaraskan kegiatan dengan sektor lain yang secara bersma-sama dapat meujudkan kota sehat. B. Saran Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan, maka kami membutuhkan kritikan dan saran dari semua pihak baik dari teman-teman selaku mahasiswa maupun dosen selaku pembimbing mata kuliah kesehatan lingkungan pemukiman guna untuk pembuatan makalah selanjutnya. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Kesehatan Lingkungan Pemukiman 9

Anda mungkin juga menyukai