Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MPE SULISTIYANA 1411201201

ENERGI FOSIL ATAU ENERGI NUKLIR????

Pertumbuhan kebutuhan energi di dunia tumbuh dengan cukup pesat seiring dengan mulai dikenalkannya listrik terhadap masyarakat. Energi ini banyak digunakan untuk menopang kegiatan di perindustrian. Namun, selama ini masih terjadi permasalahan tersendiri terkait dengan bagaimana cara produksi listrik yang efektif dan efisien karena pada akhirnya pembakaran energi fosil menimbulkan pencemaran udara (PLTU batubara). Energi fosil jumlahnya sangat terbatas, pencemarannya ke lingkungan sudah sangat mengkhawatirkan pada saat ini. Salah satu kajian yang sangat penting untuk menganalisa keuntungan dan kerugian dari PLTU batubara ini adalah tentang efisiensi karena masalah efisiensi sangat terkait dengan ekonomi dan lingkungan. Maksud dari efisiensi di sini adalah efisiensi daya, di mana di dalam artikel ini dilakukan perhitungan efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) konvensional. Jenis PLTU yang diambil adalah yang berdaya besar dengan bahan bakar energi primer berupa non nuklir, khususnya batubara. PLTU batubara di Indonesia yang pertama kali dibangun adalah di Suralaya pada tahun1984 dengan kapasitas terpasang 4 x 400 MW. Sekarang PLTU Suralaya mempunyai 5-7 unit pembangkit dengan kapasitas total 3400 MW dan kebutuhan batubara 10,23 juta ton per tahun. Contoh perhitungan kasar efisiensi PLTU Suralaya:

Kapasitas per hari (panas yang diubah menjadi listrik) = 3.400 MW Batubara yang digunakan berjenis bituminous yang mempunyai heating value 7555,3 kkal/kg Kebutuhan batu bara = 10,23 x 106 x 355 = 28.816,90 ton/hari =

28.816,90x10 6 kg = 1.200.704 kg/jam 24 jam


4200 j/kkal 3600 detik/jam

Panas yang dihasilkan dari batubara = 1.200.704 kg/jam x 7555,3 kkal/kg = 9.071.678.931 kkal/jam x

= 10.583.362.542 j/detik = 10.583.362.542 Watt x 10-6 Mwatt/Watt = 10.583,62 MW Panas yang diperlukan untuk mengubah batubara menjadi listrik adalah 210 kg batubara/ton steam Panas yang diperlukan = 210 kg/ton x 1.200.704 kg/jam x 7555,3 kkal/kg = 210 kg/ton x 1,200701 ton/jam x 7555,3 kkal/kg = 1.905.052,576 kkal/jam x

4200 j/kkal 3600 detik/jam

= 2.222.561,338 joule/detik = 2.222.561,338 Watt x 10-6 MWatt/Watt = 2,22256 MWatt

% Efisiensi =

panas yang dihasilkan - listrik yang diperlukan x100 % panas batubara

3400 MWatt - 2,22256 MWatt x100 % 10.583,62 MWatt

= 32,104 % Dari perhitungan diatas diketahui bahwa efisiensi PLTU suralaya tersebut adalah 32,104%. Secara umum efisiensi dari PLTU adalah sekitar 35%, sehingga sisanya sebesar 65% terbuang sebagai polusi (Suyamto, 2009). Semakin kecil efisiensi batubara semankin besar polutan yang dihasilkan. Oleh sebab itu saat ini sedang dicari energi alternatif yang jumlahnya melimpah di alam tetapi bersih terhadap lingkungan. Salah satu produksi energi alternatif yang ditawarkan yaitu SPUN (Sistem Pembangkit Uap Nuklir) yang dimiliki oleh PLTN. Hampir semua energi listrik yang dibangkitkan dalam skala besar di dunia ini dihasilkan melalui siklus uap. Uap dihasilkan dari pemanasan air di dalam boiler yang selanjutnya dipakai untuk memutar turbin generator sehingga dihasilkan listrik. Dalam pembangkit konvensional (non nuklir) diperoleh dengan membakar bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batu bara. Sistem pembangkit nuklir mempunyai kesamaan dengan prinsip tersebut, bahkan sistem turbin generatornya juga sangat dimungkinkan sama, baik jenis maupun ukurannya. Perbedaannya adalah sumber energi panas dihasilkan dari reaksi fisi bahan bakar nuklir di dalam reaktor (Hastowo, 1988). Reaksi fisi adalah reaksi pemecahan inti atom. Dengan memecah atom, akan diperoleh energi yang cukup besar. Biasanya digunakan bahan uranium dan plutonium untuk reaksi fisi ini. Dalam sistem ini, PLTN mampu menghasilkan dua energi sekaligus yaitu energi listrik dan hidrogen. Dalam pemanfaatannya energi yang dihasilkan dari PLTN memiliki keunggulan, antara lain: Energi Bersih: PLTN ramah lingkungan karena mampu mengurangi emisi CO2 yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil sehingga PLTN adalah solusi energi dalam mencegah pemanasan global. Menjamin ketersediaan energi; Meningkatnya permintaan energi listrik sebesar 7,1% pertahun, ditambah lagi dengan krisis listrik yang terjadi belakangan ini, dibutuhkan pembangkit listrik yang mampu mensuplai energi listrik dengan daya besar. Ekonomis: Biaya PLTN jauh lebih besar dikonstruksi dibandingkan dengan biaya bahan bakarnya. Dengan umur pembangkit yang mampu mencapai 60-70 tahun menyebabkan harga listrik PLTN paling murah jika dibanding dengan pembangkit lainnya. Stabil dan efisien: PLTN mampu menghasilkan energi yang besar, dengan kesetaraan 1 gram EU (enrichment uranium) sebanding dengan 112 kg batubara membuat PLTN tidak membutuhkan bahan bakar. Sehingga fluktuasi naik turunnya harga uranium tidak akan berpengaruh harga jual listrik dari PLTN. (BATAN) Disamping kelebihan, pasti ada kekurangan. Berikut ini beberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN: 1. Resiko kecelakaan nuklir : kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl di Ukraina, sehingga semua penduduk disuruh mengungsi dan tidak boleh kembali lagi. Sehingga sekarang menjadi kota tak berpenghuni. Limbah nuklir : limbah senyawa radiokatif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun.

2.

Contoh perhitungan jumlah energi yang dihasilkan dari pembakaran 1 kg Uranium-235 adalah sebagai berikut.

Jumlah atom U-235 =

massa x bilangan avogadro A

1 x10 3 gram x 6,025x10 235 gram/mol

23

atom/mol

= 2,56 x 1024 atom Berdasarkan eksperimen yang diperoleh, setiap pembakaran 1 atom uranium-235 diperoleh energi sebesar 200 MeV. Jadi energi yang dihasilkan dari pembakaran 1 gram U-235 adalah sebagai berikut. 24 26 E = 2,56 x 10 atom x 200 MeV/atom = 5,12 x 10 MeV -14 Karena 1 MeV = 3,83 x 10 kalori (kal), maka 26 -14 13 E = 5,12 x10 x 3,83 x 10 kal= 1,96 x 10 kal 13 Daya listrik Uranium-235 = 1,96 x 10 kal x 4,2 joule/kal = 8,232x1013 joule = 8,232x1013 W.s Batubara: 7555,3 kkal/kg maka daya = 7555,3 x 4200 joule/kkal = 3,173x107 W.s Nilai daya yang dihasilkan oleh uranium sangat besar dibanding dengan yang dihasilkan oleh batubara. Namun energi untuk konversi energi Uranium ini membutuhkan energi yang sangat tinggi. Sehingga %efisiensi nuklir lebih rendah daripada %efisiensi batubara. Oleh karena itu perlu peningkatan metode konversi nuklir sehingga mengurangi energi yang diperlukan sehingga %efisiensi nuklir lebih tinggi daripada batubara. Terdapat 3 metode yang diterapkan oleh PLTN untuk memproduksi hidrogen sebagai penyimpan energi yang nantinya bisa diubah menjadi energi listrik, yaitu metode elektrolisis lanjut, steam reforming dan iodin-sulfur. Prosesnya dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. a) metode elektrolisis lanjut, b) steam reforming dan c) iodin-sulfur

Tabel 1. Perbandingan Teknologi Produksi Hidrogen

(Sriyono, 2008) Dapat dilihat bahwa proses produksi energi dengan menggunakan metode elektrolisis lanjut dan steam reforming ini masih saja menghasilkan polusi. Namun, untuk metode ketiga yaitu iodin-sulfur ini memiliki masa depan yang cukup bagus, memiliki efisiensi tinggi hingga 50% dan masih dalam proses peningkatan lagi, biaya produksi rendah, ramah lingkungan dan tidak bergantung pada bahan bakar fosil. Sehingga diharapkan nantinya proses konversi energi yang dilakukan oleh PLTN menggunakan metode iodin-sulfur mampu menggantikan proses produksi energi alternatif non fosil yang prosesnya belum bersih dan menghasilkan limbah tak ramah lingkungan.

Pustaka: Hastowo, Hudi,Sistem Pembangkit Uap Nuklir, Diklat Teknologi dan Perencanaan Energi, Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Oktober 1988 Ir. H. Suyamto, Perbandingan Perhitungan Efisiensi antara PLTU Konvensional dan PLTN, Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 6 Agustus 2009 Sriyono, Teknologi Proses Produksi Hidrogen Berbasis Energi Nuklir, Sigma Epsilon I SSN 08539103, Vol. 12 No. 3 Agustus 2008

Anda mungkin juga menyukai