748seminar Lemlit-Slame

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

PENINGKATAN EFISIENSI PROSES MANUFAKTUR MELALUI PERANCANGAN JIG & FIXTURE PADA IMPLEMENTASI GROUP TECHNOLOGY Oleh : Slamet

Budiarto Jurusan Teknik Industri FTI-ITS Kampus Keputih, Sukolilo, Surabaya, 60111 Email : budiarto@ie.its.ac.id Abstrak :
Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam penelitian ini, waktu proses manufaktur diidentisikasikan dengan penurunan waktu setup dan proses pemotongannya (perautan). Jig and fixture merupakan perkakas bantu yang berfungsi untuk memegang dan atau mengarahkan benda kerja sehingga proses manufaktur suatu produk dapat lebih efisien. Selain itu jig and fixture juga dapat berfungsi agar kualitas produk dapat terjaga seperti kualitas yang telah ditentukan. Dengan jig & fixtures, tidak diperlukan lagi skill operator dalam melakukan operasi manufaktur, dengan kata lain pengerjaan proses manufaktur akan lebih mudah untuk mendapatkan kualitas produk yang lebih tinggi ataupun laju produksi yang lebih tinggi pula. Filosofi dari Group technology adalah mendapatkan keuntungan dari pengelompokan sejumlah produk, baik atas dasar kesamaan perancangannya atupun atas dasar kesamaan proses manufakturnya. Dalam penelitian ini, kesamaan proses yang menjadi pertimbangkan untuk meningkatkan efisiensi proses manufaktur. Dengan demikian, efisiensi proses manufaktur suatu produk dapat ditingkatkan (mereduksi waktu setup dan waktu proses perautan ) melalui perancangan jig and fixture pada proses manufaktur sekelompok produk. Kata Kunci : Peningkatan efisiensi, proses manufaktur, perancangan jig and fixture, penerapan group technology.
PENDAHULUAN Tujuan yang hendak dicapai dalam pemelitian ini diuraikan menjadi beberapa tahapan aktivitas, yang meliputi : 1. 2. 3. Pengelompokan sejumlah produk Penentukan proses pemotongan (perautan) yang menjadi objek Perancangan jig and fixture Sedangkan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini diuraikan menjadi beberapa hal sebagai berikut ;

1.

Untuk kalangan akademisi, khususnya laboraturium System Manufaktur, Jurusan Teknik Industri FTI-ITS, dapat menjadi referensi yang berharga dalam pengembangan teknologi jig and fixture terutama yang berkaitan dengan implementasi group technology.

2. 3.

Bagi kalangan industri perkayuan, dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan efisiensi proses manufaktur dalam produksi massal yang menanfaatkan jig and fixture. Sebagai referensi bagi pembaca yang meminati topik-topik yang berkenaan dengan jig and fixture dan atau group technology . Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis mengacu pada beberapa asumsi dan batasan

masalah sebagai berikut 1. 2. 3. 4. Proses Manufaktur dilakukan di Laboraturium Sistem Manufaktur Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, ITS. Produk yang menjadi objek ditentukan lebih dahulu, yaitu merupakan komponen-komponen dari kapal speed tenders. Sistem Produksi diasumsikan sebagai Sistem Produksi Massal Peningkatan efisiensi proses manufaktur akibat menurunnya waktu set-up.

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Efisiensi Dalam Proses Manufaktiur Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara out put atau hasil usaha dengan input atau sumber daya yang disediakan. Dalam kasus proses manufaktur, peningkatan efisiensi akan dicapai bila dicapai (salah satunya) pengurangan waktu waktu pemrosesan (produksi). Waktu waktu yang dimaksud meliputi : Waktu operasi didifinisikan sebagai waktu produksi pada operasi mesin produksi . Waktu non operasi adalah waktu produksi pada elemen operasi seperti ; pemindahan bahan, penyimpanan , inspeksi dan waktu tunggu. Waktu ancang-ancang merupakan waktu yang dibutuhkan untuk persiapan pengoperasian mesin seperti pada produk tunggal. Dengan perancangan Jig and fixture, ketiga waktu-waktu yang dimaksud dapat digurangi. Untuk mendapat gambaran lebih jauh tentang efisiensi dalam proses manufaktur berikut diuraikan tentang Manufakturing Lead Time (MLT) dan laju produksi (Rp). Kedua variabel tersebut, melaui perancangan jig and fixture akan dapat dikurangi (MLT) dan ditingkatkan (Rp). Manufacturing Lead Time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah produk (komponen), mulai waktu ancang-ancang sampai produk jadi .Secara Matetatis MLT dapat diformulasikan sebagai berikut : nm MLT = dimana : nm Tsu : jumlah mesin / operasi : waktu ancang-ancang ( Tsu + Q.Toi + Tnoi ) i =1

Toi Tnoi Q

: waktu operasi pada tahapan proses ke-i : waktu non operasi pada tahapan ke-i : jumlah unit dari benda kerja / produk yang dikerjakan

Laju Produksi (Rp, unit/jam) Seperti pada MLT, laju produksi (Rp) juga mempertimbangkan kasus-kasus pada berbagai macam jenis sistem produksi, antar alain ; Job shop production Batch production Mass Production, baik quntity type maupun flow type.

Sebelum menentukan rumus laju produksi dalam hubungannya dengan waktu produksi, berikut ditentukan lebih dahulu rumus batch time, yaitu : Batch time = nm (Tsu + Qto) Batch time = ( Tsu + Q.To ). nm (1-q) Sedangkan rata-rata waktu produksi (average produktion time) atau Tp dirumuskan sebagai berikut : Tp = batch time / nm Q Dan karena Tp adalah berbanding terbalik dengan Rp, maka rata-rata laju produksi (Rp) dapat dirumuskan sebagai berikut : Rp = 1. Tp Tp = Tsu + To Sedangkan untuk mass production quantity type , harga Tp sama dengan cycle rate mesin yang meniadakan efek waktu ancang-ancang, sehingga rumusnya menjadi : Rp = 1 . = Tp 1 . To atau Rp = Q . nm . batch time Jika dipertimbangkan laju kerusakan (q), maka rumus diatas menjadi :

Dan untuk job shop production, dimana Q = 1 harga Tp menjadi sederhana, yaitu

Elemen Dasar Proses Pemotongan Dalam suatu tahapan proses, ukuran obyektif ditentukan dan pahat harus membuang sebagian material benda kerja sampai ukuran obyektif tersebut dicapai. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menentukan penampang geram (sebelum terpotong). Selain itu setelah berbagai aspek teknologi ditinjau, kecepatan pembuangan geram dapat dipilih supaya waktu pemotongan sesuai dengan yang

dikehendaki. Situasi seperti ini timbul pada setiap perencanaan proses pemotongan. Ada lima elemen dasar proses pemotongan, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Kecepatan potong (cutting speed ) Kecepatan makan (feeding speed) Kedalaman potong (depth of cut ) Waktu pemotongan (cutting time ) Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal ) : v (m / min) : vf (mm / min) : a (mm) : tc (min) : Z (cm3 / min)

Elemen proses pemotongan tersebut (v, vf, a, tc, dan Z) dihitung berdasarkan dimensi benda kerja dan/atau pahat serta besaran dari mesin perkakas. Besaran tersebut dapat diatur bermacam-macam tergantung dari jenis mesin perkakas. Tabel 2.1. berikut menunjukkan harga besaran tersebut dalam beberapa mesin perkakas. Group Technology Group technology merupakan filosofi dari aktivitas manufaktur. Dalam hal ini komponen yang sejenis diidentifikasi dan dikelompokan bersama untuk memperoleh keuntungan-keuntungan dalam proses manufaktur maupun disain komponen. Misalnya ada seribu komponen yang bebeda, mungkin kompoenen-komponen tersebut dapat dikelompokan dalam 10 atau15 kelompok besar, yang dapat dianggap sebagai keluarga komponen. Dan masing-masing keluarga tersebut memiliki karakteristik yang sama atau sejenis dalam hal proses manufakturnya maupun kesamaan disainnya. Jadi bisa dikatakan bahwa ada dua jenis istilah kesamaan komponen, yaitu : 1. 2. Atribut disain ; seperti bentuk dan ukuran. Atribut manufakturnya; seperti tahapan pengerjaan komponen. Sedangkan keuntungan dari pengelompokan komponen-komponen yang sejenis adalah sebagai berikut : 1. 2. Efisiensi manufaktur dapat meningkat dengan mengatur peralatan produksi kedalam kelompok cel mesin, menjadi aliran kerja fasilitas. Mempermudah pengkodean komponen dan klasisikasinya. Perlu ditegaskan bahwa group technology, pengkodean komponen maupun klasifikasi komponen, adalah suatu yang saling berhubungan erat. ANALISA DAN PERANCANGAN JIG & FIXTURE Dalam aplikasi group technology, disyaratkan ada beberapa produk atau komponen yang mempunyai kesamaan, dalam hal ini difokuskan pada kesamaan manufakturnya. Mengacu pada hal tersebut, dan dengan pertimbangan material kayu yang menjadi batasan serta pemfokusan pada industri kapal, maka penulis menetapkan produk atau komponen yang menjadi objek penelitian adalah komponen-komponen kapal speed tenders seperti gambar 2 berikut ini.

Terlihat bahwa kapal tersebut terdiri dari beberapa rangka yang sejenis dari hal proses manufakturnya. Sedangkan badan kapal biasanya terdiri dari sekumpulan lembaran kayu yang disusun sedemikian hingga bersama rangka membentuk badan kapal. Anggapn ini penulis mengacu pada pengamatan lapangan.

Gambar 2 Kapal Speed Tenders Untuk dapat memprediksikan kontuksi kapal yang menjadi ojek penelitian, penulis juga mengadakan pengamatan silang dengan kapal-kapal yang lain. Tujuannya adalah agar asumsi atau anggapan tentang produk yang menjadi objek penelitian mendekati realita yang ada. Untuk itu dalam penelitian ini penulis dalam mengamati kontruksi rangka dan badan kapal juga mengacu pada gambar 2D dari kapal lain, yaitu seperti ditunjukkan pada gambar 3 berijkut ini. Dari pengamatan gambar 9 dan gambar 10 terlihat adanya komponen-komponen yang sejenis dari proses manufakturnya (ada repetitive proses manufaktur pada beberapa produk), yaitu rangka kapal dan badan kapal yang terbuat dari lembaran kayu.

Gambar 3 2D Kontruksi Kapal

Dengan demikian pengamatan difokuskan pada komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat rangka kapal dan badan kapal yang bahan bakunya adalah lembaran kayu. Selanjutnya analisa akan dtinjau dari konsep part families, seperti bahasan berikut ini. Kapabilitas Mesin-mesin yang Ada Secara umum, kapabilitas mesin-mesin yang ada di Laboraturium Sistem Manufaktur Jurusan Teknik Industri FTI ITS yang menjadi objek penelitian merupakan mesin-mesin perkakas (machine tools) untuk material kayu. Mesin perkakas yang dimaksud adalah mesin-mesin yang digunakan untuk proses pemotongan (cutting) dimana menggunakan perkakas potong (cutting tools) dalam proses tersebut. Mesin Circular Arm Saw Ini merupakan salah satu jenis mesin perkakas yang sering disebut mesin gergaji. Memperhatikan prinsip pemotongannya, maka antara mesin gergaji dan mesin serut tidaklah berbeda, yang membedakan adalah karakteristik perkakas potongnya. Pada mesin gergaji jenis ini, proses pemotongan dilakukan dengan kondisi benda kerja tetap, blade atau perkakas potongnya berputar pada sumbu horizontal dengan kecepatan tertentu untuk menghasilkan kecepatan pemotongan, kecepatan pemakanan juga dihasilkan dari gerakan mendatar dari perkakas potong, ini dihasilkan dengan mendorong handle pemakanan yang terikat pada rumah spindle.

Gambar 4 Mesin Circular Arm Saw Perancangan Jig and Fixture Dengan pertimbangan komponen badan kapal yang menjadi focus pengamatan dan kondisi mesin yang ada dilaboraturium, serta urutan proses manufakturnya, maka ditetapkan, proses perautan menggunakan mesin circular arm saw memerlukan jig and fixture untuk pembuatan komponen badan

kapal yang berbahan lembaran kayu. Gambar draf benda kerja sebelum dan sesudah proses perautan menggunakan mesin circular arm saw ditunjukkan pada gambar 4.15 berikut ini.

Gambar 5 Benda Kerja yang menjadi Pengamatan Pada gambar 5 menunjukan benda kerja yang menjadi pengamatan. Dari gambar tersebut dapat ditumjukan bahwa proses perautan benda kerja yang dilakukan, bertujuan untuk membuat kemiringan pada susut tertentu pada kedua sisi benda kerja, dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan mesin circular arm saw. Perhatikan sekali lagi gambar mesin circular arm saw dan kapabilitasnya. Pada proses perautan untuk membuat kemiringan pada sisi benda kerja seperti gambar 5, maka blade perlu di-set kemiringannya pada sudut yang diperlukan. Cara pengoperasian dan prinsip pemotongannya tentu tidak berbeda dengan ketika melalukan pembelahan benda kerja. 1. Untuk kalangan akademisi, khususnya laboraturium System Manufaktur, Jurusan Teknik Industri FTI-ITS, dapat menjadi referensi yang berharga dalam pengembangan teknologi jig and fixture terutama yang berkaitan dengan implementasi group technology. 2. 3. Bagi kalangan industri perkayuan, dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan efisiensi proses manufaktur dalam produksi massal yang menanfaatkan jig and fixture. Sebagai referensi bagi pembaca yang meminati topik-topik yang berkenaan dengan jig and fixture dan atau group technology . Memperhatikan judul penelitian ini yaitu peningkatan efisiensi proses manufaktur melalui perancangan jig and fixture pada implementasi group technology, maka peningkatan efisiensi yang dimaksud adalah berkurangnya waktu proses manufaktur (perautan) khususnya waktu set-up total untuk semua komponen yang sejenis (satu part-families). Hal tersebut dikarenakan kemudahan set-up akibat penggunaan jig and fixture. Telah disampaikan bahwa, tahapan perancangan jig and fixture merupakan langkah-langkah dalam perancangan jig and fixture. Dari analisa proses manufaktur (perautan) yang dilakukan, ditetapkan bahwa proses perautan untuk membuat kemiringan kedua sisi benda kerja, merupakan objek pengamatan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kapabilitas dari mesin yang ada, dalam hal ini adalah mesin circular arm saw yang ada di laboratorium sistem produksi Jurusan teknik industri ITS. Setelah memahami semua yang telah dijelaskan diatas maka langkah-langkah dalam perancangan jig and fixture untuk melakukan perautan benda kerja (membuata kemiringan) komponen badan kapal berbahan lembaran kayu dengan menggunakan mesin circular arm saw yang ada dilaboraturium Jurusan teknik industri ITS, adalah :

1.

Mengamati proses perautan tanpa jig and fixture. Tanpa pemegang dan pengarah, (jig and fixture) maka proses perautan dapat dilustrasikan seperti gambar berikut ;

Gambar 6 Ilustrasi Proses Perautan 2. Analisa kondisi proses perautan tanpa jig and fixture. Gambar 4.17 mengilustrasikan kondisi benda kerja, meja mesin dan perkakas potongnya (blade) dalam proses perautan. Gambar tersebut juga menunjukkan kondisi kritis (ditunjukkan dalam lingkaran), yaitu kondisi yang menyebabkan proses perautan tidak efisien atau kondisi yang memerlukan perubahan (pemakaian jig and fixture). Tidak efisien yang dimaksud adalah memerlukan waktu set-up yang lama agar posisi ujung bawah benda kerja bersentuhan dengan ujung blade. Dan jika ujung bawah benda kerja harus bersentuhan dengan sisi kiri blade, maka konsekuensinya adalah meja mesin akan terbelah (teraut) atau harus dibuat alur terlebih dahulu, seperti gambar 4.18. Seyogyanya Pembuatan alur pada meja mesin dihindari, karena meja mesin merupakan datum bagi proses perautan yang kondisinya sangat presisi (memerlukan set-up yang teliti dan memakan waktu lama, bila dilakukan pergantian). Namun hal ini tidak mungkin terhindari jika dalam proses perutan tidak menggunakan jig and fixture. Baik dalam gambar 4.17 atau 4.18, diperlihatkan posisi benda kerja tidaklah stabil, terutama posisi ujung benda kerja yang mengalami perautan. Kondisi kritis ini hanya dapat diatasi dengan memasang pengarah atau penahan, seperti gambar 4.19.

Gambar 7 Alur pada meja mesin

Gambar 8 Pengarah Proses Perautan 3. Alternatif rancangan jig and fixture Sebelum membuat alternatif rancangan, berikut diberikan kondisi mesin circular arm saw dalam kaitannya dengan operasi proses perautan. Mesin circular arm saw yang ada, mempunyai meja mesin yang tetap (tidak bergerak) selama proses perautan. Posisi meja diatur sedemikian hingga mempunyai kedataran yang sejajar dengan arah gerakan pemakanan perkakas potongnya (blade). Gerakan makan dan kecepatan potong pada proses perautan ini, dilakukan oleh perkakas potongnya. Kecepatan potong merupakan kecepatan putar blade dan kecepatan pemakanan merupakan gerakan mendatar (lurus) dari blade yang berputar, seperti pada gambar 4.20 berikut ini.

Gambar 9 Gerakan Blade pada Proses Perautan

Gambar 10 Meja Mesin Setelah memperhatikan dan mengamati gerakan relatif antara pahat potong dan benda kerja pada proses perautan untuk membuat kemiringan pada tiap sisi badan kapal berbahan lembaran kayu menggunakan mesin circular arm saw maupun kondisi kritis yang ada serta posisi meja mesin, maka beberapa alternatif rancangan jig and fixture dibuat untuk mengeliminir kondisi kritis yang ada. Beberapa alternatif yang dimaksud diberikan dalam bentuk gambar sketsa berikut ini.

Gambar 11 Alternatif Rancangan-01 pada Proses Perautan Rancangan-01 yang terdiri dari pengarah dan paku berulir ini, memanfaatkan meja (landasan dan stopper) sebagai datum dan penahan dalam proses perautan. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan rancangan ini adalah konsekuensi dibuatnya alur pada meja mesin dan pada stopper. Hal lain yang mungkin menjadi kendala adalah bahan-baku yang tidak standard untuk pembuatan pngarah. Karena itu sebagai pembanding akan diberikan alternatif rancangan-02 seperti gambar sketsa berikut ini.

Gambar 12 Alternatif Rancangan-02 pada Proses Perautan Pada alternatif rancangan-02 juga memanfaatkan landasan meja dan stoppernya dalam proses perautan. Ini juga berkonsekuensi dibuatnya laur pada landasan dan stopper meja. Selain itu juga menyebabkan meja mesin berlubang akibat penanaman paku berulir untuk menstabilkan dan mengikat penahan. Untuk itu rancangan-03 dibuat untuk mengeliminir hal-hal tersebut, seperti sketsa berikut ini.

Gambar 13 Alternatif Rancangan-03 pada Proses Perautan Pada rancangan-03 ikatan antara jig and fixture dan meja mesin digunakan pencekam

(clamper), sehingga posisinya tidak berubah selama proses perautan. Gambar berikut menunjukkan penggunaan clamper yang banyak digunakan untuk mengikat atau memegang dua komponen.

Gambar 14 Penggunaan Clamper

Rancangan Akhir Setelah ditetapkan kondisi kritis yang menjadi obyek pengamatan, dan dibuat beberapa alternatif draft rancangan, maka pada sub bab ini dibuat rancangan akhir yang merupakan rancangan yang dianggap terbaik dengan beberapa pertimbangan, antara lain : 1. Kondisi kritis dapat direduksi, yaitu proses perautan untuk beberapa produk sejenis, dalam hal ini untuk pembuatan champer dengan sudut tertentu, dapat dilakukan dengan waktu pemotongan lebih cepat. Atau dengan kata lain, proses perautan yang menjadi pengamatan dapat dilakukan dengan lebih efisien (laju produksi lebih tinggi dan atau waktu produksi lebih kecil).

2.

Jig and fixture yang dirancang, disesuaikan untuk pemakaiannya pada mesin yang ada di laboratorium sistem manufaktur, jurusan teknik industri FTI-ITS, yaitu pada mesin circular arm saw.

3. 4.

Digunakannya clampper seperti gambar 4.25 , untuk mengikatkan jig and fixture pada meja mesin. Pembuatan kemiringan pada ujung lembaran kayu badan kapal speed tenders ditetapkan sebagai pengamatan untuk implementasi group technology dalam perancangan jig and fiture.

5.

Draft rancangan-03 dipilih sebagai ide dasar perancangan akhir, seperti gambargambar berikut.

Gambar 15 Tampak Depan Rancangan Akhir

Gambar 16 Tampak Atas Rancangan Akhir


DAFTAR PUSTAKA 1. Alan and Gill, 100 Keys to Woodshop Safety, Bright ART Pte LTd. 1998

2. Pollack, Herman W., Tool Design, Englewood cliffs, N.J. Printice-hall inc., 1988 3. Kalpakjian, Seroke, "Manufacturing Engineering and Technology", addison-wesley pub.
company,1995.

4. Groover, michael p. Automation, Production Systems, and Computer Integrated Manufacturing,


Englewood cliffs, n.j. printice-hall inc., 1994

5. Groover, Michael p. Group Technology, Englewood cliffs, N.J. Printice-hall inc., 1996
6. 7. 8. 9. Astead, B.M. P.F. Ostwald, M.L. Bagenan, "Manufacturing Pocesses", John wiley & sons., 1978 http://www.hoffmantool.com/ffixture.htm http://www.clinkerbuilt.com/8_9tenders.html http://www.indrustrialpress.com

Anda mungkin juga menyukai