Pendahuluan Pterygium merupakan suatu proses degenaratif dan hiperplastik dengan neoformasi fibrovaskular berbentuk segitiga yang muncul pada konjungtiva, tumbuh terarah dan menginfiltrasi permukaan kornea antara lain lapisan stroma dan membran Bowman dan umumnya bilateral di sisi nasal.1-3 Prevalensi pterygium bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, ras dan letak geografis,4-7 mulai dari 1.2% pada ras kulit putih yang tinggal di daerah perkotaan hingga 23.4% pada ras kulit hitam di Barbados.8 Persentase yang cukup tinggi didapatkan pada populasi berumur di atas 40 tahun di Sumatera yaitu 16.8%.9 Pterygium diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet, pengeringan, dan lingkungan dengan angin banyak karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu, atau berpasir.1 Namun, mekanisme pasti terjadinya pterigium belum sepenuhnya dimengerti.
1. 2. Albert D, Jakobiec F. Principles and Practice of Ophthalmology, Vol. 1. Philadelphia: WB. Saunder Company, 1994: 71-2. 3. Miller Stephen JH. Parsons Disease of The Eye, 18th ed. New York: Churchill Livingstone, 1990: 142. 4. Holland EJ, Mannis MJ. Ocular Surface Disease Medical and Surgical Management. New York: Springer-Verlag. 2002 5. Verlee DL. Ophthalmic survey in Solomon Islands. Am J Ophthalmol. 1968; 66:304-319. 6. Gazzard G, Saw SM, Farook M, et al. Pterygium in Indonesia: prevalence, severity and risk factors. Br J Ophthalmol. 2002;86:1341-1346.
7. Wong TY, Foster PJ, Johnson GJ, Seah SK, Tan DT. The prevalence and risk factors for pterygium in an adult Chinese population in Singapore: the Tanjong Pagar survey. Am J Ophthalmol. 2001;131:176-183. 8. McCarty CA, Fu CL, Taylor HR. Epidemiology of pterygium in Victoria,
Australia. Br J Ophthalmol2000;84:28992.