KARYA TULIS
Oleh :
KOCO SANTOSA
1
HALAMAN PERSETUJUAN
Bahwa pada hari ini Jumat, 25 November 2005 saya serahkan Karya Tulis, dengan judul
sebagaimana tersebut di atas untuk diikutsertakan dalam rangka mengikuti Asian Agri
Inovation Award Tahun 2005.
KOCO SANTOSA
Penulis
Pengesahan/Persetujuan
2
Karya Tulis dengan judul “Decanter 2 Phase Sebagai Alternatif Simplifikasi
Operasional Stasiun Klarifikasi”, disusun oleh Koco Santosa dan berlokasi di
PMKS II BUATAN.
ABSTRAK
Kegiatan bisnis sekarang ini tidak lagi hanya berorientasi pada keuntungan semata
melainkan juga berorientasi pada 3P yaitu Profit, People dan Planet. Tidak bisa
dipungkiri bahwa produk sampingan (by product) dari setiap proses produksi akan
menjadi gangguan bagi lingkungan yang bisa jadi merugikan di kemudian hari. Tidak
terkecuali pada Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS).
Penggunaan Decanter 2 Phase dapat mengurangi by product sekitar 20% terhadap TBS,
menurunkan Oil Loss sekitar 0.092% terhadap TBS, menghemat pemakaian air sekitar
4.095 m3/jam, menghemat dalam pemakaian alat dan menghemat dalam pemakaian Daya
Listrik sebesar 7.2 kw dibandingkan dengan menggunakan Decanter 3 Phase.
Kekurangannya adalah Slurry yang dihasilkan masih bersifat encer atau watery (solid +
air).
3
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur selalu dihaturkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
pertolongan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis dengan judul
“Decanter 2 Phase Sebagai Alternatif Simplifikasi Operasional Stasiun Klarifikasi”.
Shalawat dan salam juga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memberikan sedikit sumbangsih kepada
perusahaan yang diharapkan dapat menjadi alternatif solusi dalam menjawab beberapa
masalah yang banyak dihadapi di PMKS, khususnya di stasiun klarifikasi.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
1. Managemen PMKS II Buatan yang telah memberi kesempatan kepada penulis
dalam menyusun karya tulis ini.
2. Bapak Ir. Sahat M Sibuea, selaku PC Plantation 2A atas semua pengarahan dan
nasehatnya.
3. Bapak Ir. Edward Silalahi, selaku Manager PMKS II Buatan atas kesempatan,
bimbingan dan masukan yang telah diberikan.
4. Rekan-rekan Asisten di PMKS II Buatan atas segala dukungannya.
5. Karyawan Laboratorium PMKS II Buatan yang banyak membantu penulis dalam
analisa sampel.
6. Segenap teknisi Flottweg Decanter atas dukungan dan jerih payahnya.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan
saran sangat diharapkan demi kesempurnaan dan tercapainya tujuan dari karya tulis ini.
Penulis
4
DAFTAR ISI
5
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
6
PENDAHULUAN
keuntungan (profit) semata melainkan juga berorientasi pada 3P yaitu Profit, People dan
Planet. Jadi setiap pelaku bisnis harus mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan,
dipikirkan juga keberlangsungan bumi. Karena itu kita harus tetap menganggap bumi ini
sebagai titipan anak cucu kita yang harus dijaga dengan baik. Apalagi pada masa-masa
sekarang ini konsumen akan sangat menilai bagaimana suatu produk dihasilkan yang
Tidak bisa kita pungkiri bahwa produk sampingan (by product) dari setiap proses
produksi akan menjadi gangguan bagi lingkungan yang bisa jadi merugikan di kemudian
hari. Hal inilah yang membuat pelaku bisnis harus memikirkan strategi kegiatan produksi
yang lebih ramah lingkungan atau konsep cleaner production. Secara sederhana diartikan
dengan meminimalkan by product (limbah) atau membuatnya agar bisa bernilai
ekonomis.
Salah satu kegiatan bisnis yang sekarang sangat marak adalah di bidang
agribisnis khususnya perkebunan kelapa sawit. Dimana dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan baik mengenai luasan areal dan produksi buahnya yaitu tandan buah segar
yang akhirnya harus diproses di pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) menjadi CPO
(crude palm oil) dan kernel. Sedangkan produk utama dari PMKS (Pabrik Minyak
Kelapa Sawit) adalah CPO yang merupakan bahan baku minyak goreng dan turunan
lainnya.
Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) di PMKS menjadi CPO meliputi
penerimaan buah, perebusan (sterilisasi), penebah (perontokan), press dan klarifikasi.
Crude oil yang dihasilkan dari TBS yang sudah direbus dan dilakukan proses pressing
7
untuk mengambil minyak (CPO) dari daging buahnya (mesocarp), diolah lagi di stasiun
klarifikasi (pemurnian) untuk memisahkan minyak, sludge (lumpur) dan air.
Pemisahan antara minyak dengan sludge dilakukan di Continous Settling Tank
(CST) dengan berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis antara minyak dan sludge.
Untuk mempercepat pemisahan minyak hasil pressing (CPO) diperlukan pengenceran
dengan air panas (water dilution) sekitar 20% – 30%.
Sludge yang masih mengandung minyak sekitar 7% – 10% diolah lagi dengan
mesin Decanter, yang hasilnya adalah light phase (oil decanter), heavy phase dan solid.
Light phase dari decanter yang mengandung minyak 60% – 70%, diolah lagi di CST.
Heavy phase akan diproses lanjut di effluent treatment (pengolahan limbah) hingga
mencapai BOD dan COD standar untuk aplikasi kebun, sedangkan solid ditampung di
hopper kemudian dibuang di tempat pembuangan (aplikasi pupuk).
Minyak bersih yang dihasilkan dari CST akan dilakukan proses lebih lanjut
dengan menggunakan vacuum drier untuk mencapai standar dan kualitas yang
diharapkan.
Untuk pengolahan limbah memang memerlukan perhatian dan biaya yang tidak
sedikit karena begitu sensitif terhadap lingkungan dan pemerintah.
1.2 Masalah
Beberapa masalah yang ada di stasiun klarifikasi saat ini adalah :
a. Heavy Phase yang dikeluarkan yaitu sekitar 30% sampai dengan 40% terhadap TBS
yang merupakan salah satu limbah cair di PMKS
b. Oil Loss yang relatif tinggi (solid + heavy phase).
1.3 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan performance operasi Decanter 2
Phase dengan Decanter 3 Phase sehingga dapat menjadi salah satu alternatif solusi dari
permasalahan di atas.
8
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Teori
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) dimana produk utamanya adalah CPO
(Crude Palm Oil) dan kernel mempunyai diagran alir proses mulai dari TBS yang berasal
dari kebun sampai menjadi CPO yang siap dipasarkan, secara singkat digambarkan
sebagai berikut :
Penerimaan Buah
Sterilizer (Perebusan)
Penebah (Perontokan)
Press
9
Pada Gambar 1, pemurnian Crude Oil menjadi CPO yang siap untuk dipasarkan
dilakukan di stasiun klarifikasi. Crude Oil yang merupakan hasil dari proses screw press
fruit yang telah memisahkan minyak (Crude Oil), nut dan mesocarp (fiber). Pada Palm
Oil Factory Handbook Part 1 (1987), Crude Oil mempunyai komposisi 40% – 75% oil,
10% – 40% air (moisture) dan 6% – 25% Non Oil Solid (NOS).
Di stasiun klarifikasi, Crude Oil akan melewati tahapan-tahapan proses yang akan
mengurangi kandungan-kandungan moisture dan NOS sehingga didapatkan mutu dari
CPO yang sesuai dengan permintaan konsumen. Salah satu tahapannya adalah melewati
Decanter yang merupakan sebuah mesin yang akan memisahkan oil, NOS dan moisture
berdasarkan prinsip gerak sentrifugal. Dengan adanya gerak sentrifugal ini maka benda-
benda yang mempunyai massa jenis berbeda akan dapat dipisahkan. Seperti diketahui
bahwa oil, moisture dan NOS mempunyai massa jenis yang berbeda dimana massa jenis
oil paling kecil kemudian massa jenis air lalu massa jenis NOS yang paling besar.
Terdapat dua sistem pada stasiun Klarifikasi (di PBD). Sistem tersebut adalah
sistem lama yang menggunakan Decanter 3 Phase yaitu decanter yang menghasilkan 3
keluaran berupa Light Phase, Heavy Phase dan Solid. Sistem kedua yaitu sistem baru
yang menggunakan Decanter 2 Phase yaitu decanter yang menghasilkan dua keluaran
berupa Light Phase dan Slurry. Kedua sistem ini mempunyai tahapan-tahapan proses
yang berbeda karena karakteristik feeding (umpan) yang masuk decanter pada masing-
masing sistem ini dan keluaran yang dihasilkan juga berbeda. Sebagai contoh salah satu
perbedaannya adalah pada sistem lama, crude oil yang menjadi umpan (feeding) pada
decanter 3 phase akan ditambahkan air panas sebagai water dilution sedangkan pada
decanter 2 phase hal itu tidak diperlukan.
Tahapan-tahapan pada stasiun Klarifikasi dari kedua sistem ini diuraikan dalam
diagram alir berikut ini.
10
Sistem Lama Menggunakan Decanter 3 Phase
PRESS
Water dilution
SAND TRAP TANK
Vibrating Screen
CRUDE OIL TANK
RECOVERY TANK
EFFLUENT TREATMENT
11
PRESS
TANKI PENGADUKAN
DECANTER 2 PHASE
OIL SOLID
STORAGE TANK
12
Sistem Lama (Decanter 3 Phase) Sistem Baru (Decanter 2
Diluted Crude Oil: Phase)
Oil : 51.950% Undiluted Crude Oil :
Moisture : 41.864% Oil : 71.950%
NOS : 6.696% Moisture : 19.254%
NOS : 8.796%
Sumber : Lab. PBD
Dimana dari perhitungan didapatkan penambahan water dilution sekitar 39%
2.2 Hipotesa
13
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Metode
Data-data dan hasil produksi decanter didapat dari percobaan langsung yang
diadakan di Pabrik Buatan Dua (PBD) dan difasilitasi oleh teknisi dan alat dari FlottWeg
Pengambilan data dilakukan pada saat mesin decanter 2 phase dijalankan di bulan
Juli 2005 sampai dengan November 2005
BAB IV
14
SUMBER DATA
Data-data kualitas dari keluaran decanter baik yang 3 Phase maupun yang 2
Phase diperoleh dari data laboratorium Pabrik Buatan Dua (Lab PBD). Adapun data-data
pendukung lain yaitu spesifikasi alat atau decanter yang digunakan dalam percobaan ini
adalah sebagai berikut.
15
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
16
5.1.1 Pengurangan Limbah (By Product)
Phase dan Solid dimana persentase masing-masing keluaran tersebut terhadap TBS
adalah 29% dan 2.5%, totalnya adalah 31.5% (bahkan bisa mencapai 40%). Sedangkan
Hasil analisa oil loss dari decanter 3 phase decanter 2 phase adalah sebagai berikut.
17
2. 0.74 3.59 29 2.50 0.215 0.090 0.304
3. 1.54 3.29 29 2.50 0.447 0.082 0.529
4. 1.38 3.58 29 2.50 0.400 0.089 0.490
5. 1.15 3.71 29 2.50 0.335 0.093 0.426
6. 1.52 4.58 29 2.50 0.441 0.114 0.555
7. 0.99 3.07 29 2.50 0.287 0.077 0.367
8. 0.76 2.63 29 2.50 0.220 0.066 0.286
9. 0.99 3.21 29 2.50 0.287 0.080 0.370
10. 0.90 3.00 29 2.50 0.261 0.075 0.335
11. 0.91 2.80 29 2.50 0.264 0.070 0.334
12. 0.67 3.09 29 2.50 0.194 0.077 0.271
13. 0.82 3.05 29 2.50 0.238 0.076 0.314
14. 0.95 2.94 29 2.50 0.275 0.073 0.349
15. 1.06 2.66 29 2.50 0.307 0.066 0.374
Rata2 1.03 3.25 29 2.50 0.298 0.081 0.379
Sumber : Lab PBD
18
4. 2.75 10 0.275
5. 3.15 10 0.315
6. 2.18 10 0.218
7. 2.92 10 0.292
8. 4.84 10 0.484
9. 1.53 10 0.153
10. 2.44 10 0.244
11. 2.60 10 0.260
12. 3.14 10 0.314
13. 3.81 10 0.381
14. 3.21 10 0.321
15. 2.70 10 0.270
Rata2 2.87 10 0.287
Sumber : Lab PBD
Perbandingan Oil loss rata-rata dari Decanter 3 Phase dengan Oil loss rata-rata dari
19
Oil loss rata-rata decanter 2 phase : 0.287%
Selisih : 0.092%
Dengan kapasitas olah TBS 30 ton/jam maka CPO yang didapat sebesar 27.69 kg/jam
diperlukan air panas sebagai pengencer (water dilution) sebesar 39% (di PBD)
sedangkan pada penggunaan decanter 2 phase, water dilution tidak diperlukan. Besarnya
sebesar :
Jadi bisa juga dikatakan bahwa dengan menggunakan decanter 2 phase, maka akan ada
penghematan dalam pemakaian air sebesar 4.095 m3/jam. Sesuai dengan jumlah Water
Dilution yang didapatkan dari hasil perhitungan yaitu sekitar 4.083 m3/jam
Instalasi pemurnian crude oil dengan menggunakan decanter 3 phase berbeda dengan
instalasi pemurnian crude oil yang menggunakan decanter 2 phase. Perbedaan instalasi
ini ditunjukkan pada Lampiran dan juga pada diagram alir di BAB II.
Instalasi pemurnian yang menggunakan decanter 2 phase tidak lagi memerlukan CST
(beserta kelengkapannya), Sludge Tank, Pompa Precleaner, Sand Cyclone, Buffer Tank
serta Pompa Recovery. Tetapi memerlukan Tanki Pengaduk beserta screw pengaduknya
20
dimana tidak diperlukan pada instalasi pemurnian crude oil dengan decanter 3 phase.
Jadi jika dibandingkan antara kedua instalasi pemurnian crude oil tersebut, maka
insatalasi pemurnian crude oil dengan decanter 2 phase lebih sederhana dalam
pemakaian alat.
Hal lain yang membedakan dalam pemakaian decanter 3 phase dengan decanter 2 phase
adalah pada penggunaan elektro motor yang berhubungan dengan daya listrik yang
digunakan. Hal ini berkaitan dengan perbedaan instalasi pemurnian Crude Oil di stasiun
klarifikasi. Tabel 6 ini akan menunjukkan perbedaan pemakaian elektro motor pada
Tabel 6. Pemakaian Elektro Motor pada Decanter 3 Phase dan Decanter 2 Phase
memakai 9 elektro motor dengan jumlah daya yang dibutuhkan sebesar 109.7 KW.
Sedangkan pada penggunaan decanter 2 phase memakai 8 elektro motor dengan total
daya yang dibutuhkan sebesar 102.5 KW. Decanter 2 phase memerlukan daya yang lebih
kecil daripada decanter 3 phase dengan selisih penggunaan daya listrik sebesar 7.2 KW.
21
Artinya dengan menggunakan decanter 2 phase, akan ada penghematan pemakaian daya
pembuangan yang lebih sulit, sedangkan apabila dibuang ke sludge fit akan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
22
1. Pemakaian decanter 2 phase dapat mengurangi by product sampai sekitar 20%
terhadap TBS.
2. Dengan pemakaian decanter 2 phase, maka dapat mengurangi oil loss sebesar 27.64
kg/jam untuk kapasitas olah TBS 30 ton/jam.
3. Dengan pemakaian decanter 2 phase, maka dapat menghemat air sebesar 4.095
ton/jam pada kapasitas olah 30 ton/jam.
4. Pemakaian decanter 2 phase dapat menghemat penggunaan alat karena tidak lagi
memerlukan CST, Sludge Tank, Pompa Precleaner, Sand Cyclone, Buffer Tank dan
Pompa Recovery..
5. Pemakaian decanter 2 phase dapat menghemat daya listrik sebesar 7.2 KW.
6.2 Saran
1. Decanter 2 Phase merupakan terobosan dalam teknologi pabrik kelapa sawit yang
perlu dikaji dan dikembangkan ke depan bekerjasama dengan pihak pembuatnya.
Sehingga performance-nya akan lebih terjaga atau efisien.
2. Dengan melihat banyaknya keuntungan dari pemakaian decanter 2 phase, maka
disarankan untuk menggunakan decanter 2 phase di PMKS.
23
Volume Slurry : ( 0.5m x 1.5m x 3m )/45 min
: 2.25 m3 / 45 min
: 0.05 m3/ min
: 3m3/ jam
Dalam perhitungan, persentase slurry terhadap TBS olah dibulatkan menjadi 10%.
24
a. Heavy phase
b. Solid
0.4265 g
= x 2.50%
13.1213 g
= 0.0813%
Total oil loss rata-rata dari decanter 3 phase = 0.2979% + 0.0813% = 0.3792%
25
Oil loss rata-rata : 0.4601 g
Dengan persentase solid terhadap TBS adalah 10% dan diasumsikan ketetapan ini
berlaku untuk semua data sampel Slurry, maka :
Oil loss Slurry
% oil loss to TBS = x x 100%
Berat sampel TBS
0.4601 g
= x 10%
16.0197
= 0.2872%
26