PROGRAM STUDI D-3 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
2013
I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan diadakannnya percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara identifikasi mineral pada minuman secara kualitatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA Mineral adalah senyawa yang terbentuk oleh proses alam melalui proses geologis, biasanya bersifat padat, mempunyai komposisi kimiawi tertentu serta mempunyai sifat fisik tertentu pula. Pada umumnya mineral bersifat padat, akan tetapi dapat juga berwujud cair ataugas. Karena memiliki sifat fisik dan kimia tertentu sehingga dengan mengetahui sifat-sifat tersebut dapat menentukan nama mineral. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia, tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (Kusnawidjaya, 1983). Mineral tersusun dari unsur-unsur kimia, dimana unsur-unsur tersebut banyak dijumpai sebagai penyusun kerak bumi, lebih dari 70% adalah silikon oksigen. Mineral silikat adalah mineral utama pembentuk batuan, mineral lainnya yang penting adalah sulfida, karbonat, sulfat, dan fosfat. Komposisi kimia terbentuk akibat bersatunya satu atau lebih anion dan kation dalam perbandingan tertentu. Pada satu komposisi, jumlah muatan positif dan negatif harus nol atau netral. Komposisi beberapa mineral dapat bervariasi, tetapi ada batas tertentu. Hal ini dapat terjadi akibat adanya pertukaran subtitusi ion dalam struktur mineral, sehingga mengakibatkan perubahan susunan kimia dalam batas tertentu (Poedjiadi, 2006). Agar dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati, senyawa tersebut haruslah berupa padatan dan memiliki struktur kristal. Namun bahan padat yang tidak memiliki struktur dalam (amorf) tidak dapat dikatakan sebagai mineral, meskipun beberapa kriterianya terpenuhi. Material alamiah yang tidak
memenuhi sebagian atau seluruh kriteria mineral dikelompokkan dalam kelompok mineraloid., mineral suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi. Ada juga yang menyebutkan definisi mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya memiliki struktur kristal yang jelas, yang terkadang dapat berubah dalam bentuk geometris tertentu. Istilah mineral sendiri dapat mempunyai bermacam-macam makna, sukar untuk mendefinisikan mineral, oleh karena itu kebanyakan mengatakan bahwa mineral adalah satu frase yang terdapat dalam alam (Sari, 2011) Magnesium (Mg2+) sebagai kation yang dijadikan parameter besar kecilnya pengaruh pelarutan litologi dalam air. Magnesium pada batuan beku berasal dari mineral-mineral feromagnesium berwarna gelap,yakni olivine, piroksen, amfibol. Dalam batuan alterasi hadir dalam klorit, montmorilonit dan serpentin. Magnesium juga hadir dalam sedimen karbonat sebagai magnesit dan hidromagnesit serta hydroxide brucite. Kalsium (Ca2+) Nilai kandungan kalsium (Ca2+) terlarut akan digunakan untuk menganalisis pengaruh litologi terhadap komposisi kimia airtanah. Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam mineral-mineral batuan beku yakni dalam rantai silika, piroksen, amfibol dan feldspar. Kalsium berada dalam air karena kontak air dengan batuan beku dan batuan metamorf umumnya mempunyai konsentrasi yang rendah karena laju dekomposisinya lambat. Kebanyakan kalsium terdapat dalam batuan sedimen karbonat. Kalsium hadir dalam gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4), dan florit (CaF2). Dalam batupasir sebagai semen. Potassium merupakan kation yang tidak dominan ditemukan dalam air tanah. Terdapat dalam feldspar ortoklas dan mikroklin (KAlSI3O8), mika, feldspathoid leucite (KAlSi2O6). Dalam batuan sedimen Potassium umumnya hadir sebagai feldspar, mika atau illit atau mineral lempung lainnya. Sodium melimpah dalam grup logam alkali. Dalam batuan sedimen, Sodium hadir dalam mineralmineral yang resisten sebagai semen. Air yang terjebak dalam sedimen dan tersimpan dalam waktu yang lama akan mempunyai konsentrasi Na+ yang tinggi (Luthfidyanto, 2013)
Kandungan sulfat (SO42-) terlarut merupakan parameter utama yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya proses oksidasi mineral sulfida terhadap komposisi kimia airtanah. Sumber lain adalah dari mineral gipsum (CaSO4.2H2O) dan mineral anhidrit (CaSO4) yang akan mudah terlarut oleh air menjadi Ca2+ dan SO42-. Nitrat (NO3-) merupakan anion yang penting. Nitrat dengan konsentrasi tinggi merupakan indikasi adanya sumber polutan dalam air tanah. Kandungan nitrat umumnya kurang dari 10 mg/l untuk air tanah dengan komposisi biasa. Tingginya konsentrasi nitrat (NO3-) dalam airtanah dapat disebabkan karena adanya aktivitas mikroba nitrat. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan.Air hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/l. Pada perairan yang menerima limpasan air dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar nitrat dapat mencapai 1.000 mg/l (Luthfidyanto, 2013) Analisis klorida (Cl-) dimaksudkan untuk memperkecil nilai
ketidakseimbangan kation-anion dalam hasil perhitungan. Selain itu klorida juga digunakan untuk mengetahui berapa besar kadar Sodium klorida (NaCl) yang terlarut dalam air. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan. Alkalinitas (HCO3-) Tingkat kebasaan suatu sampel air tanah dinyatakan dalam nilai yang disebut alkalinitas. Dengan kata lain alkalinitas dapat diartikan sebagai berapa besar asam yang digunakan untuk menetralkan airtanah. Tingginya alkalinitas dalam air disebabkan oleh ionisasi asam karbonat, terutama pada air yang banyak mengandung karbondioksida (kadar CO2 mengalami saturasi/jenuh). Karbondioksida dalam air bereaksi dengan basa yang terdapat pada batuan dan tanah membentuk bikarbonat (Luthfidyanto, 2013)
III.
ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi kawat, nyala Bunsen, penangas air, dan tabung reaksi. 3.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi ammonia, ammonium oksalat, asam peklorat, asam sulfat 0,2 M, CH3COOH 2%, HCl 2%, HCl pekat, kalium permanganate 1 %, larutan kanji, dan tiourea.
IV.
PROSEDUR KERJA 4.1 Uji Kalsium 1. 3 mL sampel dimasukkan dalam tabung reaksi. 2. Ditambahkan dengan larutan ammonium oksalat maka akan terbentuk endapan putih. 3. Kemudian ditambahkan dengan asam asetat 2 % maka endapan tidak akan larut. 4. Ditambahakan dengan asam klorida 2% maka endapan akan larut. 5. Diamati perubahan yang terjadi. 4.2 Uji Magnesium 1. 3 mL sampel dimasukkan dalam tabung reaksi. 2. Ditambahkan dengan ammonia. 3. Diamati perubahan yang terjadi. 4.3 Uji Klorida 1. 3 mL sampel dimasukkan dalam tabung reaksi. 2. Kemudian ditambahkan dengan kalium permanganate 1% dan ditambahkan dengan asam sulfat 0,2 M. 3. Setelah itu dipanaskan pada penangas air. 4. Larutan tersebut kemudian diteteskan pada kertas saring, dan ditetesi juga dengan larutan kanji. 5. Diamati perubahan yang terjadi apabila positif maka akan berwarna biru.
4.4 Uji Nitrit 1. 3 mL sampel dimasukkan dalam tabung reaksi. 2. Kemudian ditambahkan dengan HCl dan tiourea, setelah itu ditambahkan dengan besi (III) klorida. 3. Diamati perubahan yang terjadi.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Tabel. 1 Hasil pengamatan dari sampel kratingdeng No Perlakuan Uji Kalsium 1 3 mL larutan contoh + Larutan ammonium oksalat jenuh Uji Magnesium 2 3 mL larutan contoh + 8 tetes ammonia Uji Klorida 3 3 mL larutan contoh + 2,5 mL kalium permanganate 1% + Asam sulfat 0,2 M + Penangas Uji Nitrit 4 3 mL larutan contoh + HCl + Tiourea + FeCl3 Menjadi warna kuning Negatif (-) Tidak tercium bau khlor Tidak membirukan kertas lakmus Negatif (-) Tidak ada endapan putih Negatif (-) Tidak ada endapan putih Negatif (-) Hasil Ket
5.2 Pembahasan a. Uji Kalsium Praktikum kali ini yaitu untuk menganalisis mineral yang ada pada minuman. Uji yang dilakukan terdiri dari uji kalsium, uji magnesium, uji klorida dan uji nitrit. Pada uji kalsium, larutan sampel ditambahkan dengan ammonium oksalat maka akan terbentuk endapan putih jika ditambahkan dengan asam asetat tidak akan larut dan jika ditambahkan dengan asam
klorida endapan tersebut akan larut. Hasil yang diperoleh dari praktikum yaitu tidak terbentuk endapan dan larutan berwarna kuning. b. Uji Magnesium Uji magnesium, larutan sampel ditambahkan dengan larutan ammonia maka akan terbentuk endapan putih. Hasil yang diperoleh dari praktikum yaitu tidak terdapat endapan dan larutan tetap berwarna kuning. c. Uji Klorida Uji klorida, larutan sampel ditambahkan dengan kalium
permanganate dan asam sulfat setelah itu dipanaskan, setelah tercium bau klor dinginkan dan kemudian diteteskan pada kertas saring dan kemudian ditetesi dengan larutan kanji maka akan berubah warna menjadi biru apabila terdapat klorida pada minuman tersebut. Hasil yang diperoleh dari praktikum yaitu tidak tercium bau klor dan tidak terjadi perubahan pada kertas saring setelah ditetesi larutan kanji. d. Uji Nitrit Uji nitrit, larutan sampel ditambahkan dengan HCl dan tiourea kemudian ditambahkan dengan FeCl3 maka akan berubah warna menjadi merah apabila mengandung nitrit. Hasil yang didapat pada praktikum kali ini yaitu tidak terjadi perubahan dan larutan tersebut berwarna kuning. Dari hasil uji mineral tersebut dapat disimpulkan bahwa minuman yang diidentifikasi tersebut tidak mengandung mineral kalsium,
magnesium, klorida, dan juga nitrit karena pada setiap uji menghasilkan reaksi yang negatif.
VI.
KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini yaitu: 1. Hasil yang diperoleh pada uji kalsium yaitu negatif karena tidak membentuk endapan putih. 2. Hasil yang diperoleh pada uji magnesium yaitu negatif karena tidak terbentuk endapan putih. 3. Hasil yang diperoleh pada uji klorida yaitu negatif karena tidak membirukan kertas saring. 4. Hasil yang diperoleh pada uji nitrit yaitu negatif karena tidak terjadi perubahan warna menjadi merah.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnawidjaya, K. 1983. Biokimia. Alumni. Bandung Luthfidyanto, R. 2013. Study Lingkungan Untuk Optimalisasi Kualitas Dan Kuantitas Air Daerah Malang. UNM. Malang Poedjiadi, A. dan F.M.T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta Sari, D. R. 2011. Identifikasi Mineral. http://deweisgeologist.blogspot.com diakses pada tanggal 1 Mei 2013