Anda di halaman 1dari 14

Kamis, 15 Maret 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RETINO BLASTOMA


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut. Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko. Pada laporan ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan pada pasien Retino Blastoma. 1.2 1. 2. 3. 4. 5. Batasan Topik Jelaskan konsep dasar Retino Blastoma! Bagaimana anatomi fisiologi Retino Blastoma? Bagaimana patofisiologi penyakit Retino Blastoma? Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Retino Blastoma? Buatlah konsep Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan materi Retino Blastoma!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR RETINO BLASTOMA 2.1.1 Pengertian Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada suatu atau kedua mata (Suriadi dan Rita Yuliani). Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005). Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai 5 tahun (Sidarta Ilyas, 2002). Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak. Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral.

Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006). Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah penyakit kanker mata (retina) pada anak usia kurang dari 5 tahun. 2.1.2 Etiologi Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom darisatu alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14, bisa karena mutasi atau diturunkan. Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi. 2.1.3 Stadium Penyakit Retino Blastoma Retinoblastoma terbagi atas IV stadium, masing-masing: Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang). Stadium II: tumor terbatas pada bola mata. Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enukleasi. Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak 2.1.4 Manifestasi Klinis Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris yang tidak normal. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat. Tajam penglihatan sangat menurun. Nyeri Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.

2.1.5 Komplikasi Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah : 1. Ablasio Retina Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. 2. Glaukoma Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata

tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati. 3. Kebutaan

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI RETINO BLASTOMA DEFINISI MATA Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. STRUKTUR DAN FUNGSI MATA Mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, Humor aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masing-masing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut Struktur mata beserta fisiologisnya: Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata). Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris. Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang

jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia. Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak. Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali. Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan: 1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris. 2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata. OTOT MATA, SARAF MATA, DAN PEMBULUH DARAH Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu : Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita. Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang. STRUKTUR PELINDUNG MATA Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata, meliputi: Orbita Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata. Kelopak Mata Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga

membungkus permukaan mata. Bulu mata Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata. Kelenjar lakrimalis Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi. 2.3 PATOFISIOLOGI Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional, dapat terjadi unilateral (70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediten yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor dapat tumbuh ke dalam vitreous (endofilik) dan tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke ruang sub retina (endofilik). Kadang-kadang tumor berkembang difus. Pertumbuhan endofilik lebih umum terjadi. Tumor endofilik timbul dari lapisan inti dalam lapisan serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe eksofilik timbul dari lapisan inti luar dan dapat terlihat seperti ablasio retina yang solid. Perluasan retina okuler ke dalam tumor vitreous dapat terjadi pada tipe endofilik dan dapat timbul sebaran metastase lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain itu tumor dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus dengan perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang. Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma. WOC (KLIK DISINI) 2.4 PRINSIP ETIKA PENATALAKSANAAN RETINO BLASTOMA Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular, regional, dan metastatic. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local. Jenis terapi 1. Pembedahan Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil.

Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita. 2. External beam radiotherapy (EBRT) Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder. 3. Radioterapi plaque Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder. 4. Kryo atau fotokoagulasi Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang. 5. Kemoterapi Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi. Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi intratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan. Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi.

Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Kasus Pemicu Anak D 2 tahun, di rawat di RS tanggal 8 Januari 2012. Keluhan yang dirasakan anak D adalah gejala awal strabismus, massa tumor yang semakin membesar memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (vitreus seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilap, menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Terapi yang di rencanakan dokter adalah pengobatan lokal apabila jenis intraokuler, dan kedua adalah pengobatan sistemik apabila jenis ekstraokuler regional dan metastatik. 3.1 Pengkajian I. Identitas 1. Nama : An. D 2. Jenis kelamin : Laki-laki 3. Umur : 2 tahun 4. Status Perkawinan : 5. Pendidikan :6. Pekerjaan :7. Suku/Bangsa : Indonesia 8. Alamat : Jl. Pramuka No. 08 Tuban 9. Tanggal MRS : 8 Januari 2012 10. Sumber informasi : Keluarga II. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS : Penurunan fungsi penglihatan III. Riwayat Keperawatan Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya An.D pernah mengalami panas dan batuk pilek. Riwayat Penyakit Sekarang P : An.D dibawa ke RS karena ada tonjolan yang membesar pd mata dan juling. Sebelumnya An.D merasakan panas pd mata dan timbul kemerahan sekitar mata kemudian diberi obat tetes mata tetapi timbul bintik putih di tengah mata. Q : Penurunan fungsi penglihatan ditunjukkan saat an.D berlari menghampiri ibunya tetapi yg dihampiri adalah orang lain R : Matanya tdk mampu melihat secara maksimal S :Saat mulai terlihat ada bintik putih pd mata dan matanya mulai membesar, an.D tdk mau bermain lg dan hanya menangis saja. T : Penurunan fungsi penglihatan diketahui ortu saat an.D mulai dapat berdiri, sampai saat ini krn ada bintik putih pd tengah matanya Riwayat Penyakit Keluarga Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa nenek (ibu dr ibunya) dari pasien pernah menderita kanker paru. IV. Observasi dan Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : An.D terlihat lemah BB terlihat menurun Menangis

Bola mata terlihat menonjol Sekitar mata terlihat ada benjolan Ada leukokoria Pandangan An.D tidak fokus pd pemeriksa TTV : S : 38 celcius (normal 36,2 37,8 celcius) N : 100 x/menit ( 80 160 x/menit) TD : 98/60 mmHg (9630, 6625 mmHg) RR : 20 x/menit (20 40 x/menit) Body System a. Pernapasan (B1) An.D tampak lelah, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, respirasi normal 20 x/mnt. b. Cardiovaskuler (B2) Didapatkan tekanan darah yang normal (98/60 mmHg), nadi normal 100x/mnt, terlihat pucat c. Persyarafan (B3) Terlihat cemas, menangis, kesadaran compos mentis, nyeri kepala, strabismus, bola mata menonjol d. Perkemihan (B4) Tidak ada keluhan dan tdk didapatkan adanya gangguan perkemihan e. Pencernaan (B5) An.D mual/muntah, BB menurun, anorexia f. Tulang-Otot-Integumen (B6) An.D terlihat lelah, hanya di gendong ibunya V. Pemeriksaan Penunjang Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastase ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata. Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina. Elektro-okulogram (EOG) Visual Evoked Respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perbedaan rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan rangsangan/penglihatan pada seseorang. ANALISA DATA DATA ETIOLOGI MASALAH Ds : - Orang tua An. D mengatakan An. D penglihatannya menurun karena ada bintik putih di tengah matanya, matanya membesar. Do : TTV : S : 380C N : 100x/menit TD : 98/60 mmHg RR : 20 x/menit Bola mata terlihat menonjol Sekitar mata terlihat ada benjolan Ada leukokoria Pandangan An. D tidak fokus pd pemeriksa

Retinoblastoma

Leukokoria Penurunan fungsi pupil Penurunan visus mata Gg. penglihatan Gg. Persepsi sensori (penglihatan) Gg. Persepsi sensori (penglihatan) Ds : - Orang tua An. D mengatakan An. D penglihatannya menurun karena ada bintik putih di tengah matanya, matanya membesar. Do : TTV : S : 380C N : 100x/menit TD : 98/60 mmHg RR : 20 x/menit Bola mata terlihat menonjol Sekitar mata terlihat ada benjolan Strabismus Pandangan An. D tidak fokus pd pemeriksa Strabismus Ketidakmampuan untuk fiksasi Mata mengalami deviasi Penurunan lapang pandang Gangguan persepsi sensori penglihatan Resiko cidera Resiko cidera 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan penglihatan sekunder dr leukokoria, penurunan fungsi pupil, penurunan visus mata. 2. Resiko cidera b.d penurunan lapang pandang sekunder dari strabismus. 3.3 Intervensi & Implementasi Keperawatan Diagnosa Intervensi Rasional Implementasi Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan penglihatan sekunder dr leukokoria, penurunan fungsi pupil, penurunan visus mata. Tujuan : - Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan - Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Tumor mencapai area macular

Kriteria Hasil : - Visus mata baik - Fungsi pupil baik - Memperlihatkan orientasi trhadap sekitar baik 1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat. 2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya. 3. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan. 4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien untuk menangani keterbatasan penglihatan, contoh, atur perabot/mainan, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam 5. Kolaborasi dg dokter ahli bedah mata 1) Ketajaman penglihatan dapat digunakan untuk mengetahui gangguan penglihatan yang terjadi 2) Orientasi akan mempercepat penyesuaian diri pasien di lingkungan baru 3) Dengan mengetahui ekspresi perasaan pasien dapat mempermudah tindakan keperawatan selanjutnya 4) Dapat mempermudah pasien dlm beraktivitas. 5) Mengurangi/menghilangkan sel kanker pd mata 1. Menentukan ketajaman penglihatan, mencatat apakah satu atau kedua mata terlibat. 2. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan, staf dan orang lain di areanya. 3. Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan. 4. Melakukan tindakan untuk membantu pasien untuk menangani keterbatasan penglihatan, contoh, atur perabot/mainan, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam 5. Berkolaborasi dg dokter ahli bedah mata Resiko cidera b.d penurunan lapang pandang sekunder dari strabismus Tujuan : - Menunjukkan perubahan perilaku pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi dari cedera. - Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan - Menyatakan kepemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Kriteria hasil : - Strabismus hilang - Pandangan pasien fokus - Tidak pernah jatuh saat berjalan 1. Orientasikan pasien klien terhadap lingkungan, staf, dan orang lain yang ada di areanya. 2. Anjurkan keluarga memberikan mainan yang aman (tidak pecah), dan pertahankan pagar tempat tidur. 3. Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat sentral pandangan klien dan mudah untuk dijangkau 1) Orientasi akan mempercepat penyesuaian diri pasien di lingkungan baru 2) Dukungan keluarga penting dalam proses penyembuhan pasien 3) Mempermudah pengambilan 1. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, dan orang lain yang ada di areanya. 2. Menganjurkan keluarga memberikan mainan yang aman (tidak pecah), dan mempertahankan pagar tempat tidur. 3. Mengarahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat sentral pandangan klien dan mudah untuk dijangkau.

3.4 Evaluasi Keperawatan Diagnosa SOAP 1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan penglihatan sekunder dr leukokoria, penurunan fungsi pupil, penurunan visus mata. S : Orang tua An. D mengatakan An.D penglihatannya agak baik setelah dibedah, matanya sudah tidak membesar. O: TTV : S : 380C N : 100x/menit TD : 98/60 mmHg RR : 20 x/menit Bola mata tidak terlihat menonjol Sudah tidak ada benjolan pada mata Leukokoria masih ada Pandangan An. D mulai fokus pd pemeriksa A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi 2. Resiko cidera b.d penurunan lapang pandang sekunder dari strabismus S : Orang tua An. D mengatakan An.D penglihatannya agak baik setelah dibedah, matanya sudah tidak membesar. O: TTV : S : 380C N : 100x/menit TD : 98/60 mmHg RR : 20 x/menit Bola mata tidak terlihat menonjol Sudah tidak ada benjolan pada mata Strabismus hilang Pandangan An. D mulai fokus pada pemeriksa Tetap berdiri dan berjalan tanpa jatuh A : Masalah teratasi P : Hentikan Intervensi dan pertahankan hasil BAB IV KONSEP SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Retinoblastoma (kanker mata) Sub Pokok Bahasan : Perawatan pada anak dengan Retinoblastoma Waktu : Pukul 07.30 08.30 Hari/tanggal : Rabu/29 Februari 2012 Tempat : Aula RS Sasaran : Klien dan keluarga (peserta) di RS Penyuluh : Mahasiswa STIKES NU Tuban Semester 4 ---------------------------------------------------------------------------------------------------

A. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mendapat penyuluhan tentang retinoblastoma selama 30 menit, diharapkan peserta mengerti tentang perawatan pada anak dengan retinoblastoma. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta mampu : 1) Menjelaskan tentang pengertian retinoblastoma 2) Menjelaskan penyebab retinoblastoma 3) Menyebutkan tanda tanda retinoblastoma 4) Menjelaskan penanggulangan retinoblastoma 5) Menyebutkan pencegahan retinoblastoma B. Metode belajar 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Brain storming C. Alat dan Media 1. Laptop dan LCD 2. Flipchart 3. Leaflet D. Kegiatan Penyuluhan No Waktu Kegiatan Penyuluh Respon Peserta 1 5 menit Pembukaan 1. Menyampaikan salam pembuka 2. Memperkenalkan diri 3. Menyampaikan tujuan penyuluhan Membalas salam Memperhatikan 2 25 menit a) Penyampaian Materi, tentang: Pengertian, penyebab, tanda gejala, penanggulangan, pencegahan retinoblastoma. b) Pemberian kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya. c) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan yang berkaitan dengan materi. 1) Memperhatikan penjelasan dan demonstrasi dengan cermat 2) Menanyakan hal yang belum jelas 3) Memperhatikan jawaban penyuluhan

3 15 menit Penutup 1. Tanya jawab (evaluasi) 2. Menyimpulkan hasil penyuluhan 3. Mengakhiri kegiatan 4. Mengucapkan salam 5. Membagikan leaflet 1. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab 2. Menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan. 3. Mendengarkan dan membalas salam E. Pengorganisasian dan Job Discription 1. Pembimbing : 2. Moderator :

Job Discription : Membuka dan menutup kegiatan Membuat susunan acara dengan jelas Memimpin jalannya kegiatan 3. Penyaji : Job Discription : Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas 4. Observer : Job Discription : Membuat resume kegiatan Penyuluhan 5. Fasilitator : 1) 2) Job Discription : Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan Memotivasi audience untuk bertanya Menanggapi pertanyaan audience F. Kritera Evaluasi 1. Evaluasi struktur 1) Klien dan keluarga (peserta) di aula RSNU Tuban. 2) Penyelenggaraan penyuluhan di aula RSNU Tuban. 3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh Mahasiswa STIKES NU semester 4. 4) Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelum penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan penyuluhan. 2. Evaluasi proses 1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan. 2) Peserta mengikuti penyuluhan sampai selesai. 3) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar. 4) Peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing. 3. Evaluasi hasil : 1) Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian retinoblastoma. 2) Peserta mampu menjelaskan penyebab retinoblastoma. 3) Peserta mampu menyebutkan tanda tanda retinoblastoma. 4) Peserta mampu menjelaskan penanggulangan retinoblastoma. 5) Peserta mampu menyebutkan pencegahan retinoblastoma. MATERI PENYULUHAN I. PENGERTIAN Retinoblastoma adalah penyakit kanker pada mata yg biasanya menyerang anak-anak usia < 5th. II. PENYEBAB Penyakit ini disebabkan karena kerusakan DNA yg menurun dan adanya faktor pemicu seperti pengaruh lingkungan dan infeksi virus. III. TANDA DAN GEJALA Bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya Kelopak mata menurun dan pupil melebar Penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling Mata tampak menonjol. Mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit

retinoblastoma IV. CARA PENGOBATAN Pembedahan Radioterapi Kryoterapi dan fatokoagulasi Kemoterapi V. CARA PENCEGAHAN Selalu bina hidup sehat Bina lingkungan yg sehat Hindari zat2 pemicu kanker Kenali sejak dini tonjolan yg tdk normal Tingkatkan daya tahan tubuh dg ASI pd bayi, makanan yg bergizi

Anda mungkin juga menyukai